Penulis Oleh : Sri Juwita dan Suhardi
FITK IAIDU Asahan Kisaran Manajemen Pendidikan Islam
SUARA UTAMA, Aliran Rekonstruksionisme suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Imam Barnadib menerjemahkan Rekonstruksionisme adalah sebagai filsafat pendidikan yang menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan kemampuannya secara rekonstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi (Nurul Qomariah: 2017: 39). Pada dasarnya, Rekonstruksionisme sejalan dengan realisme dalam mengatasi krisis kehidupan modern. Hanya saja jalan yang ditempuh berbeda ketika realisme memilih kembali ke budaya kuno yang dicoba dan terbukti mampu menggiring manusia keluar dari krisis, sedangkan Rekonstruksionisme mencari yang seluas mungkin dan konsensus yang paling mungkin dicapai. Tujuan terpenting dan tertinggi dari kehidupan manusia, untuk mencapai tujuan tersebut, Rekonstruksionisme bertujuan untuk menemukan konsensus setiap orang tentang tujuan terpenting yang dapat mengatur tatanan kehidupan manusia dalam tatanan baru di seluruh lingkungan. Oleh karena itu, dalam Rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Rekonstruksionisme menaruh perhatian pada pendidikan dalam hubungannya dengan masyarakat (Ali Musim:2018: 19).
Berbagai permasalahan dan krisis sosial dalam dunia pendidikan, pendidikan dinilai tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang ada saat itu. Alasan utamanya adalah sudut pandang progresivisme dan pragmatisme. Banyak harapan ditempatkan pada para pekerja Rekonstruksionisme untuk memenangkannya. Sementara itu, dalam konteks filsafat pendidikan, arus Rekonstruksionisme adalah sekolah yang mencoba mereformasi susunan lama dengan membangun organisasi budaya yang hidup dengan model modern. Kehadirannya merupakan bentuk kritik, ketidak puasan dan kekecewaan terhadap aliran progresivisme yang cenderung menolak nilai-nilai, moralitas, disiplin spiritual dan budaya. Kemudian aliran ini memiliki pemikiran bahwa masa depan bangsa adalah dunia yang diatur secara demokratis oleh rakyat, bukan dunia golongan tertentu. Anjuran demokrasi yang tentunya bukan sekedar teori harus menjadi kenyataan untuk mewujudkan dunia kemungkinan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan, kekayaan dan keamanan masyarakat tanpa memandang warna kulit dan asal usulnya. , nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat yang bersangkutan. Cara berpikir ini menyoroti peran tradisional sekolah sebagai agen aktif pembalikan reformasi sosial (Nurul Qomariia:2017: 49).
BACA : Redaksi Suara Utama Kembali Buka Kesempatan Bergabung Menjadi Jurnalis
Pengertian Aliran Rekonstruksionisme
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. (Muhammad Kristiawan: 2016: 237).
Kata Rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris yaitu rekonstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran Rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. (Jalaluddin dan Abdullah Idi:2017: 116).
Aliran Rekonstruksionisme dianggap cocok untuk dunia pendidikan yang lebih baik karena aliran ini berpikir bagaimana kita mampu menciptakan Sumber Daya Manusia yang sanggup bersaing di era modernisasi yang tidak hanya cerdas dalam bidang pengetahuan tetapi memiliki keterampilan dan sikap yang baik.(Sabarin Shaleh: 2021: 158 ).
Aliran Rekonstruksionisme merupakan salah satu aliran yang sudah tidak asing lagi kita dengar bagi dalam dunia pendidikan. Rekonstruksionisme memiliki makna membangun. Rekonstruksionisme ini merupakan aktivitas yang aktif, di mana para peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide- ide baru dengan kerangka berpikir yang telah dimilikinya. Dengan kata lain, memahami apa yang telah mereka pelajari dengan cara menerapkan konsep- konsep yang diketahuinya kemudian mempraktikkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.(Hisarma Saragih,dkk.2021: 86).
Aliran Rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340). Kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran. Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran perenialisme memilih cara tersendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama (regressive road culture) yang mereka anggap paling ideal. Sementara itu, aliran Rekonstruksionisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia (Jalaluddin, Abdillah Idi:2017: 116-117).
