SUARA UTAMA Bogor. Jiwa nasionalisme, patriotisme, rela berkorban, pantang menyerah serta cinta tanah air, adalah semangat yang wajib dimiliki oleh seluruh bangsa Indonesia sampai saat ini, tak terkecuali generasi muda. Semangat ini menjadi daya dorong untuk selalu tetap bersatu dalam kesatuan negara Republik Indonesia. Jiwa dan semangat ini bersumber dari nilai-nilai sejarah yang tidak hadir secara tiba-tiba, namun terekam melalui proses panjang dalam suatu museum yang dijadikan sebagai tempat sekaligus media sumber sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Demikian awal penjelasan dari Kepala Museum Monumen PETA Kapten Caj Dina Hamdani, ditemui suara utama di museum dan monumen Peta jalan Jenderal Sudirman 35 kota Bogor, rabu 13/11/2024.
Berdirinya Museum dan Monumen Peta. Berawal dari gagasan mantan tentara Peta dan generasi penerus yang tergabung dalam Yapeta (Yayasa Pembela Tanah Air). Pembangunan monumen diawali dengan peletakan batu pertama oleh wakil presiden RI ke 4 Umar Wirahadikusumah pada tanggal 14 Nopember 1993, pembangunan monumen selama 2 tahun kemudian pada tanggal 18 Desember 1995 diresmikan oleh presiden RI ke 2, Soeharto.
Makna nama pasukan Peta. Pasukan pembela tanah air yang dibentuk oleh militer jepang pada tanggal 3 Oktober 1943, sebelum proklamasi kemerdekaan. Tokoh-tokoh yang mendapatkan gelar pahlawan nasional yang pernah aktif dalam pasukan Peta diantaranya, panglima besar TKR Jenderal Sudirman dan Sodhanco Supriyadi (pimpinan tentara Peta yang melakukan pemberontakan terhadap Jepang di Blitar tanggal 14 Februari 1945).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengelolaan museum dan monumen Peta. Dinas sejarah angkatan darat membawahi Badan Pelaksana Museum Pusat ( Balakpusmonpus) di Yogyakarta mengelola 5 museum, masing-masing 2 di yogyakarta, 2 di Jakarta dan 1 di Bogor. Adapun masing-masing museum tersebut adalah : Museum pusat TNI AD Dharmawiratama jalan Jenderal Sudirman 35 Yogyakarta, museum Jenderal Besar Sudirman jalan Bintaran Wetan 3 Yogyakarta, museum Jenderal Besar Dr. AH Nasution jalan Teuku Umar 40 Jakarta pusat, Museum Jenderal A. Yani jalan lembang 58D Jakarta pusat, museum dan monumen Peta di Bogor jalan Jenderal Sudirman 35 Bogor.
Nilai kepahlawanan dalam museum dan monumen Peta. Didalam museum dan monumen Peta terdapat diorama-diorama yang menceritakan peristiwa pertempuran melawan penjajah yang terjadi di pulau Jawa, Madura dan Bali baik sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan, sehingga erat kaitannya dengan nilai kepahlawanan tanggal 10 Nopember 1945, sehingga setiap tanggal 10 Nopember 1945 diperingati sebagai hari pahlawan. Hal ini perlu disosialisasikan kepada para pengunjung agar bisa meneladani dan mewarisi semangat juang para pahlawan melalui nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, rela berkorban, pantang menyerah serta cinta tanah air. Nilai dan semangat tersebut dapat tertanam pada generasi muda sekarang ini.
Makna generasi muda melihat Museum Monumen Peta. Sebagai wahana media nyata untuk rekreasi, aspirasi, edukasi serta inspirasi untuk mengetahui peristiwa yang terjadi di masa lampau pada saat perang melawan penjajah baik sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan. Perannya meneruskan perjuangan para pahlawan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia serta meneladani semangat para pejuang terdahulu yaitu semangat nasionalisme, patriotisme, rela berkorban dan cinta tanah air.
Antusiasme masyarakat pada museum monumen Peta. Sangat baik, hal ini terlihat dari meningkatnya pengunjung yang datang bukan hanya dari wilayah Bogor saja akan tetapi dari beberapa kota di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebanyakan para pengunjung terdiri dari pelajar TK, SD, SMP, SMA, mahasiswa, keluarga besar TNI/Polri serta masyarakat pada umumnya. Apabila dilihat dari komposisi pengunjung, hal ini membuktikan kecintaan generasi muda pada perjuangan pahlawan-pahlawan kita terdahulu melalui kunjungan ke museum monumen Peta. Ada pepatah besar mengatakan : Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Jasmerah : jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Penulis : Agus Budiana
Editor : Redaksi Suara Utama
Sumber Berita : Kepala Museum dan Monumen Peta, Kapten Caj Dina Hamdani