SUARA UTAMA, NGAWI – Peningkatan Kemampuan Menjumlah Melalui Media Aneka Sayuran di Kelompok B TK MDI Pandeyan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali – Semester II Tahun Ajaran 2021/2022
Bu Yunik Masrukah sedang melakukan kegiatan – Peningkatan Kemampuan Menjumlah Melalui Media Aneka Sayuran di Kelompok B TK MDI Pandeyan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali – Semester II Tahun Ajaran 2021/2022. Foto & Gambar: Dokumentasi Pribadi Bu Yunik Masrukah
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Guru yang Profesional sangat dibutuhkan untuk mewujudkan mutu Pendidikan yang ada di sekolah, kemampuan guru selalu diperbaharui melalui pengembangan keprofesian , tidak hanya dengan melalui pengembangan keprofesian guru yang professional tetapi juga melakukan penelitian Tindakan kelas yang ada di sekolah. Kompetensi yang dituntut dari guru profesional adalah memiliki kebiasaan dan kemampuan ilmiah dalam merancang, melaksanakan, menemukan kekuatan dan kelemahan dalam kegiatan pengembangan, serta memanfaatkannya untuk perbaikan kegiatan selanjutnya.
Perkembangan kemampuan berfikir (Kognitif) anak pada mulanya belum realistis, lebih banyak dipengaruhi oleh dorongan emosi, perasaaan dan daya imajinasinya. Hal ini terlihat saat anak memilih warna untuk menggambar. Ia menggunakan warna yang disukainya dan tidak menghiraukan dengan realitas umumnya dikaitkan dengan kemampuan logika (Nalar) dalam mengenal, membandingkan, menghubungkan, menganalisa hingga menyimpulkan sesuatu yang sederhana / lebih komplek melalui kegiatan bermain dan berkreasi seni.
Pada saat memasuki usia 3-5 tahun biasanya seorang anak akan semakin mandiri dan mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahapan usia anak mulai menyadari apa yang ia rasakan ini didukung oleh kemampuannya yang pesat dalam perkembangan bahasa. Pembendaraan kata sudah cukup banyak untuk mengkomunikasikan keinginannya dan rasa egosentrasinya pun semakin kuat.
Perkembangan kognitif seorang anak menurut pendekatan teori Kognitif J. Piaget ( dalam Hildayani 2014 : 6.2 ) terbagi atas tahapan- tahapan yaitu :
- Tahapan Sensorimotor
- Tahap Pra Operasional
- Tahap kongkret operasional
- Tahap formal operasional
Setiap tahapan tersebut dibangun berdasarkan pencapaian tahap sebelumnya, sehingga anak harus melalui tahapan melalui interaksi anak dengan orang dewasa / teman sebayanya yang memiliki pengetahuan lebih luas.
Baik Piaget maupun Vygotsky keduanya sama sama menjelaskan mengenai perkembangan anak kognitif seorang anak J. Piaget lebih menekankan pada kemampuan anak itu sendiri dan bagaimana lingkungan menyediakan stimulasi yang kaya. Sementara itu Vygotsky mencoba melihatnya dari sudut interaksi seorang anak dengan lingkungannya atau dengan kata lain dengan komponen sosial atau budaya dimana anak itu tinggal.
Dari kedua pendapat J. Piaget dan Vygotsky dapat ditarik kesimpulan singkat, yaitu “ Masa kanak- kanak adalah masa bermain dan anak mencoba berikteraksi dengan lingkungannya / budaya anak itu tinggal. Dengan kegiatan bermain anak akan mendapatkan pengalaman baru, sehingga anak akan berfikir untuk mengatasi masalah yang dihadapinya pada saat itu pembelajaran yang efektif juga akan meningkatkan kemampuan kognitif anak didik. Pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dimana cara pembelajaran yang diterapkan hendaknya menyenangkan bagi anak didik.
Proses pembelajaran di taman kanak – kanak menuntut guru untuk mampu menyelesaikan kemampuan siswa taman kanak – kanak yang sesuai dengan karakter mereka yaitu belajar sambil bermain. Sehingga guru harus mampu menggunakan media pembelajaran yang menarik minat dan mampu membangkitkan kreatifitas siswa taman kanak – kanak. Guru juga harus mampu merangsang minat siswa untuk menikmati media belajar yang di gunakan. Sehingga mereka mendapat pengetahuan dengan cara yang menyenangkan.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk alternative dan prioritas pemecahan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan media yang menarik dan efektif, agar anak merasa tidak bosan serta dapat mengenal penjumlahan bilangan 1 – 10 dengan baik salah satunya dengan menggunakan media aneka Sayuran , diharapkan agar anak lebih mudah mengerti, faham serta membantu mengembangkan kognitif anak.
Keterampilan berfikir (kognitif) memang sangat diperlukan, agar dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya, dengan pengembangan kognitif melalui kegiatan sehari-hari, khususnya pada anak TK yang mempunyai rasa ingin tau yang cukup tinggi. Mereka juga butuh benda-benda yang kongkrit untuk mengembangkan pola berfikir mereka, dengan demikian pola berfikir mereka pun akan terus berkembang sesuai dengan usia dan tahapan mereka.