Untuk mencapai tujuan itu, Rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru. Untuk tujuan tersebut, diperlukan kerja sama antarumat manusia. Maka melalui lembaga dan proses pendidikan, Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru. Kaitannya dengan pendidikan, Rekonstruksionisme menghendaki tujuan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai problematika sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi oleh manusia secara global. Dan untuk membina mereka, membekali mereka dengan kemampuan-kemampuan dasar agar bisa menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut (Mila Hasanah:2022: 246).
Aliran Rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi-sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.(Jalaluddin dan Abdullah Idi : 2007: 119).
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu, cita- cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan, dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan), dan masyarakat bersangkutan. (Jalaluddin dan Abdullah Idi : 2007: 118).
Pandangan Rekonstruksionisme Dalam Pendidikan Islam
Tokoh-tokoh Aliran Rekonstruksionisme
Theodora Bramel adalah salah satu tokoh Rekonstruksionisme Ia berpendapat bahwa krisis kebudayaan kehidupan modern harus segera diatasi sebagaimana prennialisme. Antara perenialisme dengan rekonstruksionisme terdapat perbedaan cara dalam mengatasi krisis kebudayaan di zaman modern. Perenialisme dengan cara kembali kepada kebudayaan manusia yang telah teruji dan terseleksi pada zaman Yunani Kuno dan abad pertengahan, sementara rekonstruksionisme melalui kesepahaman dan kesepakatan masyarakat dunia mengenai tujuan utama atau tujuan tertinggi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam pandangan rekonstruksionisme, untuk mengatasi terjadinya krisis kebudayaan zaman modern harus dilakukan usaha atau ikhtiar melahirkan kesepahaman dan kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama kehidupan manusia yang mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungan dan umat manusia. Melalui lembaga-lembaga pendidikan, rekonstruksionisme ingin mengubah tata kehidupan lama serta merumuskan tata susunan kehidupan dan budaya yang betul-betul baru di bawah suatu kedaulatan dunia serta pengawasan mayoritas umat manusia. Guna mewujudkan cita-cita pendidikan, rekonstruksionisme berpendapat perlu dilakukan kerja sama bangsa-bangsa di dunia (Ahmad Syar’i:2020: 33-34).
George Counts sebagai pelopor Rekonstruksionisme dalam publikasinya Dare the school build a New sosial order mengemukakan bahwa sekolah akan betul- betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, dan kesukuan (rasialisme). Masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial dari pada pendidikan hanya mempertahankan status qua dengan ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terpendam di dalamnya. Sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para petani, dan kelompok minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan. Counts mengkritik pendidikan progresif telah gagal menghasilkan teori kesejahteraan sosial dan mengatakan sekolah dengan pendekatan child centered tidak cocok untuk menentukan pengetahuan dan skill sesuai dalam abad dua puluh. (Muhaimin:2009: 1).
BACA : Sudahkah Merdeka Belajar? Di Momentum Hari Pendidikan Nasional Tahun 2023
Pandangan Islam Terhadap Aliran Rekonstruksionisme
Upaya perbaikan pendidikan menuju ke arah yang lebih baik sebenarnya telah dilakukan oleh para tokoh pendidikan Islam, baik dari kalangan modern maupun kaum tradisionalis. Pemikiran-pemikiran mereka cukup memberi- kan solusi bagi problematika bangsa jika diaplikasi. Hanya saja permasalahan yang dihadapi sekarang adalah pada tataran praktiknya.
Pandangan Islam Terhadap Aliran Rekonstruksionisme Islam menganjurkan umatnya untuk selalu berkembang dan maju, dengan akal yang dimilikinya manusia bisa merekonstruksi peradaban sesuai dengan ajaran-ajaran islam.Terkait substansi dari Islam itu sendiri yang ajarannya senantiasa berlaku sepanjang zaman, maka upaya interpretasi terhadap sebuah fenomena yang sedang berkembang saat ini paling tidak harus disinergikan pada dasar agama secara kontekstual. Secara teks, Islam memang dinyatakan sebagai ajaran yang tidak pernah berubah sampai berakhirnya. (Al-Makrifat, 3(2) :2018: 50-51).
Al-Syaibani mengatakan pendidikan pada hakikatnya mengandung pilihan ke arah proses pencapaian nilai-nilai yang telah ditetapkan. Sehingga nilai menjadi dasar bagi ketentuan tujuan-tujuan pendidikan, nilai yang menjadi dasar yang dimaksud adalah nilai materi, nilai sosial, nilai etika, nilai estetika, dan nilai religius. (Abu Muhammad:2015: 279).
