Simak Cerita Santriwati asal Indonesia Bertekad Kuat Membangun Pondok Pesantren di Dubai

- Writer

Senin, 19 September 2022 - 19:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Dok. Pribadi. Suasana Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Balikpapan, Kaltim. Mas Andre Hariyanto dan Rifaya Meherunnisa Nailah.

Foto: Dok. Pribadi. Suasana Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Balikpapan, Kaltim. Mas Andre Hariyanto dan Rifaya Meherunnisa Nailah.

SUARA UTAMA, BALIKPAPAN – Salah satu santriwati lulusan Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak (Gutem) Balikpapan, Kalimantan Timur, Rifaya Meherunnisa Nailah bercerita memiliki tekad keinginan kuat untuk membangun pesantren di Dubai, Uni Emirat Arab.

BACA JUGA : Selain Sekolah, Sinergitas Orangtua dan Masjid Menjadi Peran Penting Mendidik Anak

“Harapan ana (saya) kedepannya adalah membangun pesantren di luar negeri yakni Dubai,” kata perempuan asal Bontang, Kalimantan ini, dalam wawancara by phone, Ahad (18/09/2022) kepada Reporter Suara Utama.ID

BACA JUGA : Selamat, Ditunjuk Sebagai Ketua Pendidikan dan Pelatihan Profesi: Mas Andre Hariyanto Terima SK DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia Periode 2022 – 2026

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Simak Cerita Santriwati asal Indonesia Bertekad Kuat Membangun Pondok Pesantren di Dubai Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ya ana hanya bisa berusaha, tapi ana yakin selagi ini baik untuk islam pasti Allah memudahkan Hamba Nya,” imbuhnya.

Foto: Program Kelas Pelatihan/AR Learning Center adalah Pusat Pembelajaran, Pendidikan dan Pengkaderan. Lembaga AR Learning Center/Suara Utama-081232729720/Suara Utama ID
Foto: Program Kelas Pelatihan/AR Learning Center adalah Pusat Pembelajaran, Pendidikan dan Pengkaderan. Lembaga AR Learning Center/Suara Utama-081232729720/Suara Utama ID

Semisal tidak bisa membangun pesantren di Dubai, katanya cukup membangun pondok di negaranya sendiri. Sebaliknya kehadiran Gutem, demikian nama akrab pesantren yang dipersiapkan untuk mencetak dai-daiyah handal, memiliki spiritual tinggi, dan cerdas intelektual ini kelak lulusannya akan diterjunkan di masyarakat dan mengabdikan diri kepada umat. Pondok Hidayatullah ini juga merupakan pusat cabang pondok hidayatullah dari sabang hingga merauke.

Foto: Program Kelas Pelatihan/AR Learning Center adalah Pusat Pembelajaran, Pendidikan dan Pengkaderan. Lembaga AR Learning Center/Suara Utama-081232729720/Suara Utama ID
Foto: Program Kelas Pelatihan/AR Learning Center adalah Pusat Pembelajaran, Pendidikan dan Pengkaderan. Lembaga AR Learning Center/Suara Utama-081232729720/Suara Utama ID

Berangkat tanpa restu, Santriwati kelahiran asal Malasyia ini memaparkan awal mula saat mondok di Gutem, katanya ia tidak mendapatkan restu dari keluargannya serta tidak mendukungnya dalam menimbah ilmu di pesantren Hidayatullah Balikpapan, Kalimantan Timur. Rintangan dan cobaan ia rasakan sendiri dengan penuh pengorbanan.

