SUARA UTAMA –
Pendahuluan: Ketika Tragedi Menjadi Tontonan
Pemukiman Palestina yang semestinya menjadi tempat berlindung dan kehidupan keluarga, kini menjadi lokasi pembantaian brutal oleh militer Israel. Serangan demi serangan terjadi di wilayah-wilayah padat penduduk — seperti Rafah, Khan Younis, Deir al-Balah — yang dibombardir tanpa henti. Dunia menyaksikan semuanya, dari layar televisi hingga media sosial, namun tak banyak tindakan berarti dilakukan. Yang tersisa hanyalah gambar jenazah, jeritan ibu, dan reruntuhan rumah.
1. Reaksi Tokoh Dunia: Dari Kecaman hingga Kebisuan Diplomatik
Antonio Guterres (Sekjen PBB)
“Gaza telah menjadi kuburan anak-anak.”
Guterres berulang kali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan dan memperingatkan bahwa aksi Israel bisa mengarah pada pelanggaran hukum internasional, tetapi Dewan Keamanan PBB terus dibayangi veto dari negara-negara kuat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Recep Tayyip Erdoğan (Presiden Turki)
“Apa yang terjadi di Gaza adalah genosida. Dunia Islam harus bersatu dan melawan.”
Erdoğan secara terbuka menyebut Israel sebagai negara apartheid dan mendesak aksi nyata dari negara-negara anggota OKI.
Paus Fransiskus
“Kekerasan tidak pernah bisa dibenarkan. Mereka yang menyerang warga sipil, menghancurkan rumah dan rumah sakit, telah kehilangan nurani kemanusiaan.”
Paus menyerukan solidaritas dan doa untuk warga Palestina, menggarisbawahi nilai kemanusiaan yang universal lintas agama.
Nelson Mandela Foundation (pernyataan resmi)
“Tidak ada yang bebas sampai Palestina merdeka.”
Mereka membandingkan sistem apartheid di Afrika Selatan dahulu dengan kondisi Palestina sekarang: kontrol wilayah, penindasan sistematis, dan ketimpangan hak asasi.
2. Pandangan Tokoh Agama: Jeritan Kemanusiaan di Tengah Sunyi Moral Global
Grand Imam Al-Azhar, Ahmed El-Tayeb
“Apa yang terjadi di Gaza adalah aib moral umat manusia.”
Ia menyerukan fatwa solidaritas dan pembelaan terhadap rakyat Palestina sebagai bagian dari jihad kemanusiaan.
Patriark Ortodoks Yerusalem
Mengutuk pemboman gereja dan rumah sakit Kristen di Gaza, dan menyebut serangan tersebut sebagai “penodaan iman dan kemanusiaan”.
Yahudi Progresif – Rabbi Alissa Wise (Jewish Voice for Peace)
“Ini bukan tentang agama Yahudi. Ini tentang supremasi dan penindasan. Kami menolak menggunakan Torah untuk membenarkan pembunuhan.”
Kelompok Yahudi progresif menyerukan diakhirinya penjajahan dan blokade terhadap Palestina, menyatakan bahwa banyak orang Yahudi menolak tindakan Israel.
3. Analisis Media Nasional dan Internasional
Al Jazeera (Qatar)
Melaporkan secara real-time kehancuran pemukiman dan menayangkan footage eksklusif yang menggambarkan anak-anak terbakar hidup-hidup atau tertimbun puing bangunan.
“Setiap rumah yang hancur adalah potret kebisuan dunia.”
The Guardian (UK)
Mengkritik pemerintah Barat karena “standar ganda dalam isu HAM”, mendukung Ukraina tetapi mengabaikan penderitaan warga Gaza.
“Jika Gaza terjadi di Eropa, dunia sudah memberlakukan intervensi militer.”
Kompas (Indonesia)
Menulis editorial tegas berjudul “Gaza, Luka Umat Manusia”, menyuarakan bahwa Indonesia tidak bisa netral dalam krisis moral ini.
“Pembiaran adalah bentuk kolusi.”
The New York Times
Cenderung moderat tetapi dikritik karena menyamakan korban sipil Palestina dengan “kerusakan sampingan”. Laporan-laporan mereka seringkali menghadirkan narasi “dua pihak bersalah” meski disparitas kekuatan sangat jelas.
4. Dimensi Kemanusiaan: Suara Dari Korban
“Kami tidak punya tempat aman. Rumah kami dibom, sekolah kami dibom, bahkan rumah sakit pun dibom. Kami hanya menunggu giliran mati.”
– Suara seorang ibu Palestina dari Rafah
Anak-anak di Gaza tidak lagi menggambar pelangi dan bunga. Mereka menggambar drone, tank, dan makam. Psikolog menyebut ini sebagai trauma generasi yang akan terus membekas selama puluhan tahun ke depan.
5. Penutup: Dunia dalam Cermin Pecah
Apakah kita sedang menyaksikan awal dari normalisasi genosida? Ketika rumah-rumah menjadi kuburan, dan pembantaian disiarkan langsung ke seluruh dunia tanpa intervensi, maka kemanusiaan sedang diuji – dan sejauh ini, kita gagal.
Dunia harus bertanya: Apakah kita menonton tragedi ini karena tak berdaya, atau karena sudah mati rasa?
Editor : Regerensi dan Kutipan : • Al Jazeera Investigative Reports, 2024–2025 • The Guardian UK, Editorial “Palestine and the Price of Indifference”, 2025 • Kompas Editorial, “Gaza, Luka Umat Manusia”, April 2025 • Pidato Paus Fransiskus, Vatikan, Desember 2024 • Laporan Amnesty International, “Occupation and Apartheid in Gaza”, 2025 • Jewish Voice for Peace, “Not in Our Name” Movement, 2025














