Keutamaan Memberi: Antara Keikhlasan dan Kebijaksanaan dalam Berbagi
SUARA UTAMA – Memberi adalah salah satu amalan mulia yang diajarkan dalam Islam. Tidak hanya sebagai bentuk kepedulian sosial, memberi juga dipercaya membawa keberkahan rezeki bagi yang melakukannya dengan ikhlas. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ayat ini menegaskan bahwa setiap pemberian yang dilakukan dengan tulus akan mendapatkan balasan berlipat dari Allah. Namun, dalam praktiknya, memberi juga harus dilakukan dengan bijak agar tidak menimbulkan ketergantungan atau bahkan disalahgunakan.
Memberi dengan Bijak dan Tepat Sasaran
Salah satu prinsip penting dalam memberi adalah memperhatikan siapa yang menjadi penerima. Sedekah kepada fakir miskin tentu sangat dianjurkan karena dapat meringankan beban hidup mereka dan membantu memenuhi kebutuhan dasar. Namun, jika dilakukan tanpa perencanaan yang baik, bisa menimbulkan ketergantungan dan menghambat upaya mereka untuk mandiri.
Di sisi lain, memberi kepada orang yang masih sehat dan mampu bekerja dapat menjadi bentuk motivasi. Misalnya, memberikan bantuan dalam bentuk modal usaha atau pendidikan agar mereka bisa berkembang dan tidak terus-menerus bergantung pada bantuan orang lain. Inilah yang disebut dengan empowering charity – bukan sekadar memberi, tetapi juga membantu mereka bangkit.
Keikhlasan sebagai Kunci Utama
Dalam Islam, niat dalam memberi sangatlah penting. Jika seseorang bersedekah hanya untuk mendapatkan pujian atau pengakuan, maka nilai ibadahnya berkurang. Rasulullah SAW bersabda:
“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Mulailah memberi dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baik sedekah adalah yang diberikan dari kelebihan. Barang siapa menjaga diri dari meminta-minta, Allah akan menjaganya dari kekurangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa memberi harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan tanpa pamrih. Selain itu, sedekah yang paling baik adalah yang diberikan tanpa memberatkan diri sendiri, serta dimulai dari orang-orang terdekat yang memang membutuhkan.
Sedekah Bukan Jaminan, tetapi Jalan Menuju Keberkahan
Ada anggapan bahwa bersedekah pasti akan langsung melancarkan rezeki. Padahal, dalam Islam, rezeki adalah ketentuan Allah yang tidak selalu bisa diukur secara materi. Bisa jadi balasan dari sedekah bukan berupa harta, tetapi berupa kesehatan, ketenangan jiwa, atau kelancaran dalam berbagai urusan hidup.
Yang terpenting adalah tetap menjaga niat tulus dalam berbagi. Jika seseorang bersedekah dengan harapan mendapatkan sesuatu di dunia, maka ia bisa kecewa jika tidak langsung melihat hasilnya. Tetapi jika sedekah dilakukan karena Allah, maka apa pun balasannya akan diterima dengan lapang dada.
Kesimpulan
Memberi adalah perbuatan mulia yang tidak hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga mendatangkan keberkahan bagi yang memberi. Namun, dalam praktiknya, memberi harus dilakukan dengan bijak agar tidak menimbulkan ketergantungan. Yang paling utama adalah niat yang tulus dan keyakinan bahwa segala bentuk kebaikan akan mendapatkan balasan dari Allah dengan cara yang terbaik.
Dengan memahami makna memberi yang lebih luas, kita bisa menjadi pribadi yang lebih dermawan, tetapi tetap bijak dalam berbagi.
Penulis : M Junaidi Halawa
Editor : Mas Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama