Habis Energi Karena Simpati

- Writer

Senin, 13 Januari 2025 - 05:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: Habis Energi Karena Simpati (Nafian Faiz)

Ilustrasi: Habis Energi Karena Simpati (Nafian Faiz)

SUARA UTAMA-

Mengapa Kita Merasa Lelah?
Pernahkah Anda merasa hidup Anda berjalan normal, tapi tiba-tiba saja lelah setelah mendengar curahan hati seseorang? Rasanya seperti energi Anda terserap habis oleh cerita mereka. Jika ini terdengar familiar, mungkin Anda adalah seorang emotional sponge.

Menjadi emotional sponge berarti Anda memiliki empati yang sangat tinggi, sehingga mudah menangkap emosi orang lain. Namun, kepekaan ini punya konsekuensi: Anda rentan terkuras secara emosional, terutama jika terlalu sering menyerap kesedihan atau masalah orang lain.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Habis Energi Karena Simpati Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mengapa Orang Menjual Kesedihan?
Beberapa orang kerap berbagi cerita sedih, bukan untuk mencari solusi, tetapi demi validasi. Dalam psikologi, ini sering disebut sebagai victim mentality. Mereka merasa dunia tidak adil dan ingin orang lain tahu betapa beratnya hidup yang mereka jalani.

Sebagai contoh, ada seorang teman bernama Budi yang selalu mengeluhkan pekerjaannya. Meski diberi berbagai solusi, ia selalu menolak dengan alasan, “Aku tidak punya pilihan.” Lama-kelamaan, bukan hanya masalah Budi yang terasa berat, tetapi juga energi orang-orang di sekitarnya yang tersedot habis oleh keluhannya.

Dampak Menjadi Emotional Sponge
Menyerap terlalu banyak emosi orang lain bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik Anda. Otak yang terus-menerus menghadapi cerita penuh emosi akan memproduksi hormon stres seperti kortisol. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan kelelahan emosional, gangguan tidur, bahkan menurunkan imunitas tubuh.

BACA JUGA :  Pentingnya Kejujuran : Sebuah Tinjauan Berdasarkan Hadis

Lebih dari itu, Anda bisa kehilangan ruang untuk diri sendiri. Rasa bersalah karena tidak mendengarkan orang lain bisa membuat Anda terus memaksakan diri, meskipun itu mengorbankan kesehatan Anda.

Cara Menjaga Keseimbangan
1. Kenali batas empati. Tidak semua cerita perlu Anda dengarkan. Belajarlah berkata, “Aku ingin mendukungmu, tapi aku juga butuh waktu untuk diriku sendiri.”

2. Arahkan pada solusi. Jika seseorang hanya curhat tanpa niat mencari jalan keluar, coba alihkan percakapan ke hal yang lebih konstruktif.

3. Berlatih mindfulness. Teknik ini membantu Anda mengenali mana emosi milik Anda sendiri dan mana yang berasal dari orang lain.

4. Pilih lingkungan positif. Dekati orang-orang yang membawa energi baik, bukan yang hanya menumpahkan kesedihan tanpa akhir.

Hidup dengan Batas yang Sehat
Hidup adalah tentang keseimbangan antara memberi dan menjaga diri. Dengan menetapkan batasan, Anda tidak hanya melindungi kesehatan emosional Anda, tetapi juga mengajarkan orang lain untuk lebih bertanggung jawab terhadap kebahagiaan mereka.

Jadi, jangan takut untuk berkata “tidak” pada curhatan yang tak berujung. Anda berhak menjaga ruang untuk diri sendiri, karena menolong orang lain tidak harus mengorbankan kesejahteraan Anda. Ingatlah, batasan bukan bentuk ketidakpedulian, melainkan cinta yang sehat—untuk diri Anda sendiri dan untuk mereka yang Anda sayangi.

Penulis : Nafian faiz. Pegiat Sosial dan Jurnalis

Berita Terkait

Acara Peluncuran Buku Alkitab Dalam Bahasa Ngalik Di Yahukimo, Membuat Bagi Umat Suku Ngalik Terharu
Peluncuran Alkitab Bahasa Ngalik di Dekai: Langkah Baru dalam Penyebaran Firman Allah
Pejabat Bupati Subang Buka Workshop Keprotokolan, Protokol Merupakan Pengantar Wajah Pemerintah Kabupaten Subang
Sosialisasi Pendidikan Tinggi di Takalar & Jeneponto: Siswa Diberi Info Seleksi Kampus
Perayaan HUT ke-170 Pekabaran Injil di Tanah Papua Jadi Peristiwa Sejarah Keselamatan, Perkuat Persatuan
Guru, Siswa, dan Budaya Bertanya
Mengungkap Makna Kicauan Burung pada Malam Hari, Apakah Pertanda Bahaya?
Pengurus DPD IWOI Kabupaten Merangin Periode 2025-2030 Resmi dilantik oleh Ketua DPW IWOI Provinsi Jambi 
Berita ini 33 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 8 Februari 2025 - 16:09 WIB

Acara Peluncuran Buku Alkitab Dalam Bahasa Ngalik Di Yahukimo, Membuat Bagi Umat Suku Ngalik Terharu

Sabtu, 8 Februari 2025 - 09:58 WIB

Peluncuran Alkitab Bahasa Ngalik di Dekai: Langkah Baru dalam Penyebaran Firman Allah

Jumat, 7 Februari 2025 - 21:45 WIB

Pejabat Bupati Subang Buka Workshop Keprotokolan, Protokol Merupakan Pengantar Wajah Pemerintah Kabupaten Subang

Kamis, 6 Februari 2025 - 18:55 WIB

Perayaan HUT ke-170 Pekabaran Injil di Tanah Papua Jadi Peristiwa Sejarah Keselamatan, Perkuat Persatuan

Kamis, 6 Februari 2025 - 17:21 WIB

Guru, Siswa, dan Budaya Bertanya

Kamis, 6 Februari 2025 - 12:23 WIB

Mengungkap Makna Kicauan Burung pada Malam Hari, Apakah Pertanda Bahaya?

Kamis, 6 Februari 2025 - 12:01 WIB

Pengurus DPD IWOI Kabupaten Merangin Periode 2025-2030 Resmi dilantik oleh Ketua DPW IWOI Provinsi Jambi 

Kamis, 6 Februari 2025 - 00:55 WIB

Remaja Tenggelam di Curug Baturaden  

Berita Terbaru

Berita Utama

Momentum Penguatan Integritas dan Profesionalisme Wartawan

Sabtu, 8 Feb 2025 - 19:03 WIB

Berita Utama

Pelantikan Kepala Daerah Di Pastikan Serentak Pada 20 Febuari 2025

Sabtu, 8 Feb 2025 - 13:43 WIB