SUARA UTAMA, Medan — Jangan sampai suami Anda seperti tahanan kota, wajib lapor setiap saat. Baru keluar satu jam, sudah ditelepon:
“Di mana kamu, Pak?”
“Di kantor.”
“Bohong! Mana buktinya? Kirim foto!”
Apakah harus seperti itu? Para bapak-bapak, apakah Anda rela diperlakukan seperti ini oleh istri Anda?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di sini, ada tidak bapak-bapak yang takut pada istrinya? Kalau ada, berhenti sekarang! Jangan kehilangan jati diri sebagai laki-laki.
Ingat, tugas kita adalah memimpin keluarga, bukan hidup dalam ketakutan. Kalau istri sampai memperlakukan Anda seperti itu, maaf, itu menunjukkan dia tidak menghargai Anda.
Saya sering bilang ke istri saya:
“Silakan, kalau uang habis, itu rezeki. Tapi jangan sampai kamu buat saya takut. Saya ini laki-laki.”
Ada yang lebih penting dari sekadar melapor terus-terusan. Kalau perlu video call, terus dipantau, bahkan hanya bekerja saja jadi ribet, itu bukan kehidupan yang baik. Sebagai laki-laki, kita harus menjaga harga diri.
Sebagai seorang suami, kita punya tanggung jawab besar, bukan hanya untuk mencari nafkah, tapi juga menjadi pemimpin yang bijak dalam keluarga. Kalau setiap langkah kita harus diatur seperti tahanan, bagaimana kita bisa menjalankan peran ini dengan baik?
Suami dan istri itu adalah mitra. Harus saling percaya, bukan saling curiga. Kalau komunikasi yang dibangun cuma soal “kamu di mana?”, “kamu bohong, kan?”, apa yang bisa kita harapkan dari rumah tangga seperti itu?
Percayalah, bapak-bapak, kebebasan itu penting. Kebebasan bukan berarti kita semena-mena atau lupa tanggung jawab. Tapi bebas untuk menjalankan peran sebagai kepala rumah tangga dengan rasa percaya diri. Jangan biarkan rasa takut atau curiga merusak hubungan.
Dan untuk para ibu-ibu, hargailah suami Anda. Kalau terus-menerus menuntut, terus mengontrol, suami bisa merasa tidak dihargai. Bagaimana seorang laki-laki bisa menjadi pemimpin kalau dia tidak diberi ruang untuk itu?
Ingat, rasa takut bukanlah dasar dari hubungan yang sehat. Yang ada, hubungan seperti itu malah akan membuat keluarga terasa seperti penjara. Kalau ada masalah, bicarakan dengan baik. Kalau ada kekhawatiran, ungkapkan dengan cara yang membangun.
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan rasa curiga. Lebih baik, kita saling mendukung, saling percaya, dan membangun keluarga yang harmonis. Itu baru kehidupan rumah tangga yang ideal.
Penulis : Junaidi Halawa
Sumber Berita : Ceramah Ustad Das'ad Latif