Bahaya Mimpi Israel Raya: Antisipasi Global Hadapi Politik Ekspansionis Netanyahu

- Penulis

Senin, 18 Agustus 2025 - 14:38 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Ilustrasi Warga Gaza Palestina Protes (Pixabay)

Gambar Ilustrasi Warga Gaza Palestina Protes (Pixabay)

SUARA UTAMA – Aneh, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali meniupkan ide lama yang sarat ambisi: “Israel Raya” — sebuah gagasan yang berakar pada tafsir historis-politik tentang tanah yang dijanjikan, meliputi wilayah yang jauh melampaui batas negara Israel saat ini. Meski sering dibungkus dengan retorika keamanan dan identitas bangsa, impian ekspansionis ini menimbulkan ancaman nyata bagi stabilitas Timur Tengah dan perdamaian dunia.

Mimpi Gila Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengaku memiliki “misi sejarah dan spiritual” yang sangat terhubung dengan visi Israel Raya (Greater Israel),sebuah konsep yang mencakup wilayah Palestina yang diduduki serta mencakup wilayah bagian dari Yordania, Lebanon, Suriah, dan Mesir. Dalam wawancara dengan i24 News pada 12 Agustus 2025, Netanyahu menegaskan bahwa dirinya menjalankan “misi lintas generasi” demi bangsa Yahudi.(Adararelief.com 14/8/2025)

Akar Ideologi Israel Raya

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Bahaya Mimpi Israel Raya: Antisipasi Global Hadapi Politik Ekspansionis Netanyahu Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Konsep Greater Israel tidak lahir hari ini. Ia tertanam dalam benak kelompok Zionis sejak awal berdirinya Israel tahun 1948. Namun di tangan Netanyahu, mimpi itu mendapat nyawa baru dengan jargon “pertahanan” dan “legitimasi sejarah”. Beberapa analis politik menilai, ekspansi pemukiman ilegal di Tepi Barat, upaya aneksasi sebagian wilayah Gaza, hingga tekanan ke Lebanon Selatan, adalah potongan puzzle menuju visi tersebut.

Profesor Rashid Khalidi, sejarawan Timur Tengah di Columbia University, menegaskan: “Retorika Israel Raya hanyalah kedok modern untuk kolonialisme, mengabaikan hak rakyat Palestina dan merusak hukum internasional.”

Antisipasi Dunia: Respons Internasional

Beberapa negara mulai menunjukkan tanda kewaspadaan. Uni Eropa menyoroti bahwa ekspansi pemukiman Israel melanggar Konvensi Jenewa, sementara PBB berulang kali mengingatkan bahwa kebijakan sepihak ini memperbesar jurang konflik.

  • Turki melalui Presiden Erdogan menyebut langkah Netanyahu sebagai “bom waktu yang akan menghancurkan Timur Tengah”.
  • Iran menegaskan, proyek Israel Raya hanyalah “ilusi imperialis” yang akan mempersatukan dunia Islam melawan Zionisme.
  • Indonesia, sebagai pendukung konsisten Palestina, menilai gagasan ini tidak hanya melanggar hak Palestina, tapi juga menantang konsensus global tentang two-state solution.

Perspektif Media Internasional

  • Al Jazeera menulis: “Greater Israel bukan sekadar mimpi politik, melainkan proyek kolonial abad ke-21.”
  • The Guardian mengingatkan bahwa dunia Barat sering menutup mata terhadap agenda ekspansionis Israel karena kepentingan geopolitik.
  • Haaretz, media liberal Israel, mengkritik keras: “Israel Raya adalah fantasi berbahaya yang akan menjebak bangsa Israel dalam konflik abadi.”

