SUARA UTAMA.– Pada periode kepresidenan Donald Trump, Amerika Serikat (AS) menerapkan kebijakan tarif perdagangan yang kontroversial, yang mengarah pada ketegangan dengan sejumlah negara, termasuk China, Uni Eropa, dan negara-negara lainnya. Kebijakan ini dikenal sebagai kebijakan America First, yang menekankan pentingnya memperbaiki defisit perdagangan AS dengan negara lain dan melindungi industri domestik dari persaingan global yang dianggap merugikan. Kebijakan tarif ini memiliki dampak yang luas pada perekonomian global, termasuk Indonesia.
Kebijakan Tarif Donald Trump
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump bertujuan untuk mengurangi defisit perdagangan AS, melindungi lapangan kerja domestik, dan mendongkrak sektor manufaktur AS. Dalam prakteknya, Trump mengenakan tarif tinggi terhadap barang-barang impor, terutama dari China, yang dinilai mengancam industri AS karena kebijakan perdagangan yang tidak adil. Sebagai contoh, tarif dikenakan pada produk-produk elektronik, baja, dan aluminium yang mengalir ke AS dari China.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, kebijakan ini memicu serangkaian balasan dari negara-negara yang terdampak. China, sebagai contoh, mengenakan tarif terhadap produk-produk AS, terutama produk pertanian seperti kedelai, jagung, dan lainnya. Uni Eropa juga menerapkan tarif balasan terhadap produk AS seperti motor Harley-Davidson dan bourbon. Dampak dari kebijakan ini tidak hanya dirasakan oleh negara-negara yang terlibat langsung dalam perang tarif, tetapi juga oleh negara-negara yang bergantung pada pasar global yang terhubung.
Dampak Kebijakan Tarif Terhadap Ekonomi Global dan Indonesia
Bagi Indonesia, kebijakan tarif Trump memberikan tantangan sekaligus peluang. Di satu sisi, tarif yang tinggi terhadap produk China menyebabkan pergeseran pasar global, yang bisa menguntungkan Indonesia sebagai negara dengan produk serupa yang bisa menggantikan pasar yang ditinggalkan China. Namun, di sisi lain, Indonesia juga merasakan dampak dari kebijakan tersebut, terutama yang berkaitan dengan perdagangan internasional dan ketegangan politik global.
- Ketergantungan Ekspor Indonesia, meskipun tidak terlibat langsung dalam perang tarif AS-China, tetap terdampak karena ketergantungannya terhadap ekspor ke pasar internasional. Sebagai negara yang mengandalkan ekspor untuk pertumbuhan ekonomi, Indonesia menghadapi tantangan besar akibat ketidakstabilan perdagangan global yang dipicu oleh kebijakan tarif AS. Misalnya, tarif yang dikenakan AS pada produk-produk asal China bisa memengaruhi harga barang-barang yang diimpor Indonesia dari China.
- Dampak Terhadap Harga Komoditas Indonesia adalah penghasil utama komoditas seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan karet, yang juga diperdagangkan secara internasional. Ketika AS dan negara-negara besar lainnya terlibat dalam perang tarif, ini dapat menyebabkan ketidakstabilan harga komoditas, yang pada gilirannya mempengaruhi perekonomian Indonesia.
- Kehilangan Pasar Ekspor Dengan adanya tarif yang tinggi terhadap produk-produk dari negara tertentu, Indonesia harus mencari alternatif pasar untuk menjaga volume ekspornya. Namun, persaingan untuk memasuki pasar negara-negara pengganti sangat ketat, karena negara-negara seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand juga berusaha merebut peluang yang sama.
Tantangan Kemandirian Ekonomi Indonesia
Kebijakan tarif Trump dan ketegangan perdagangan global yang dihasilkan menyoroti pentingnya kemandirian ekonomi bagi Indonesia. Dalam menghadapi dinamika global yang semakin kompleks, Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonomi dengan cara-cara berikut:
- Diversifikasi Ekonomi Untuk mengurangi ketergantungan pada satu atau beberapa sektor, Indonesia perlu mendiversifikasi sumber pendapatannya. Sektor-sektor non-komoditas, seperti teknologi, manufaktur, dan pariwisata, perlu diberdayakan agar tidak hanya bergantung pada ekspor sumber daya alam. Hal ini juga menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan sektor digital dan industri 4.0 sebagai bagian dari upaya menuju kemandirian ekonomi.
- Peningkatan Daya Saing Indonesia perlu meningkatkan daya saing produk-produk dalam negeri untuk bersaing di pasar global. Ini mencakup peningkatan kualitas produk, efisiensi produksi, dan inovasi di sektor manufaktur. Kebijakan yang mendukung industri dalam negeri dan pemberdayaan UMKM sangat penting untuk menciptakan ekonomi yang lebih mandiri.
- Perdagangan Bilateral dan Kerja Sama Regional Untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif global, Indonesia harus meningkatkan hubungan perdagangan bilateral dengan negara-negara mitra. Selain itu, kerja sama ekonomi melalui forum-forum regional seperti ASEAN, APEC, dan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan internasional.
- Pembangunan Infrastruktur dan Teknologi Meningkatkan kualitas infrastruktur dan adopsi teknologi modern di sektor-sektor utama seperti manufaktur, pertanian, dan energi akan memperkuat daya saing ekonomi Indonesia. Hal ini juga menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mendukung industri dalam negeri untuk lebih mandiri dari ketergantungan pada pasar global.
- Ketahanan Pangan dan Energi Salah satu aspek penting dalam menciptakan kemandirian ekonomi adalah memastikan ketahanan pangan dan energi. Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan dan energi dengan meningkatkan kapasitas produksi domestik. Ini akan membantu Indonesia menjaga stabilitas ekonomi meskipun terjadi ketegangan perdagangan global.
Kesimpulan : Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Donald Trump selama masa kepresidenannya memberikan tantangan besar bagi perekonomian global, termasuk Indonesia. Namun, ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat kemandirian ekonominya melalui diversifikasi, peningkatan daya saing, dan memperkuat kerja sama regional. Tantangan dari kebijakan tarif global dapat menjadi pendorong bagi Indonesia untuk lebih mandiri dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.Aamiin
Penulis : Tonny Rivani