Perjanjian Tarif Trump-Prabowo Dikecam Warga AS, Dinilai Membebani Konsumen

- Penulis

Jumat, 18 Juli 2025 - 11:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUARA UTAMA, Surabaya — Kesepakatan dagang terbaru antara mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto memicu polemik di dalam negeri Amerika Serikat. Kebijakan yang semula diklaim menguntungkan Negeri Paman Sam itu kini menuai kritik dari sejumlah warganya sendiri.

Pada Selasa (15/7/2025), Trump mengumumkan telah mencapai kesepakatan perdagangan bilateral dengan Indonesia. Dalam perjanjian tersebut, barang-barang asal Amerika Serikat akan masuk ke pasar Indonesia tanpa dikenai tarif (tarif nol persen), sedangkan barang-barang asal Indonesia justru dikenakan tarif sebesar 19 persen saat masuk ke pasar Amerika.

Trump menyebut kesepakatan ini sebagai langkah bersejarah yang membuka akses luas bagi produk-produk Amerika ke pasar Indonesia. Namun, respons dari sejumlah warga AS di media sosial menunjukkan pandangan yang bertolak belakang.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Perjanjian Tarif Trump-Prabowo Dikecam Warga AS, Dinilai Membebani Konsumen Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu kritik disampaikan oleh seorang pengguna TikTok bernama Nicholas (@nic6867). Dalam unggahannya, Nicholas menilai pernyataan Trump menyesatkan. Ia menjelaskan bahwa tarif 19 persen yang dikenakan pada produk asal Indonesia justru akan berdampak langsung pada harga barang yang dibayar oleh konsumen Amerika.

“Yang sebenarnya terjadi adalah konsumen AS yang akan menanggung tarif tambahan tersebut. Trump mengatakan mereka (Indonesia) membayar, padahal tidak demikian. Justru konsumen kita yang harus membayar lebih mahal untuk produk dari Indonesia,” ujar Nicholas.

Ia juga menyoroti bahwa produk Amerika yang masuk ke Indonesia tidak dikenakan biaya tambahan, sehingga menurutnya warga Indonesia tidak menanggung beban apa pun dari kesepakatan tersebut.

BACA JUGA :  Mengelola Fiskal dengan Bijak: Tinjauan terhadap Kebijakan Pajak dan Utang Sri Mulyani

Kritik senada disampaikan pengguna TikTok lainnya, Kclmft. Ia menyayangkan isi perjanjian yang dinilainya justru membebani masyarakat AS.

“Donald Trump baru saja membuat kesepakatan yang menyebabkan warga Amerika harus membayar 19 persen lebih mahal untuk produk dari Indonesia, sementara Indonesia tidak membayar tarif untuk produk kita. Ini justru membebani rakyat Amerika,” ujarnya dalam unggahan video dengan nada satir.

Kclmft juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak jangka panjang dari kebijakan ini terhadap daya beli masyarakat dan inflasi harga barang konsumsi yang selama ini cukup bergantung pada produk impor dari Indonesia.

Selain soal tarif, Nicholas turut mempertanyakan klaim Trump terkait pembelian 50 unit Boeing 777 oleh Indonesia. Ia menyebut bahwa kesepakatan itu sebenarnya sudah disiapkan sejak masa pemerintahan Presiden Joe Biden dan hanya mengalami penundaan dalam pelaksanaannya.

Menanggapi polemik tersebut, praktisi perpajakan dan pengamat kebijakan fiskal, Eko Wahyu Pramono, menyarankan agar sengketa ekonomi dan perdagangan antarnegara diselesaikan secara dialogis dan adil.

“Penyelesaian ketegangan dalam hubungan dagang seharusnya mengedepankan prinsip kesetaraan dan dialog yang konstruktif, bukan melalui tindakan sepihak yang berpotensi merugikan konsumen atau memicu perang tarif,” ujarnya.

Menurut Eko, kebijakan yang terlalu protektif dapat berdampak balik kepada masyarakat sendiri, khususnya dari sisi inflasi dan keterjangkauan harga barang kebutuhan sehari-hari. Ia juga menekankan pentingnya transparansi dalam menyusun perjanjian internasional agar publik dapat memahami konsekuensi ekonominya secara menyeluruh.

 

Penulis : Odie Priambodo

Editor : Andre Hariyanto

Sumber Berita : Wartawan Suara Utama

Berita Terkait

Pihak RSUD Waluyo jati Tak Bersuara perihal Pengadaan Gizi, Dinkes dan Inspektorat Di Minta Turun Tangan
Jamilah Warga Rantau Panjang Laporkan Suami ke Polres Merangin atas Dugaan KDRT
Belajar Dari Dunia: Tim Reformasi Polri, Harapan Besar di Tengah Krisis Kepercayaan Publik
Clear, Disporapar Kabupaten Probolinggo Evaluasi Penarikan Uang Parkir Seven Lakes Festival 2025
Pembentukan Badan Gizi Nasional Dinilai Perlu Landasan Hukum yang Lebih Kuat
BGN Resmi Dibentuk, Anggaran Rp 268 Triliun Ditetapkan untuk Program Makan Bergizi Gratis
Viral nya Keluhan Pengunjung Seven Lakes Festival 2025 di Probolinggo, Penyelenggara di Minta Segera Mengevaluasi 
Pekerja Perempuan di Dumai Alami Pelecehan, Dipecat Usai Melindungi Diri
Berita ini 59 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 11 November 2025 - 08:20 WIB

Pihak RSUD Waluyo jati Tak Bersuara perihal Pengadaan Gizi, Dinkes dan Inspektorat Di Minta Turun Tangan

Senin, 10 November 2025 - 18:14 WIB

Jamilah Warga Rantau Panjang Laporkan Suami ke Polres Merangin atas Dugaan KDRT

Senin, 10 November 2025 - 18:11 WIB

Belajar Dari Dunia: Tim Reformasi Polri, Harapan Besar di Tengah Krisis Kepercayaan Publik

Senin, 10 November 2025 - 16:01 WIB

Clear, Disporapar Kabupaten Probolinggo Evaluasi Penarikan Uang Parkir Seven Lakes Festival 2025

Senin, 10 November 2025 - 13:17 WIB

BGN Resmi Dibentuk, Anggaran Rp 268 Triliun Ditetapkan untuk Program Makan Bergizi Gratis

Senin, 10 November 2025 - 12:07 WIB

Viral nya Keluhan Pengunjung Seven Lakes Festival 2025 di Probolinggo, Penyelenggara di Minta Segera Mengevaluasi 

Senin, 10 November 2025 - 09:41 WIB

Pekerja Perempuan di Dumai Alami Pelecehan, Dipecat Usai Melindungi Diri

Senin, 10 November 2025 - 09:33 WIB

Diduga Ambil Alih Aset, Oknum Kades Sukokerto Terkesan Menantang Dinas PUPR kabupaten Probolinggo

Berita Terbaru