Menurut Muhammad Iqbal yang di lontarkan, sistem pendidikan barat dan sistem pendidikan Islam. Dia memandang bahwa barat condong kepada materialisme dan cenderung merusak nilai-nilai spiritual manusia. Adapun pendidikan tradisional hanya dapat memenjarakan otak dan jiwa manusia dalam kurungan yang ketat. Sedangkan pendidikan menurut Muhammad Iqbal pendidikan yang baik adalah pendidikan manusia seutuhnya yang tidak saja memperhatikan aspek rohani tetapi juga jasmani dan akal. Tidak hanya antroposentris tetapi juga scientific dalam kata lain pendidikan adalah meletakkan landasan keseimbangan dan keserasian dari seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan memandang bahwa tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. (Abu Muhammad :2015: 282).
Pandangan dalam aksiologi, Barnadib (1992:69) mengungkapkan bahwa alira Rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas supernatural, yakni menerima nilai natural yang universal. Yang abadi berdasarkan prinsip nilai teologis. Hakikat manusia adalah emanasi (pancaran) yang potensial yang berasal dari Tuhan. Atas dasar ini lah tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat diketahuinya. Kemudian manusia sebagai subjek telah memiliki potensi-potensi kebaikan dan keburukan sesuai dengan kodratnya. Kebaikan itu akan tetap tinggi nilainya bila tidak dikuasai oleh hawa nafsu belaka, karena itu akal mempunyai peran untuk memberi penentuan (Mila Hasanah:2022: 247).
Sedangkan dalam pandangan epistemologi, aliran Rekonstruksionisme lebih merujuk pada pendapat aliran pragmatisme, dan perenialisme. Aliran in juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self evidence. Yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan eksistensinya. Pemahamannya bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada di dalam pengetahuan ilmu itu sendiri. Sebagai ilustrasi, adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain atas eksistensi Tuhan. Kajian tentang kebenaran itu diperlukan suatu pemikiran, metode yang diperlukan guna menuntun agar sampai kepada pemikiran yang hakiki. Ajaran yang dijadikan pedoman berasal dari Aristoteles yang membicarakan dua hal pokok, yakni pikiran (rasio) dan bukti (evidence) dengan jalan pemikirannya adalah silogisme. Silogisme menunjukkan hubungan logis antara pemis mayor, premis minor dan kesimpulan. Dengan memakai cara pengambilan kesimpulan deduktif dan induktif (Mila Hasanah: 2022: 248).
Foto Dokumentasi Suhardi, Penulis Berupaya Merekonstruksionisme Pendidikan
Pandangan Rekonstruksionisme Dalam Pembelajaran
Pendidik
Pada aliran Rekonstruksionisme posisi pendidik harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, membantu mereka merasa mengenali masalah- masalah tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya.. guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebagai suatu cara untuk menciptakan alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Rekonstruksionisme memandang peserta didik sebagai generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyakarat masa depan. Sedangkan filsafat pendidikan Islam memandang peserta didik sebagai subjek dan objek dan orang yang sedang tumbuh dewasa dalam proses pembelajaran.
Kurikulum
Aliran Rekonstruksionisme mengisi kurikulum dengan mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia, yang termasuk didalammnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif. Kurukulum menurut filosofis tentunya adalah segala hal yang bisa mengembangkan akal,yaitu berupa ilmu pengetahuan yang dikebangkan. Dampak positifnya dalam kehidupan masyarakat/manusia, adalah berkembangnya bermacam-macam ilmu pengetahuan ilmiah yang menunjangn kehidupan material umat manusia. Akibatnya negatifnya (kalau dianggap sebagai negatif) adalah timbulnya kehidupan materialistis, yang mengabaikan kehidupan batin. Maka kurikulum dalam filsafat pendidikan Islam adalah Al- Quran dan Hadis dengan disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan Al-Quran dan hadis.
