SUARA UTAMA,SURABAYA – Sekelompok Tokoh Ikut Musywil PWNA Jatim XII, Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur akan menjadi tuan rumah XII. Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah (Musywil) di Universitas Muhammadiyah Gresik.
Menteri PMK, anggota DPR dan Gubernur Jawa Timur diharapkan hadir dalam kegiatan yang disampaikan ke Dapur Redaksi Suara Utama ID. pada Rabu (03/05/2023)
Ketua Dewan Pengarah Musywil (SC) Nur Afny Rahman menyatakan “sidang Nasyiatul Aisyiyah tingkat provinsi tertinggi akan digelar dua hari pada 6-7 Mei 2023” Ucapnya.
Sekelompok Tokoh Ikut Musywil PWNA JATIM XII
Sejumlah tokoh diharapkan hadir dalam acara tersebut. Di antaranya Menko PMK Muhadjir Effendy, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Anggota DPR RI H. Zainuddin Maliki, Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani, Novita Hardini, CEO Yayasan Perempuan Pelopor Indonesia (UPRINTIS), dan anggota KPAI Dyah Puspitarini. Tak hanya itu, Ketua PP Muhammadiyah PW Sukadione Jatim dan Presiden Jatim Aisyiyah PW Rukmini Amar juga akan hadir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
BACA :Jamaah Membludaki Shalat Idul Fitri 1444 H
Afny Menyatakan“Pembukaan akan ditutup dengan sambutan dan arahan dari Ibu Khofifah Indar Parawansa, Dirjen PW Muhammadiyah Jatim dan Gubernur Jatim yang juga akan melantik Musywil,” kata Afny dalam keterangan tertulis (02/05/2023).
Afny mengatakan “Para Tokoh nasional dijadwalkan mengisi beberapa agenda PWNA Musywi Jatim XII, kuliah umum, seminar nasional dan lain-lain. Ia berharap acara Musywil ini akan menghasilkan keputusan-keputusan strategis yang kemudian menjadi acuan untuk empat tahun ke depan. Bahwa Nasyiatul Aisyiyah tetap berada di Jawa Timur dan senantiasa memajukan pembangunan Jawa Timur dan Indonesia”.Ujarnya.
Sekelompok Tokoh Ikut Musywil PWNA Jatim XII
Afny Menyatakan“Mudah-mudahan Musywil XII PWNA di Jawa Timur dapat berlanjut dengan sukses dan sesuai rencana serta menghasilkan keputusan-keputusan strategis yang menjadi acuan empat tahun ke depan.” Harapnya.
Hadiyatul Hikmah, Ketua Tim Penyelenggara Musyawarah PWNA Jatim mengatakan, tema Musywil tahun ini adalah “Perempuan Muda Berkemajuan Menguatkan Peradaban”. Musywili ini memiliki beberapa agenda antara lain laporan pertanggung jawaban penyelenggaraan PWNA Jatim 2016-2022, kemudian penyusunan program kerja 2022-2026, pembahasan isu-isu strategis dan pemilihan 11 anggota konstituante.
BACA :Muhammdiyah Tetapkan 2 Mei 2022 Idul Fitri, Bagaimana dengan NU dan Pemerintah
Hadiyatul Hikmah Menyampaikan “Musywil memiliki 400 pemilih. Mereka adalah perwakilan dari 38 Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) se-Jawa Timur,” kata Hadiyah.
Hadiyatul Hikmah Menyatakan“Pemilihan pimpinan menggunakan sistem voting elektronik. Pemilih tinggal memilih nama yang diinginkan dengan menekan 11 nama dari 33 calon utama di layar,” lanjutnya.
Lebih lanjut Hadiyah menjelaskan, penghitungan suara dalam e-voting sangat cepat dan langsung diketahui hasilnya. “Badan pemilihan akan mengumumkan 33 calon yang terpilih pada Musykerwil, yaitu sehari sebelum Musykerwil berlangsung.” dia menjelaskan. */ Pesan dari Ridia Septiria.