Suara Moral dan Tokoh Agama

  • Paus Fransiskus, dalam berbagai kesempatan, menegaskan bahwa Yerusalem dan Tanah Suci “bukan milik satu bangsa saja, melainkan warisan spiritual bagi seluruh umat manusia.” Gagasan Israel Raya, menurutnya, “bertentangan dengan semangat kasih dan keadilan.”
  • Grand Sheikh Al-Azhar, Ahmed el-Tayeb, menilai mimpi Israel Raya adalah bentuk penindasan modern. Ia menekankan, “Tidak ada agama yang membenarkan pengusiran manusia dari tanah kelahirannya.”
  • Ketua MUI Indonesia menegaskan bahwa proyek Zionis hanyalah bentuk baru penjajahan, dan umat Islam wajib mendukung Palestina sebagai kewajiban moral dan kemanusiaan.
  • Tokoh Yahudi progresif, Rabbi Brant Rosen dari Amerika Serikat, bahkan menyebut gagasan Israel Raya sebagai “pengkhianatan terhadap nilai-nilai Yahudi itu sendiri, yang menekankan keadilan dan penghormatan terhadap sesama.”

Dampak yang Ditakutkan

BACA JUGA :  Surat Rindu Amoye Untukmu Maga

Jika ide Israel Raya dibiarkan, dunia akan menghadapi beberapa risiko besar:

  1. Konflik Regional: Potensi perang terbuka dengan Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, dan mungkin eskalasi dengan Suriah.
  2. Eksodus dan Genosida: Rakyat Palestina bisa semakin terdesak hingga ke titik pengusiran massal.
  3. Radikalisasi Global: Semakin banyak kelompok ekstrem memanfaatkan isu Palestina untuk perekrutan.
  4. Delegitimasi Hukum Internasional: Jika dunia bungkam, hukum internasional akan dipandang tak relevan.

Kesimpulan : Ambisi Netanyahu mewujudkan Israel Raya bukan sekadar mimpi pribadi, melainkan proyek kolonial yang membahayakan perdamaian global. Dunia tidak boleh menunggu hingga krisis meledak lebih besar. Adapun rekomendasinya :

  1. Dewan Keamanan PBB harus lebih tegas, termasuk sanksi politik dan ekonomi jika Israel terus melanggar hukum internasional.
  2. Negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) perlu bersatu dengan langkah konkret dan nyata, bukan sekadar retorika.
  3. Uni Eropa dan AS harus berhenti memberi “cek kosong” pada Israel, karena ekspansi ini justru merugikan kepentingan jangka panjang mereka.
  4. Masyarakat sipil global perlu terus menggerakkan gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) untuk menekan Israel.
  5. Tokoh agama dunia harus menjadi garda moral untuk menolak politik ekspansionis yang dibungkus dengan simbol keagamaan.

Mimpi Israel Raya adalah ancaman nyata. Dunia harus sadar, bahwa membiarkan ambisi Netanyahu sama saja dengan merelakan hukum internasional dan nurani kemanusiaan runtuh di hadapan kita semua.

Berita Terkait

Sumitro Djojohadikusumo: Pahlawan Nasional yang Terlambat Diakui Negara
Kiat Sukses Akreditasi Unggul: Langkah Strategis Menghadapi BAN-PT dan LAM-PT
PT Arion Indonesia Uji Materi Pasal 78 UU Pengadilan Pajak ke MK
Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah
Krisis Penegakan Hukum di Indonesia
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola
Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik
Berita ini 35 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 17 Desember 2025 - 12:45 WIB

Sumitro Djojohadikusumo: Pahlawan Nasional yang Terlambat Diakui Negara

Rabu, 17 Desember 2025 - 10:28 WIB

Kiat Sukses Akreditasi Unggul: Langkah Strategis Menghadapi BAN-PT dan LAM-PT

Rabu, 17 Desember 2025 - 08:58 WIB

PT Arion Indonesia Uji Materi Pasal 78 UU Pengadilan Pajak ke MK

Minggu, 14 Desember 2025 - 17:02 WIB

Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah

Sabtu, 13 Desember 2025 - 15:21 WIB

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:11 WIB

Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola

Jumat, 12 Desember 2025 - 18:30 WIB

Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik

Berita Terbaru

Komisaris PT Arion Indonesia, Rinto Setiyawan, A.Md., S.H., CTP (kiri), mengikuti sidang pendahuluan pengujian materiil Pasal 78 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak secara daring di Mahkamah Konstitusi

Berita Utama

PT Arion Indonesia Uji Materi Pasal 78 UU Pengadilan Pajak ke MK

Rabu, 17 Des 2025 - 08:58 WIB