Ketika Dunia Mendengar Hati Nurani: Palestina dan Iran, Simbol Perlawanan Global

- Penulis

Selasa, 24 Juni 2025 - 15:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUARA UTAMA– Di tengah arus globalisasi yang mendewakan kekuatan ekonomi dan kepentingan geopolitik, nurani kemanusiaan sering kali terpinggirkan. Namun, ada saat ketika dunia berhenti sejenak—bukan karena kekuatan senjata atau propaganda, melainkan karena jeritan kemanusiaan yang tak lagi bisa diabaikan.

Dalam pusaran konflik dan penindasan yang panjang, Palestina dan Iran muncul sebagai simbol perlawanan global, bukan hanya karena perjuangan politiknya, tapi karena mereka mewakili sesuatu yang lebih dalam: panggilan hati nurani umat manusia.

Palestina: Simbol Ketertindasan yang Tak Terpadamkan

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Ketika Dunia Mendengar Hati Nurani: Palestina dan Iran, Simbol Perlawanan Global Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Palestina telah lama menjadi luka terbuka di hati dunia. Sejak awal abad ke-20, rakyat Palestina terusir dari tanahnya, disekap di bawah pendudukan, dan hidup dalam ketakutan serta ketidakpastian. Namun, dari reruntuhan rumah, puing-puing sekolah, dan pelukan anak-anak yatim, bangkit sebuah semangat yang tak pernah padam.

Di mata banyak orang di seluruh dunia, bendera Palestina tidak hanya mewakili sebuah negara yang belum merdeka, tapi juga melambangkan perlawanan terhadap penjajahan, ketidakadilan, dan pengkhianatan atas hak asasi manusia. Setiap suara yang berseru untuk kemerdekaan Palestina adalah gema dari hati nurani global yang menolak untuk diam saat kezaliman berlangsung terang-terangan.

Iran: Suara Perlawanan terhadap Hegemoni Dunia

Iran, dalam lanskap politik global, sering digambarkan melalui lensa konflik, embargo, dan perlawanan terhadap dominasi Barat, khususnya Amerika Serikat dan sekutunya. Namun di balik narasi itu, Iran telah membentuk dirinya sebagai lambang kedaulatan, keberanian, dan penolakan terhadap sistem dunia yang timpang.

Sejak Revolusi Islam 1979, Iran memilih jalur mandiri, menolak menjadi bagian dari sistem global yang dikendalikan oleh kekuatan adidaya. Terlepas dari kritik atas kebijakan dalam negerinya, di panggung internasional Iran konsisten menyuarakan dukungan bagi Palestina dan menolak normalisasi dengan penjajah. Posisi ini bukan sekadar politik, melainkan cerminan dari keberpihakan pada yang lemah dan yang tertindas.

BACA JUGA :  Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Media Stick Angka di TK MUSRA Kecamatan Sawahan Kota Surabaya  - Semester 1 Tahun Ajaran 2021/2022

Nurani Global yang Terbangun

Ketika rakyat dunia, dari Asia hingga Amerika Latin, mulai turun ke jalan, mengibarkan bendera Palestina dan Iran berdampingan dalam demonstrasi damai, itu bukan sekadar solidaritas politis. Itu adalah tanda bahwa nurani global mulai terbangun. Dunia mulai menyadari bahwa diam berarti ikut bersekongkol, dan bahwa keberpihakan bukan pilihan netral, melainkan keharusan moral.

Dalam banyak mural, grafiti, puisi, dan karya seni di berbagai penjuru dunia, kita melihat wajah anak-anak Gaza dan semangat perlawanan dari Quds; kita melihat bendera Palestina dan Iran sebagai ikon simbolik dari dunia yang menolak tunduk pada ketidakadilan dan kekuasaan buta.

Penutup: Harapan dari Perlawanan

Ketika dunia mendengar hati nurani, maka perlawanan bukan lagi tentang satu bangsa atau satu wilayah. Ia menjadi perjuangan bersama umat manusia—melawan penindasan, melawan kebohongan sistemik, dan melawan apatisme kolektif.

Palestina dan Iran adalah wajah dari perlawanan itu. Keduanya menandai bahwa di tengah dunia yang dikuasai kepentingan, masih ada mereka yang memilih untuk berdiri tegak, membawa lentera kebenaran, sekalipun harus membayar harga yang mahal.

Dan saat dunia benar-benar mendengar hati nuraninya, mereka tidak lagi sendiri.

Sumber Berita : Wartawan SUARA UTAMA

Berita Terkait

Gelar Reses, Petrus Goo Siap Perjuangkan Aspirasi Demi Kesejahteraan Masyarakat
Negara Hadir: Bupati Subang Jenguk Dua Warga Penderita Tumor di Ciasem, Biaya Medis Ditanggung Pemda
Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah
Anak Usia Sekitar 10 Tahun Kesetrum Listrik di GMK, Beruntung PKL dan Paguyuban Sigap Mengambil Tindakan 
Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan
Krisis Penegakan Hukum di Indonesia
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola
Berita ini 47 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 15 Desember 2025 - 22:05 WIB

Gelar Reses, Petrus Goo Siap Perjuangkan Aspirasi Demi Kesejahteraan Masyarakat

Senin, 15 Desember 2025 - 14:04 WIB

Negara Hadir: Bupati Subang Jenguk Dua Warga Penderita Tumor di Ciasem, Biaya Medis Ditanggung Pemda

Minggu, 14 Desember 2025 - 17:02 WIB

Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah

Sabtu, 13 Desember 2025 - 22:45 WIB

Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan

Sabtu, 13 Desember 2025 - 15:21 WIB

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:11 WIB

Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola

Jumat, 12 Desember 2025 - 20:02 WIB

Menjelang Nataru, harga Cabai di pasar Simpang Pematang melonjak tajam

Berita Terbaru