Foto: Program Kelas Pelatihan/AR Learning Center adalah Pusat Pembelajaran, Pendidikan dan Pengkaderan. Lembaga AR Learning Center/Suara Utama-081232729720/Suara Utama ID
Foto: Program Kelas Pelatihan/AR Learning Center adalah Pusat Pembelajaran, Pendidikan dan Pengkaderan. Lembaga AR Learning Center/Suara Utama-081232729720/Suara Utama ID

Anggapan keluarganya tinggal di pondok merupakan tempat yang tidak memiliki masa depan jelas. Karena tekad sudah bulat, Rifaya, demikian panggilan akrabnya, ia tetap harus berangkat di Gunung Tembak dengan mengharap ridho Allah Subhanallah Ta’ala. Sesampai di pondok, ia awali hidupnya dengan menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Putri yang merupakan Perguruan Tinggi (PT) Hidayatullah Balikpapan. Beberapa bulan kemudian, pemilik nama asli Risnawati ini tidak ada perhatihan khusus dan kasih sayang dari orang tuannya kembali.

Foto: Dok. Pribadi. Suasana Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Balikpapan, Kaltim. Mas Andre Hariyanto dan Rifaya Meherunnisa Nailah.
Foto: Dok. Pribadi. Suasana Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Balikpapan, Kaltim. Mas Andre Hariyanto dan Rifaya Meherunnisa Nailah.

“Di hubungi oleh orang tua lewat telfon tidak pernah, perhatian kasih sayang dari orang tuapun terhenti, rasanya hampa,” ujar perempuan kelahiran 01 Agustus 1996.

Foto: Dok. Pribadi. Suasana Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Balikpapan, Kaltim. Mas Andre Hariyanto dan Rifaya Meherunnisa Nailah.
Foto: Dok. Pribadi. Suasana Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Balikpapan, Kaltim. Mas Andre Hariyanto dan Rifaya Meherunnisa Nailah.

Seperti pada umumnya, pesantren kegiatannya adalah menghafal al-qur’an, belajar berbahasa arab, menambah pengetahuan ilmu agama islam, demikian juga yang dilakukan Rifayah dalam kesehariannya. Jelang beberapa waktu ia berprasangka buruk pada sang pencipta Allah Subhanallah Ta’ala, bahwasannya ia mengatakan tidak ditakdirkan untuk belajar di STIS Putri dan Mondok di Kampus Hidayatullah Gunung Tembak, ia mulai merasakan kejenuhan, kesedihan karena kurang perhatian orang tuannya kembali. Tiba disuatu hari salah satu pengasuh santriwati mengkabarinya.

“Ukhti (saudara perempuan) ini ada telfon dari orang tuamu!” pesan pengasuh kepadannya.

BACA JUGA :  Kronologi Kasus Antara Pemuda D.I Yogyakarta

“Ya kah?, alhamdulillah yaa Allah” jawab Rifaya dengan hati gembira.

Putus semangat, Karena terlalu gembira saat berkomunikasi dengan orang tuannya, ia juga merasakan kesedihan, ia nyatakan dirinnya dengan mundur dari pesantren. Rifaya berbincang dengan orang tua dan memohon izin untuk pindah sekolah ditempat lain.

Karena kurang kasih sayang, lanjutnya saat perbincangan itu berlangsung, mendengar permintaan sang buah hati orang tua menangis mendengarkanya. Melihat perkataan barusan, sang ibu meminta maaf karena telah menghilangkan kasih sayangnya yang telah dilakukan beberapa tahun silam, Ibu pun memberi pesan yang bijak ke putrinya. Ibunya mengatakan agar ia harus bertahan dan menuntaskan sarjananya di STIS putri Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan.

Dorongan motivasi dan semangat dari orang tuannya, perempuan yang memiliki hobby membaca ini membatalkan pernyataanya dan ia juga memiliki cita-cita besar untuk membangun pesantren di luar negri. Karena mendapatkan semangat dari orang tuannya, antusiasnya semakin kencang, ia siap kemanapun saat ditugaskan dari pondoknya kelak.

“saya siap dikirim kemanapun saat pelepasan wisuda kelak, yang penting bisa bangun pesantren, itu tujuan saya,” tandas perempuan asal suku Bugis ini.

Memilih mondok, Alumni santriwati Hidayatullah Gunung Tembak ini juga sempat di daftarkan di perguruan tinggi bidang perawat karena desakkan tantenya, tetapi ia tiba-tiba menangis dan menolaknya, karenannya ia takut melepas hijabnya kelak.

