Diplomasi di Tengah Victory Day dan Parade Militer: Prabowo, Xi Jinping, Putin dan Pesan Stabilitas Global

- Penulis

Rabu, 3 September 2025 - 15:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Moment Presiden Prabowo Subianto berfoto sejajar dengan para pemimpin dunia dalam menghadiri parade militer China di Beijing, Rabu (3/9)

Ilustrasi Moment Presiden Prabowo Subianto berfoto sejajar dengan para pemimpin dunia dalam menghadiri parade militer China di Beijing, Rabu (3/9)

SUARA UTAMA – Victory Day dan Parade militer ke-80 Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 2025 menjadi panggung besar yang tidak hanya menampilkan kekuatan militer, tetapi juga simbol diplomasi. Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dalam pidatonya menegaskan komitmen untuk menjaga stabilitas global di tengah dunia yang sarat gejolak geopolitik. Kehadiran Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, bersama sejumlah kepala negara lain, menjadi catatan penting tentang bagaimana politik internasional kini lebih banyak dirangkai melalui simbol dan momentum kebersamaan.

Parade Militer Sebagai Diplomasi Kekuatan

Bagi Tiongkok, parade militer tidak hanya soal unjuk kekuatan persenjataan, tetapi juga sebuah pesan politik: bahwa stabilitas dalam negeri dan posisi globalnya tak bisa dipisahkan. Xi Jinping menggarisbawahi tekad Beijing untuk tidak mencari konfrontasi, melainkan memainkan peran sebagai penjaga perdamaian dunia. Namun, pesan itu hadir bersamaan dengan demonstrasi teknologi militer mutakhir—kontradiksi yang kerap menjadi sorotan dunia.

Prabowo dan Diplomasi Indonesia

Kehadiran Presiden Prabowo dalam perayaan ini mengisyaratkan dua hal. Pertama, Indonesia mengakui peran Tiongkok sebagai kekuatan global yang tak bisa diabaikan. Kedua, Indonesia ingin menegaskan posisi strategisnya sebagai jembatan antara negara-negara besar dan dunia berkembang. Sejalan dengan politik luar negeri bebas-aktif, Prabowo memperlihatkan bahwa Jakarta siap menjadi mitra dialog, bukan sekadar penonton, dalam isu-isu strategis internasional.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Diplomasi di Tengah Victory Day dan Parade Militer: Prabowo, Xi Jinping, Putin dan Pesan Stabilitas Global Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di mata media nasional, kehadiran Prabowo dipandang sebagai bagian dari strategi memperkuat kerja sama pertahanan dan ekonomi, sekaligus menjaga keseimbangan diplomasi antara Barat, Tiongkok, dan negara-negara Selatan Global.

BACA JUGA :  Membesarkan Musuh, Melegalkan Serangan

Pesan Stabilitas Global

Janji Xi Jinping untuk menjaga stabilitas global patut diapresiasi, namun juga perlu diuji dalam praktik. Dunia masih menyaksikan ketegangan di Laut China Selatan, persaingan teknologi dengan Amerika Serikat, serta konflik-konflik regional yang kerap melibatkan kepentingan Tiongkok. Di sisi lain, komitmen menjaga perdamaian adalah sinyal yang membuka ruang kerja sama lebih luas, terutama dalam bidang perdagangan, energi, serta keamanan maritim.

Pandangan Media dan Akademisi

Sejumlah media internasional menyoroti paradoks dalam pidato Xi: antara retorika perdamaian dan realitas ekspansi militer. Sementara itu, analis di dalam negeri menilai bahwa kehadiran Prabowo memberi pesan simbolik—bahwa Indonesia akan menjaga peran sebagai kekuatan tengah (middle power) yang berorientasi pada perdamaian dan keseimbangan geopolitik.

Akademisi hubungan internasional juga melihat momen ini sebagai peluang: Indonesia bisa memanfaatkan hubungan baik dengan Tiongkok untuk memperkuat posisi ASEAN dalam menjaga kawasan yang damai, stabil, dan terbuka.

Kesimpulan : Parade militer Tiongkok ke-80 bukan sekadar pesta kekuatan, tetapi juga panggung diplomasi. Xi Jinping dengan tegas menawarkan narasi stabilitas global, meski dunia masih meragukan implementasinya. Bagi Indonesia, kehadiran Presiden Prabowo adalah langkah strategis untuk menunjukkan eksistensi diplomasi bebas-aktif di level global.

Berita Terkait

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  
Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia
Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?
Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”
Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan
Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya
Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi
Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza
Berita ini 58 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 4 Desember 2025 - 19:29 WIB

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  

Kamis, 4 Desember 2025 - 16:12 WIB

Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia

Rabu, 3 Desember 2025 - 15:29 WIB

Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?

Rabu, 3 Desember 2025 - 14:43 WIB

Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”

Selasa, 2 Desember 2025 - 14:11 WIB

Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan

Selasa, 2 Desember 2025 - 12:48 WIB

Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya

Senin, 1 Desember 2025 - 20:03 WIB

Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi

Senin, 1 Desember 2025 - 14:21 WIB

Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza

Berita Terbaru