SUARA UTAMA –
Tagar #IndonesiaGelap menggema di jagat media sosial. Di berbagai kota, mahasiswa turun ke jalan menyuarakan keresahan. Ini bukan sekadar tren digital, melainkan cerminan nyata dari ketidakpuasan rakyat atas arah kebijakan pemerintah yang dianggap kian membebani.
Suara Keprihatinan
Viralnya #IndonesiaGelap dipicu oleh serangkaian kebijakan efisiensi yang diambil oleh pemerintahan Presiden Prabowo. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak-anak sekolah memang terdengar baik, tetapi ironi muncul ketika orang tua mereka di-PHK akibat pemotongan anggaran di berbagai sektor. Kakak mereka yang mahasiswa kehilangan beasiswa, dan layanan publik yang menjadi hak dasar masyarakat pun terganggu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Gerakan ini diperkuat oleh PENTOL, akronim dari enam tuntutan rakyat, termasuk reformasi kepolisian, keadilan energi, peningkatan taraf hidup, pembayaran tunjangan guru dan ASN, perbaikan MBG, serta pemberantasan mafia tanah dan pencopotan pejabat tak kompeten. Ini bukan sekadar kritik, tetapi desakan untuk perubahan fundamental.
Kebijakan yang Membebani
Kebijakan efisiensi, meski berniat baik, terasa seperti pedang bermata dua. Anak-anak memang mendapatkan makan siang gratis, tetapi apakah itu cukup ketika orang tua mereka kehilangan pekerjaan? Mahasiswa dipaksa berhenti kuliah karena beasiswa dicabut, dan layanan kesehatan serta pendidikan menurun drastis akibat pemotongan anggaran.
Pemotongan anggaran tanpa kajian mendalam hanya melahirkan efek domino: kesenjangan ekonomi memburuk, angka pengangguran meningkat, dan kepercayaan publik terkikis. Kelangkaan gas elpiji bersubsidi menjadi bukti nyata bahwa kebijakan energi masih jauh dari kata adil.
Menanti Aksi Nyata Pemerintah, Bukan Curhat
Respons Presiden Prabowo yang menjamin tidak akan memotong anggaran pendidikan dan beasiswa adalah langkah awal, tetapi janji saja tidak cukup. Masyarakat menuntut tindakan nyata: revisi kebijakan yang membebani rakyat, pengelolaan energi yang transparan, dan reformasi di tubuh kepolisian.
Rakyat tidak hanya butuh janji atau pidato curhat di atas mimbar, tetapi aksi. Ironis jika anak-anak mendapat makan gratis, sementara masa depan mereka dipertaruhkan oleh kebijakan yang mengabaikan stabilitas keluarga dan kesejahteraan masyarakat.
Cahaya di Tengah Kegelapan
#IndonesiaGelap adalah pengingat keras bahwa ketidakpuasan rakyat tidak bisa diabaikan. Pemerintah harus berani mengakui kekurangan, memperbaiki kebijakan, dan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Jika tidak, maka kegelapan ini akan menjadi kenyataan yang menelan harapan bangsa.
Namun, jika keberanian, transparansi, dan keadilan ditegakkan, cahaya bukan hanya di ujung terowongan, melainkan akan menerangi perjalanan bangsa ini.
Rakyat telah bersuara. Kini saatnya pemerintah bertindak.
Penulis : Nafian faiz : Jurnalis, tinggal di Lampung