Konten Media Sosial dalam Realitas Simulakra

- Writer

Senin, 2 Desember 2024 - 10:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi : Seorang wanita tampil foto dirinya melalui hand phone ( Sumber : freepik )

Ilustrasi : Seorang wanita tampil foto dirinya melalui hand phone ( Sumber : freepik )

SUARA UTAMA. Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi digitalisasi, memunculkan kemajuan-kemajuan berarti dalam tataran praktik. Beberapa kemajuan tersebut  salah satunya kita sebut media sosial. Munculnya aplikasi media sosial memungkinkan semua orang untuk menggunakan dan memanfaatkannya dalam kehidupan sosial sebagai salah satu media interaksi antara satu dengan yang lainya, diantara satu dengan kelompok lainnya. Semuanya dilakukan dalam rangka  eksistensi diri melalui versi dirinya masing-masing. Beberapa media sosial  familiar yang sering digunakan oleh hampir setiap orang diantaranya : FB, Whatsapp, IG, X, Telegram dan Tiktok.

Dilansir Kominfo ( dalam Tempo.co 24/7/ 2024) Indonesia menjadi negara pengguna media sosial terbanyak keempat di dunia dengan jumlah pengguna mencapai 167 juta. Dengan populasi sekitar 281 juta jiwa, banyak orang Indonesia menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dan membuat berbagai macam konten. Platform seperti Facebook, Instagram, dan Twitter sangat populer. Indonesia bahkan menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah Amerika Serikat, Brazil, dan India.

Data tersebut menggambarkan pada kita bahwa, pengguna media sosial di Indonesia menempati posisi yang cukup signifikan sebagai pengguna aktif. Hal ini dapat kita lihat dalam keseharian dimanapun kita berada : di stasiun kereta, kampus, sekolah, kantor bahkan dilingkungan rumah sekalipun hampir seluruh anggota keluarga tidak lepas menggunakan media sosial melalui hpnya masing-masing.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Konten Media Sosial dalam Realitas Simulakra Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam konteks konten media sosial, bila kita lihat dan cermati beragam konten  ditampilkan penuh dengan warna. Kombinasi tampilan audio, visual, teks, grafis semuanya terlihat menarik dan memunculkan kesan tersendiri bagi masing-masing yang melihatnya. Hal-hal yang ditampilkan terkesan sebagai sebuah realitas nyata, dari pembuat konten. Pertanyaannya adalah, apakah tampilan yang muncul dalam suatu media sosial, adalah tampilan yang sebenarnya?

Secara  realitas  hidup adalah simulasi, dimana realitas buatan lebih menegaskan atas realitas sesungguhnya dan banyak orang lebih mempercayai atas realitas buatan tersebut. Artinya banyak orang ketika menggunakan media sosial selalu tampil seolah-olah dengan realitas nyatanya  yang ingin dilihat, dikagumi dan diakui keberadaannya oleh yang lainnya. Padahal semuanya dilakukan penuh dengan settingan dan tujuan-tujuan tertentu dari   pembuat konten realitas itu sendiri.

Media Sosial, Simulakra bagian dari kehidupan manusia.

Hampir semua media sosial, menampilkan konten-konten yang menarik terutama profil-profil orang yang muncul. Dalam tiktok kita sering melihat tampilan seorang wanita begitu cantik dan mulus baik dalam memperkenalkan suatu produk ataupun dalam aktifitas lainnya.  Tentunya banyak orang yang melihat terkagum-kagum  atas kecantikan wanita tersebut, padahal apabila kita telaah lebih jauh ternyata dalam media sosial tiktok ada yang namanya filter yang mampu merubah warna kulit dan bentuk wajah seseorang menjadi cantik dan lebih muda dan terlihat lebih menarik. Secara umum semua orang akan melihat tampilan yang muncul dalam media sosial sebagai tampilan apa adanya, sehingga muncul pujian, kekaguman dan kesukaan.

Salah seorang filsuf, sosiolog dari perancis Jean Baudrillard memperkenalkan pemikirannya terkait realitas, simbol dan media dalam masyarakat modern.  Sebagai sebuah ideologi pemikiran Baudrillard berupaya menciptakan alternatif pemikiran tentang sistem tanda, kode dan citra yang ada dalam suatu media. Bahwa apa yang ditampilkan dalam media sosial merupakan simulakra,  adanya realitas nyata yang diambil sebagai bahan ciptaan lalu dimunculkan sebuah realitas tiruan, akhirnya realitas tiruan menjadi realitas yang dianggap nyata.

BACA JUGA :  Olince Kotouki Menjadi Badan Formatur Ipmanapandode Semsal

Dherry Ane menegaskan (2023) Simulakra bukan sesuatu yang alami, yang naturalis. Simulakra lahir dari sistem teknologi, informasi dan globalisasi yang terus mengalami keberlanjutan. Simulakra lahir dalam tata dunia yang sudah dipenuhi dengan model-model dan game cybernetic yang memiliki fungsi operasional total. Simulakra didirikan di atas dasar imitasi, citra, dan duplikasi dari sesuatu yang sudah ada, kemudian diduplikasi ulang sesuai dengan bentuknya yang asli. Proses lahirnya simulakra ini berlangsung dalam arena sosial masyarakat.