BACA :PWNA Jawa Timur Mendukung Upaya Penyelamatan Lingkungan
‘Aisyiyah didirikan pada tanggal 27 Rajab 1335 H/19. Mei 1917 dalam peristiwa besar dan meriah bertepatan dengan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sembilan wanita terpilih sebagai calon pemimpin pertama ‘Aisyiyah. Siti Bariyah diklaim sebagai Presiden pertama Aisyiyah.
Benih berdirinya ‘Aisyiyah dimulai dengan berdirinya Perkumpulan Alat Sapa pada tahun 1914, yaitu berdirinya perkumpulan gadis-gadis terpelajar di daerah Kauman. Nama Aisyiyah terinspirasi dari istri Nabi Muhammad SAW yaitu ‘Aisyah yang dikenal cerdas dan cakap. Semoga profil Aisyiyah juga menjadi profil Aisyiyah.
Siti Bariyah binti Haji Hasyim Ismail lahir pada tahun 1325 H di Kauman. Dia adalah salah satu dari tiga wanita yang bersekolah di sekolah netral. Sekolah itu milik pemerintah Belanda yang saat itu masih menduduki Indonesia. Meski ide ini ditolak warga antikolonial, Siti Bariyah berhasil menyelesaikan pendidikannya. Pada tahun 1917 HB Muhammadiyah mengangkat Siti Bariyah dalam rapatnya sebagai ketua Aisyiyah. Kepercayaan ini tidak datang secara instan. Sejak awal, Siti Bariyah aktif dalam tembang Sapa Tresna yang tak lain adalah leluhur Aisyiyah. Siti Bariyah, lulusan Sekolah Neutraal Meisjes, tidak hanya aktif di forum, ia memiliki ide-ide modern yang bisa dikembangkan Aisyiyah lebih jauh. Siti Bariyah memimpin Aisyiyah dari tahun 1917 sampai 1920.
Diantara mahasiswi KH. Ahmad Dahlan, Siti Bariyah paling sering diundang berdakwah di kantor pemerintahan dan sekolah negeri. Padahal, Siti Bariyah dikenal memiliki bakat dan visi yang melampaui wanita lain. Saat itu, Bariyah fasih berbahasa Belanda dan Melayu. Dengan kemampuannya tersebut, Siti Bariyah diberi tugas menerjemahkan ayat-ayat Alquran yang dibacakan temannya Wasilah ke dalam dua bahasa tersebut. Model pengajian yang dipimpin Siti Bariyah dan Wasilah ini bertujuan menarik minat masyarakat untuk belajar secara massal. Setelah Siti Bariyah diangkat menjadi Presiden ‘Aisyiyah, kiprahnya semakin terlihat. Tidak hanya di ‘Aisyiyah masa kepemimpinan K.H. Ibrahim, Siti Bariyah diberi wewenang untuk menawarkan tafsir atas rumusan Cita-cita Muhammadiyah yang kemudian diterbitkan dalam bentuk artikel di Suara Muhammadiyah berjudul “Tafsir Maksoed Moehamadijah”, Edisi No. 9, September 1923. Siti Bariyah pun turut serta. berdirinya majalah Soeara ‘Aisjijah pada tahun 1926.
Belakangan, tepatnya pada tahun 1927, Siti Bariyah terpilih kembali menjadi Presiden ‘Aisyiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-16 di Pekalongan. Selain bekerja di organisasi, keseharian Siti Bariyah mirip dengan kebanyakan orang Kauman sebagai penjual batik. Dia menjalankan toko batik bersama suaminya Muhammad Wasim putra K.H. Ibrahim yang tidak lain adalah adik dari Siti Walidah. Siti Bariyah meninggal dalam usia relatif muda setelah melahirkan Fuad. Sepeninggalnya, ketiga anak Siti Bariyah diasuh dan diasuh oleh kakak perempuannya, Siti Munjiyah.