Metode pembelajaran
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini berupa bahan tertulis seperti Al-Quran dan hadis, yang disertai dengan pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya. Dan bahan yang akan diambil dari pengalaman empirik dalam praktek pendidikan. Metode pencarian bahan, untuk mencari bahan- bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa.Metode pembahasan untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif yang metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, deduktif dan analisa ilmiah. Menurut rekonstruksionis metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang bertumpu pada kecerdasan Asali’ jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi yang paling valid bagi persoalan-persoalan umat manusia. Selainnya adalah metode kajian dan diskusi kritis akan membantun peserta didik melihat ketidakadilan ketidak fungsian beberapa aspek sistem sekarang ini dan akan membantu mereka mengembangkan alternatif-altenatif bagi kebijaksanaan kontroversial.
BACA : Eksistensi Perguruan Tinggi Islam Di Indonesia
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global dan mengajarkan kepada mereka keterampilan- keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Mampu mengidentifikasi persoalan utama kontroversi, konflik, dan inkonsistensi. Menumbuhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat luas, yang mana nilai-nilai tersebut telah hilang akibat totalitarianisme modern. Sekolah-sekolah Rekonstruksionisme berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tugas sekolah-sekolah Rekonstruksionisme adalah mengembangkan insinyur-insinyur sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
Guru
Pandangan rekonstruksionisme terhadap peranan guru dalam pendidikan tidak jauh beda dengan pendangan progresivisme. Menurut rekonstruksionisme guru harus menjadikan muridnya siap menghadapi persoalan-persoalan dalam masyarakat, membantu mereka mengidentifikasi permasalahan, lalu meyakinkan bahwa mereka sanggup memberikan solusinya, maka tugas guru adalah harus tampil dalam membantu siswa menghadapi persoalan dan perubahan. Guru harus memberi semangat terhadap munculnya pemikiran yang berbeda sebagai sarana untuk membentuk alternative penyelesaian masalah. Karenanya, kepala sekolah sebagai agen utama bagi perubahan social, politik, dan ekonomi masyarakat. Guru dan pendidik lainnya untuk bertindak sebagai instrument perubahan social. Guru dan pendidik lain bertindak sebagai intrumen perubahan social.Posisi (pendapat) guru dalam hubungannya dengan item-item kurikuler yang kontroversi. Dalam menyingkapi hal ini, guru memolehkan uji pembuktian terbuka yang setuju dan tidak setuju dengan pendapatnya, dan ia menghadirkan pendapat-pendapat alternative sejujur mungkin. Di segi lain, guru jangan menyembunyikan pendirian-pendiriannya. Ia harus mau mengungkapkan dan mempertahankan pemihakan secara publik. Di luar ini, guru harus berupaya agar pendirian-pendiriannya diterima dalam skala seluas mungkin. (Mila Hasanah: 2022: 250-253).
Penutup
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil Kata Rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris yaitu rekonstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran Rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.Theodore Bramel adalah salah satu tokoh Rekonstruksionisme Ia berpendapat bahwa krisis kebudayaan kehidupan modern harus segera diatasi sebagaimana prennialisme. Antara prennialisme dengan rekonstruksionalisme terdapat perbedaan cara dalam mengatasi krisis kebudayaan di zaman modern.
Theodora Bramel adalah salah satu tokoh Rekonstruksionalisme Ia berpendapat bahwa krisis kebudayaan kehidupan modern harus segera diatasi sebagaimana prennialisme. Antara prennialisme dengan rekonstruksionalisme terdapat perbedaan cara dalam mengatasi krisis kebudayaan di zaman modern. Prennialisme dengan cara kembali kepada kebudayaan manusia yang telah teruji dan terseleksi pada zaman Yunani Kuno dan abad pertengahan, sementara rekonstruksionalisme melalui kesepahaman dan kesepakatan masyarakat dunia mengenai tujuan utama atau tujuan tertinggi kehidupan manusia di dunia ini.
Pandangan Islam Terhadap Rekonstruksionisme yaitu Pandangan dalam aksiologi, Barnadib (1992:69) mengungkapkan bahwa aliran Rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas supernatural, yakni menerima nilai natural yang universal. Sedangkan dalam pandangan epistemologi, aliran Rekonstruksionisme lebih merujuk pada pendapat aliran pragmatisme, dan perenialisme. Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self evidence. Yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan eksistensinya. Pandangan Rekonstruksionisme Dalam Pembelajaran yaitu Pendidik, Peserta didik, Kurikulum, Metode pembelajaran dan Tujuan Pendidikan. Pandangan Rekonstruksionisme Dalam Pembelajaran yaitu Pendidik, Peserta didik, Kurikulum, Metode, pembelajaran, Tujuan Pendidikan.