Dalam simulakra terjadi perpaduan senyawa antara realitas asli dan realitas tiruan, orang sudah tidak bisa membedakan lagi mana yang asli dan yang palsu. Dua realitas ini menjelma dalam ruang dan waktu melalui media sosial, sehingga orang akan menegaskan bahwa realitas tiruan sudah dianggap sebagai realitas yang sebenarnya. Kondisi ini terjadi dalam keseharian hidup manusia dan merupakan suatu keniscayaan yang berada dilingkungan sekitar kita. Kita lebih mempercayai apa yang kita lihat tampilan dalam media sosial.

Sikap yang seharusnya dalam konten Simulakra

Penggunaan konten media sosial dengan simulakra yang terus menerus dilakukan, bukan tanpa masalah. Banyak masalah yang akan muncul dan terjadi, adanya tekanan psikologis yang menuntut pada seseorang untuk selalu tampil maksimal dalam kepalsuan, keinginan untuk sama dengan profill yang kita sukai dengan mempersonalisasi profil tersebut melalui realitas semu. Selaras dengan pendapat Andreassen   (2016)    menunjukkan   bahwa penggunaan  media  sosial  yang  intens  dapat  terkait  dengan  peningkatan  risiko  depresi  dan kecemasan. Tekanan  untuk  mempertahankan  identitas  online  yang  sempurna  dan  kebutuhan akan validasi sosial dapat menyebabkan stres dan masalah kesehatan mental lainnya. Secara aspek sosial orang lebih mempercayai hubungan yang dibangun melalui media sosial dibandingkan dalam realitas nyata, akhirnya merenggangkan hubungan nyata yang selama ini terjalin.

Kemampuan untuk mengenali semua informasi dengan cermat dan teliti serta kemampuan untuk menilai kredibiltas sumber dengan baik, melalui Literasi digital. Dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman kita ketika akan membuat suatu  konten.

Penggunaan media sosial secara disiplin waktu, adanya penggunaan batasan waktu dapat membantu kita tidak terjebak dan terlena dalam media sosial secara terus menerus, dan kita dapat melihat secara proporsional tentang suatu objek.

Memprioritaskan hubungan yang dijalin langsung dalam realitas nyata, sehingga akan tercipta kedalaman kualitas hubungan yang apa adanya tanpa kepalsuan apapun.

Setting tampil apa adanya ketika membuat konten tampilan pribadi, tanpa adanya unsur-unsur rekayasa dan membangun identitas yang sehat.

Semua orang mempunyai ukuran-ukuran ideal menurut versinya masing-masing, namun ukuran yang dibuat minimal proporsional, dan masuk logika nalar sehat yang dapat dipahami oleh siapapun yang melihat kita.

 

 

 

 

Penulis : Agus Budiana

Berita Terkait

Musrenbang Kelurahan Pasar III, Desiana: Fokuskan Pembangunan dan Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Habis Energi Karena Simpati
Ruang Publik Media Massa Untuk Siapa?
Ketika AI Mengubah Segala Lini Kehidupan
Implikasi Positip Kebijakan Hilirisasi terhadap Perekonomian Indonesia
Saat Tindakan Lebih Bermakna daripada Suara
Tiga Hal yang Menghalangi Datangnya Hidayah
Revitalisasi Pasar Simpang Pematang: Harapan Baru untuk Perekonomian Mesuji
Berita ini 491 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 13 Januari 2025 - 09:54 WIB

Musrenbang Kelurahan Pasar III, Desiana: Fokuskan Pembangunan dan Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Senin, 13 Januari 2025 - 05:45 WIB

Habis Energi Karena Simpati

Minggu, 12 Januari 2025 - 05:44 WIB

Ketika AI Mengubah Segala Lini Kehidupan

Jumat, 10 Januari 2025 - 17:10 WIB

Implikasi Positip Kebijakan Hilirisasi terhadap Perekonomian Indonesia

Jumat, 10 Januari 2025 - 17:05 WIB

Saat Tindakan Lebih Bermakna daripada Suara

Jumat, 10 Januari 2025 - 10:45 WIB

Tiga Hal yang Menghalangi Datangnya Hidayah

Kamis, 9 Januari 2025 - 18:12 WIB

Revitalisasi Pasar Simpang Pematang: Harapan Baru untuk Perekonomian Mesuji

Kamis, 9 Januari 2025 - 18:00 WIB

Dari Singa Kritikus Menjadi Kucing Jinak di Kursi Kekuasaan

Berita Terbaru

Ilustrasi: Habis Energi Karena Simpati (Nafian Faiz)

Artikel

Habis Energi Karena Simpati

Senin, 13 Jan 2025 - 05:45 WIB

Berita Utama

Scale Up PHR dan Peluncuran Program TIHWA di Gresik

Minggu, 12 Jan 2025 - 16:26 WIB