Permainan matematik akan mampu merangsang & meningkatkan kemampuan anak dalam memahami fenomena alam/perubahan lingkungan disekitarnya. Kemampuan ini akan diperoleh anak secara alamiah & berlangsung selama bertahun-tahun seiring dengan pertumbuhan usia.
Konsep matematika modern sekarang tidak lagi pada konsep bilangan, melainkan lebih berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, alasan logis & pembuktian deduktif dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis melalui peralaran yang bersifat deduktif.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Mendiskripsikan Penjumlahan Melalui media aneka Sayuran dapat meningkatkan pengembangan kognitif AUD pada siswa Kelompok B TK MDI Pandeyan Ngemplak Boyolali dalam bentuk penjumlahan 1- 10
- Mendeskripsikan cara media aneka Sayuran dapat meningkatkan kognitif materi penjumlahan 1-10 pada siswa Kelompok B TK MDI Pandeyan Ngemplak Boyolali
Hasil penelitian Tindakan kelas Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV serta analisis data maka peneliti menyimpulkan melalui Penelitian tindakan kelas peningkatan kemampuan menjumlah melalui media aneka Sayuran pada anak Kelompok B TK MDI Pandeyan Ngemplak Boyolali berhasil. Hal ini terbukti dengan hasil belajar pada siswa Kelompok B pada pra siklus dengan porsentase ketuntasan belajar sebesar 20% pada siklus I sebesar 40 % dan pada siklus II 90 %.
Dari hasil pengamatan penelitian yang dilakukan pada pembelajaran konsep Penjumlahan prasiklus di TK MDI Pandeyan Ngemplak Boyolali menunjukkan bahwa ada 4 anak (20%) mempunyai aspek ketelitian dalam melakukan penjumlahan. Ketepatan dalam melakukan penjumlahan bilangan ada 4 anak (20%). Sedangkan ketuntasan anak dalam melakukan penjumlahan ada 4 anak (20%).
Prosentase pada siklus I ini masih dibilang rendah, karena belum mencapai 80% perindikator, hal ini dapat dilihat dari aspek ketelitian dalam penjumlahan hanya ada 8 anak (40%) yang sudah berkembang sesuai indikator. Aspek ketetapan juga ada 8 anak (40%) sedang aspek ketuntasan dalam penjumlahan ada 8 anak (40%) saja yang sudah berkembang sesuai indikator. Maka dari itu masih perlu perbaikan pada siklus berikutnya.
Untuk mencapai hasil yang memuaskan perlu dilakukan proses pembelajaran yang lebih menarik pada siklus II ini, supaya suasana pembelajaran siklus II sangat menyenangkan maka diperlukan media yang menarik dan didukung langkah-langkah yang tepat pula. Dengan menggunakan media sayur jeruk tingkat kemampuan penjumlahan bilangan 1-10 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prosentase perindikator yaitu mencapai 85% yaitu pada aspek ketelitian anak dalam melakukan penjumlahan ada 17 anak (85%). Pada aspek ketetapan anak dalam melakukan penjumlahan ada 18 anak (90%). Sedangkan aspek ketuntasan anak dalam penjumlahan bilangan ada 18 (90%). Siklus pun dihentikan, penelitian ini di anggap berhasil & tuntas.
Dan Pada kegiatan Refleksi penelitian Tindakan kelas ini saya merasakan adanya masalah dan kekurangan yang muncul pada saat melakukan penelitian tndakan kelas sebagai berikut :
- Kemampuan anak dalam bentuk penjumlahan bilangan 1 -10 masih rendah.
- Penggunaan metode dan media belajar kurang diminati oleh oleh anak. Sehingga proses belajar mengajar yang ada di TK MDI Pandeyan Ngemplak Boyolali
- Materi penjumlahan bilangan 1-10 Melalui media aneka Sayuran pada Siswa Kelompok B kurang maksimal.
- Beberapa anak masih takut dengan bentuk sayur Tomat, yang kulitnya kasar dan berbulu lembut
- Ketuntasan dalam berhitung pun kurang maksimal dikarenakan ada beberapa temannya yang menangis waktu lihat sayur Tomat , sehingga kosentrasi anak pun terganggu
- Beberapa anak masih geli saat memegang sayuran
- Guru kurang menguasai kelas dan media kurang menarik
- Pada saat kegiatan guru menjelaskan terlalu cepat sehingga anak-anak kurang menarik dengan apa yang disampaikan.
- Masih ada anak yang belum paham bentuk penjumlahan
Penyelesaian permasalahan yang terjadi dapat diatasi alternatif dan pemecahan masalah sebagai berikut :
- Menggunakan media yang menarik dan efektif, agar anak tidak bosan
- Menggunakan media sayuran untuk menstimulasi mengenal penjumlahan bilangan 1-10
- Menggunakan media yang konkrit dan disukai anak
- Memberikan motivasi kepada anak agar lebih semangat dalam pembelajaran
- Memberikan penjelasan materi dengan pelan sehingga anak mudah memahami materi pembelajaran
Sapetendik Indonesia Siapkan Pre Test PPG dan UKMPPG 2023, Ini Langkahnya
Bangun Peradaban Literasi, Suara Utama Berkomitmen Lawan Hoax dengan SDM Jurnalis baru yang Siap Berjuang. Foto & Gambar: Mas Andre Hariyanto/Saepudin Fikri. Rotasi Pengurus Suara Utama (SUARA UTAMA)