Gaya Hidup Sederhana: Solusi untuk Ekonomi dan Lingkungan

- Penulis

Kamis, 7 Agustus 2025 - 16:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Eko Wahyu Pramono – Mahasiswa Ilmu Hukum

SUARA UTAMA – Surabaya, 7 Agustus 2025 – Di tengah gegap gempita media sosial dan gaya hidup yang cenderung konsumtif, muncul sebuah tren yang kontras, yaitu hidup sederhana. Dulu, gaya hidup sederhana sering diasosiasikan dengan keterbatasan ekonomi. Namun kini, banyak orang memilihnya sebagai gaya hidup yang lebih sadar dan bermakna.

Dengan semakin banyaknya informasi yang datang dari berbagai platform, serta dorongan sosial yang mendorong konsumsi berlebihan, semakin banyak individu yang merasa bahwa kebahagiaan tidak selalu terkait dengan memiliki banyak barang. Kesadaran ini semakin menguat, bahwa hidup yang lebih sederhana, terfokus pada hal-hal yang benar-benar bernilai, adalah kunci untuk menemukan ketenangan batin dan menjalani hidup yang lebih autentik.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Gaya Hidup Sederhana: Solusi untuk Ekonomi dan Lingkungan Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ekonomi yang Lebih Berkelanjutan

Krisis ekonomi global dan inflasi telah mendorong banyak orang untuk berpikir lebih bijak tentang pengelolaan keuangan mereka. Mengingat harga kebutuhan pokok yang terus naik, ketidakpastian pekerjaan, dan biaya hidup yang semakin tinggi, banyak orang beralih ke gaya hidup sederhana sebagai strategi untuk mencapai stabilitas finansial.

Langkah-langkah seperti mengurangi pembelian impulsif, memilih barang yang lebih tahan lama, serta mengadopsi gaya hidup minimalis yang lebih efisien kini semakin banyak dijalani. Selain itu, pentingnya menabung dan berinvestasi untuk masa depan juga semakin diperhatikan, mengingat tantangan ekonomi yang tak dapat diprediksi.

Dampak Positif bagi Lingkungan

Hidup sederhana berhubungan erat dengan konsep minimalisme dan keberlanjutan. Di era yang semakin peduli dengan masalah lingkungan, kesadaran bahwa konsumsi berlebihan memberi dampak negatif terhadap lingkungan semakin meluas. Dengan memilih hidup lebih sederhana, seseorang tidak hanya mengurangi beban finansial, tetapi juga turut menjaga keseimbangan ekosistem.

Konsep minimalisme mengajarkan bahwa memiliki lebih sedikit barang bukan berarti kehilangan kualitas hidup, melainkan sebaliknya. Orang-orang yang menerapkan gaya hidup ini seringkali lebih selektif dalam memilih barang yang dimiliki, memastikan bahwa setiap item yang dibeli memiliki nilai guna dan tidak hanya mengikuti keinginan sesaat.

Perubahan Prioritas Hidup

Sebelumnya, kesuksesan sering diukur dari banyaknya barang mewah atau aset yang dimiliki, seperti rumah besar, mobil mewah, dan gaya hidup glamor. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak orang mulai memahami bahwa kepemilikan materi yang berlebihan tidak selalu menjamin kebahagiaan atau kepuasan hidup.

BACA JUGA :  PBB dan ASEAN Desak Indonesia Transparan Usai Tragedi Demonstrasi Akhir Agustus

Kini, banyak orang menilai kesuksesan dari kualitas hidup mereka. Waktu luang, kesehatan mental yang stabil, hubungan yang harmonis, serta kebebasan dalam menentukan arah hidup menjadi hal-hal yang lebih dihargai. Kesadaran ini semakin diperkuat dengan pengalaman banyak individu yang merasa terjebak dalam lingkaran konsumsi yang tak ada habisnya, di mana semakin banyak yang dimiliki, semakin besar pula tekanan untuk mempertahankannya.

Tren Digital dan Remote Working

Kemajuan teknologi telah memungkinkan banyak pekerjaan dilakukan dari mana saja. Fenomena ini mengubah cara pandang banyak orang terhadap pekerjaan dan kehidupan mereka, terutama dengan semakin populernya sistem kerja jarak jauh dan fleksibel. Kini, banyak yang memilih tinggal di daerah yang lebih tenang dan terjangkau tanpa harus mengorbankan karier mereka.

Dengan adanya internet dan platform digital, bekerja tidak lagi harus dilakukan di kantor fisik. Hal ini memberi peluang bagi banyak orang untuk menjalani gaya hidup yang lebih sederhana, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Banyak pekerja lepas dan profesional yang memilih untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, lebih fokus pada pengalaman dan kebebasan, daripada mengejar akumulasi materi.

 

Hidup sederhana kini bukan lagi pilihan terpaksa, tetapi sebuah pilihan sadar untuk mencapai keseimbangan dan kebahagiaan dalam hidup. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan sosial, semakin banyak orang yang menyadari bahwa memiliki lebih banyak tidak selalu berarti hidup lebih baik. Dengan menyederhanakan gaya hidup, mereka dapat mengurangi stres, mengelola keuangan dengan lebih bijak, dan menikmati hidup dengan cara yang lebih autentik.

Kesadaran akan kesejahteraan mental, keberlanjutan lingkungan, serta fleksibilitas yang ditawarkan oleh teknologi semakin memperkuat tren ini. Hidup sederhana bukan hanya soal mengurangi barang, tetapi tentang memprioritaskan hal-hal yang benar-benar bernilai—kesehatan, hubungan yang bermakna, waktu untuk diri sendiri, dan kebebasan dalam menentukan arah hidup.

Pada akhirnya, kesederhanaan bukanlah tanda keterbatasan, melainkan kebebasan. Dengan melepaskan diri dari tekanan konsumtif dan ekspektasi sosial yang tak perlu, seseorang dapat menjalani hidup dengan lebih ringan, lebih fokus pada hal yang benar-benar penting, dan merasakan kebahagiaan yang lebih tulu

 

Penulis : Odie Priambodo

Editor : Andre Hariyanto

Sumber Berita : Wartawan Suara Utama

Berita Terkait

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  
Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia
Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?
Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”
Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan
Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya
Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi
Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza
Berita ini 71 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 4 Desember 2025 - 19:29 WIB

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  

Kamis, 4 Desember 2025 - 16:12 WIB

Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia

Rabu, 3 Desember 2025 - 15:29 WIB

Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?

Rabu, 3 Desember 2025 - 14:43 WIB

Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”

Selasa, 2 Desember 2025 - 14:11 WIB

Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan

Selasa, 2 Desember 2025 - 12:48 WIB

Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya

Senin, 1 Desember 2025 - 20:03 WIB

Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi

Senin, 1 Desember 2025 - 14:21 WIB

Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza

Berita Terbaru