LDII Kecam Keras Perilaku Pembakaran Kitab Suci, Bukan Adab Manusia Modern

- Jurnalis

Rabu, 25 Januari 2023 - 22:34 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

LDII Kecam Keras Perilaku Pembakaran Kitab Suci, Bukan Adab Manusia Modern

LDII Kecam Keras Perilaku Pembakaran Kitab Suci, Bukan Adab Manusia Modern

SUARA UTAMA, Kediri (25/1) – Pembakaran Alquran di Swedia dan Belanda memicu reaksi keras dari dunia Islam. Para tokoh ormas Islam mengkritik keras perihal kebebasan berekspresi yang kebablasan itu, dan mengingatkan aksi tersebut sebagai kebebasan yang tidak menghargai orang lain dan memicu Islamofobia.

“Kami bersama ormas-ormas Islam lainnya mengutuk aksi itu. Demokrasi memang ditandai dengan kebebasan berekspresi, tapi ada batasan yang disepakati tidak boleh dilanggar, yakni Hak Asasi Manusia (HAM). Kebebasan beragama merupakan hak paling hakiki dan prinsipil,” tutur Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.

KH Chriswanto menegaskan, bahkan Islam mengajarkan larangan menghina Tuhan agama lain. Pesan tersebut, menurutnya terdapat dalam surah Al-An’am ayat 108. “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan,” kutipnya.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 LDII Kecam Keras Perilaku Pembakaran Kitab Suci, Bukan Adab Manusia Modern Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia pun menjelaskan, sikap warga Turki yang membakar bendera Swedia merupakan langkah balasan yang terukur. Mereka tidak ingin penghinaan terhadap Islam dibalas dengan membakar kitab suci umat lain, “Umat Islam di Indonesia harus bijak menyikapinya dengan tidak membalas membakar kitab suci umat lain atau merusak rumah ibadah agama lain,” tuturnya. Tidak ada yang lebih parah dan menyedihkan adalah perang atas nama agama, padahal itu hanya urusan politik.

BACA :  Jelang Nataru, Relawan Paniai-ANI Desak Pemda Paniai Keluarkan Surat Edaran tentang Penjualan Miras

Ia meminta pemerintah mencekal Rasmus Paludan masuk ke Indonesia. Baginya, tidak layak bagi penista agama dan propagandis Islamofobia itu masuk ke Indonesia. Dengan kondisi Indonesia yang plural, tidak ada tempat bagi orang-orang yang tidak toleran. Ia menambahkan, Rasmus bisa memicu Islamofobia yang cenderung rasis, karena ketakutan yang berlebihan tanpa dasar terdapap Islam dan umat manusia yang meyakini agama itu.

KH Chriswanto Santoso - Ketum DPP LDII
KH Chriswanto Santoso – Ketum DPP LDII

KH Chriswanto sepakat dengan pernyataan Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) KH. Said Aqil Siradj, bahwa aksi pembakaran kitab suci Alquran adalah tindakan penistaan terhadap agama yang melukai hati umat Islam di seluruh dunia. Sekaligus menodai toleransi umat beragama, serta mencederai perdamaian dunia, “Kami prihatin, agar kasus pembakaran Alquran ini tidak menambah panjang krisis yang sedang melanda dunia. Kami tidak bisa menerima alasan demokrasi atau kebebasan berekspresi. Itu adalah wujud kebebasan berekspresi yang ugal-ugalan dan tidak menghormati hak asasi manusia,” tegas KH Chriswanto.

Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro sekaligus Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistiyono mengatakan pembakaran kitab suci Alquran yang didalangi oleh salah satu pimpinan politik di Swedia merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan di era keterbukaan, globalisasi, dan era kemajuan teknologi komunikasi, “Kejadian semacam ini merupakan suatu langkah mundur perkembangan masyarakat yang semakin modern dan terbuka,” ujarnya.

BACA :  Muhammadiyah dan LDII Tegaskan Umat Jangan Berpecah Karena Tahun Politik

Singgih menegaskan, aksi tersebut bila dilakukan pada abad 20 atau abad-abad sebelumnya, masih bisa dipahami. Ketika itu orang masih menonjolkan semangat sektarian dan nasionalisme yang berlebihan, “Tapi pada saat ini ketika kita hidup pada abad ke-21 tindakan seperti itu seharusnya tidak ada lagi,” tambahnya.

Menurutnya pascarevolusi industri 4.0 dan memasuki masyarakat 5.0 salah satu sikap yang diperlukan adalah adanya sikap toleransi, saling menghargai, sikap kebhinnekaan, sikap saling menerima perbedaan antara satu dengan yang lain. Baik dalam hal agama dan kepercayaan suku, ras, budaya ataupun antar golongan.