“ya ana khawatirkan semisal di luar, pergaulan terlalu bebas,” jelasnya

“Anak pondok saja susah untuk istiqomah menjaga hijabnya, apa lagi kalau diluar yang begitu banyak cobaan dimana-mana,” terang perempuan bercadar ini.

Secara khusus Rifaya juga berusaha membawa keluargannya kelak untuk tinggal bersama-sama di Pesantren yang dilihat lingkungannya jauh dari masyarakat luar.

Diapun merasa bahagia berada di lingkungan ini, ia jelaskan bahwasanya mondok di gutem ini sungguh indah saunanya, terlilhat dari tempatnya yang memiliki danau besar, bersih yang tergletak di pertengahan kampus yang membentangi area kampus santri putra dan santri putri, sehingga tempat ini dibentuk dengan syariat islam yang sempurna.

Pesantren gutem inipun memiliki area kampung islam yang dihuni oleh semua ustadz-ustadzah yang berperan dalam mengembangkan amanah di pondok ini. Hidayatullah Balikpapan ini telah memiliki pendidikan sekolah dari TK hingga Perguruan Tinggi yang dibantu oleh peran guru dan dosen yang sudah jenjang pendidikan S2 hingga S3 serta dimumpuni juga banyaknya alumni dari Madinah, Sudan, dan Malasyia.

*/Penulis adalah Mas Andre Hariyanto, Pendiri AR Learning Center, Muslim Hijrah Movement, Taklim Jurnalistik, Kampus Trainer Indonesia, Suara Utama, Yayasan Pusat Pembelajaran Nusantara, dan penulis pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan, Kalimantan Timur

Berita Terkait

Gejolak Awal Tahun di Pandeglang Menggambarkan Krisis Tata Kelola dan Akuntabilitas Pemerintahan
Dampak Restorasi Bangsa dengan Jalan Politik Collective Advantage
Dandim 0702 Panen Perdana Talas Pratama di Purbalingga: Langkah Menuju Ketahanan Pangan Nasional
Ancaman Krisis Iklim Meningkat, Komunitas di Enam Desa Lakukan Pelatihan Pengolahan Sampah Organik
Rapat Kerja III GKI Klasis Yalimo Angguruk Digelar di Kabupaten Yahukimo
Sempat Viral, Tribun Penonton Stadion Tridaya Akhirnya Dirapihkan oleh Pemerintah
SRP Dogiyai Demo Tolak Transmigrasi Dan Miras
Menengok Keseruan Workshop Jurnalistik di ITSKes Muhammadiyah Selong
Berita ini 67 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 16 Januari 2025 - 11:20 WIB

Gejolak Awal Tahun di Pandeglang Menggambarkan Krisis Tata Kelola dan Akuntabilitas Pemerintahan

Kamis, 16 Januari 2025 - 11:13 WIB

Dampak Restorasi Bangsa dengan Jalan Politik Collective Advantage

Rabu, 15 Januari 2025 - 14:05 WIB

Dandim 0702 Panen Perdana Talas Pratama di Purbalingga: Langkah Menuju Ketahanan Pangan Nasional

Rabu, 15 Januari 2025 - 10:09 WIB

Ancaman Krisis Iklim Meningkat, Komunitas di Enam Desa Lakukan Pelatihan Pengolahan Sampah Organik

Selasa, 14 Januari 2025 - 20:52 WIB

Rapat Kerja III GKI Klasis Yalimo Angguruk Digelar di Kabupaten Yahukimo

Selasa, 14 Januari 2025 - 18:01 WIB

Sempat Viral, Tribun Penonton Stadion Tridaya Akhirnya Dirapihkan oleh Pemerintah

Selasa, 14 Januari 2025 - 11:16 WIB

SRP Dogiyai Demo Tolak Transmigrasi Dan Miras

Senin, 13 Januari 2025 - 19:09 WIB

Menengok Keseruan Workshop Jurnalistik di ITSKes Muhammadiyah Selong

Berita Terbaru