“Jika terjadi pembakaran kitab suci baik Alquran, Injil dan kitab suci lainnya, itu berarti masih memanfaatkan sentimen keagamaan untuk membangun kebencian dan membangun antipati kepada kelompok yang lain,” ungkapnya.

Fenomena di Eropa itu, kata Singgih sangat membahayakan proses konstruksi masyarakat 5.0 atau masyarakat pascarevolusi di era industri 4.0, “Saya kira di era saat ini jangan sampai masalah-masalah kepercayaan atau agama dan identitas itu dijadikan sebagai alat untuk membangkitkan kebencian, sehingga memicu konflik kekerasan sosial yang terjadi di tengah masyarakat,” papar Singgih.

BACA :  Kejari Sumenep Sosialisasikan Restorative Justice kepada Warga LDII

Ia juga mengingatkan, pembakaran kitab suci yang terjadi pada era keterbukaan informasi, dapat memicu konflik dan kekerasan. Bahkan, bisa berimbas pada pembunuhan secara masal yang sangat berbahaya bagi kemanusiaan dan peradaban manusia, “Agama seharusnya lebih diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik secara pribadi maupun secara universal,” tegasnya.

Singgih memaparkan solusi agar kejadian itu tidak berulang. Ia mengingatkan agar para pemeluk agama bersikap dan berperilaku yang baik, agar bisa memberikan manfaat kepada orang lain. “Sehingga dalam konteks itu, agama tidak mudah untuk dijadikan sebagai kampanye politik yang membangkitkan kebencian kelompok yang berbeda,” urainya.

Selain itu, tambah Singgih, jangan sampai kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi digunakan untuk memancing kemarahan atau reaksi dari kelompok lain yang bersifat destruktif. Kebebasan berekspresi harus bisa dipertanggungjawabkan dan juga bisa dijiwai oleh semangat tepo sliro atau mawas diri, “Jika kita tidak mau dicubit maka jangan sekali-kali mencubit orang lain. Jika kita tidak mau disakiti, jangan menyakiti orang lain. Kita harus punya perasaan empati,” pungkasnya.

Berita Terkait

Kris Bakweng Uropmabin: Pemerintahan ini dilahirkan bersama-sama dan harus dijalankan bersama-sama
Anton Goo Pimpinan Baru IPMANAPANDODE Jogja dan Solo
Ipmado Se-Jawa dan Bali’ Menegaskan Soal ADEM dan ADIK jangan Main Orang Dalam
Mantan sekjen Ipmado se-Jawa dan Bali: Yatri Dumupa Memberikan Materi Dasar-dasar Jurnalistik
Pemasangan Lilin Untuk Jein: Bentuk Solidaritas dan Dukacita Bersama
Emanuel Gobay: Adanya Temuan Pelanggaran Hukum dan HAM dalam kasus Kekerasan Seksual dan Pembunuhan di Yahukimo.
KOMPASS mengadakan diskusi memperingati IWD 2024
Dosen asal Papua di jawa Memberikan Pelatihan Menulis Kepada IPMANAPANDODE Semarang-Salatiga
Berita ini 0 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 25 Maret 2024 - 07:55 WIB

Kris Bakweng Uropmabin: Pemerintahan ini dilahirkan bersama-sama dan harus dijalankan bersama-sama

Senin, 25 Maret 2024 - 01:27 WIB

Anton Goo Pimpinan Baru IPMANAPANDODE Jogja dan Solo

Rabu, 20 Maret 2024 - 23:08 WIB

Ipmado Se-Jawa dan Bali’ Menegaskan Soal ADEM dan ADIK jangan Main Orang Dalam

Kamis, 14 Maret 2024 - 21:55 WIB

Mantan sekjen Ipmado se-Jawa dan Bali: Yatri Dumupa Memberikan Materi Dasar-dasar Jurnalistik

Kamis, 14 Maret 2024 - 20:40 WIB

Pemasangan Lilin Untuk Jein: Bentuk Solidaritas dan Dukacita Bersama

Minggu, 10 Maret 2024 - 22:55 WIB

Emanuel Gobay: Adanya Temuan Pelanggaran Hukum dan HAM dalam kasus Kekerasan Seksual dan Pembunuhan di Yahukimo.

Minggu, 10 Maret 2024 - 17:30 WIB

KOMPASS mengadakan diskusi memperingati IWD 2024

Sabtu, 2 Maret 2024 - 15:06 WIB

Dosen asal Papua di jawa Memberikan Pelatihan Menulis Kepada IPMANAPANDODE Semarang-Salatiga

Berita Terbaru

Uncategorized

Gotong Royong MIS Terpadu Langsa Pasca IDUL FITRI 2024

Kamis, 18 Apr 2024 - 10:24 WIB