Mengapa Pulau Tabuan Harus Menjadi Kecamatan?

- Penulis

Selasa, 24 Juni 2025 - 21:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keindahan Alam Pulau Tabuan Tanggamus.Suarautama.id. (Nafian faiz)

Keindahan Alam Pulau Tabuan Tanggamus.Suarautama.id. (Nafian faiz)

SUARA UTAMA – Pulau Tabuan di Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, adalah bagian dari Indonesia yang terasa jauh—bukan hanya secara geografis, tetapi juga dari sentuhan keadilan pembangunan. Terpisah dari daratan utama, satu-satunya akses ke pulau ini hanyalah lewat jalur laut. Saat laut tenang, waktu tempuh dari dermaga Cukuh Balak ke pulau ini memakan waktu 1,5 hingga 2 jam menggunakan perahu mesin kecil. Namun, dalam cuaca buruk, konektivitas bisa benar-benar terputus selama berhari-hari.

Pulau Tabuan adalah pulau berpenghuni satu-satunya di Kabupaten Tanggamus, dan terbesar di Provinsi Lampung. Pulau ini sebagai benteng  pertahanan alami  sepanjang  pantai daratan di Teluk Semangka- dihuni oleh lebih dari ribuan kepala keluarga yang tersebar di empat pekon: Sawang Balak, Karang Buah, Suka Banjar, dan Kuta Karang. Mereka hidup dari laut dan kebun—dalam kondisi penuh keterbatasan.

Fasilitas kesehatan sangat terbatas. Untuk layanan darurat, warga sering bertaruh nyawa. Posyandu dan satu pustu tidak cukup menangani krisis medis. Banyak kasus kegawatdaruratan harus menunggu kapal kecil yang bisa berlayar, atau menunggu cuaca bersahabat. Kematian dalam perjalanan menuju daratan bukan cerita baru di sana.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Mengapa Pulau Tabuan Harus Menjadi Kecamatan? Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dunia pendidikan pun senasib. Hanya ada satu SMP satu atap dan satu SMK yang baru berdiri tanpa fasilitas dan tenaga pengajar memadai. Banyak anak putus sekolah karena akses pendidikan lanjutan harus ditempuh jauh ke luar pulau.

Ironisnya, dermaga megah yang dibangun dengan anggaran belasan miliar rupiah justru tak termanfaatkan. Dermaga tersebut dibangun tanpa memperhatikan karakteristik transportasi warga setempat yang hanya menggunakan perahu kecil.

Dermaga itu terlalu tinggi, tanpa fasilitas penyesuaian, sehingga tak bisa digunakan sebagai tempat sandar yang aman oleh perahu nelayan dan kapal kecil masyarakat. Kini dermaga itu nyaris tak pernah dipakai- kecuali tempat memancing- menjadi simbol nyata ketidaktepatan pembangunan yang tidak berbasis kebutuhan lokal.

BACA JUGA :  AMI TEGAS TOLAK ATLET ISRAEL DALAM KEJUARAAN DUNIA SENAM 2025

Itulah mengapa pemekaran Pulau Tabuan menjadi kecamatan bukanlah ambisi politik, melainkan ikhtiar warga untuk bisa hidup lebih manusiawi.

Pemekaran wilayah di Pulau Tabuan akan membuka akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, administrasi kependudukan, dan keamanan. Status kecamatan akan memungkinkan dibukanya puskesmas, kantor layanan pemerintahan, dan memperkuat representasi anggaran pembangunan.

Pulau Tabuan bukan tanpa potensi. Lautnya kaya lobster, ikan karang, cumi-cumi, dan rumput laut. Pesisir dan alam bawah lautnya menjanjikan destinasi wisata kelas dunia. Sayangnya, semua itu belum tergarap maksimal. Tanpa otoritas lokal yang mampu mengambil keputusan strategis, semua potensi itu terkunci.

Secara hukum, PP No. 17 Tahun 2018 tentang Kecamatan memang menyebut syarat administratif minimal lima desa. Namun regulasi ini juga membuka pengecualian bagi wilayah dengan karakteristik khusus, seperti kepulauan terpencil. Pulau Tabuan sangat layak untuk mendapat pengecualian itu.

Saatnya pemerintah mengutamakan keadilan spasial dan keberpihakan pada rakyat di daerah terpencil. Pemekaran wilayah ini harus dilihat sebagai tindakan afirmatif untuk menebus keterlambatan dan ketertinggalan selama puluhan tahun.

Panitia pemekaran yang telah dibentuk bersama masyarakat dan aparatur pekon harus segera menyiapkan langkah-langkah penting:

1. Menyusun kajian akademis dan naskah akademik.

2. Menyempurnakan data kependudukan dan peta wilayah.

3. Menggalang dukungan resmi dari Bupati, DPRD, tokoh masyarakat, dan lembaga adat.

4. Menyusun strategi komunikasi dan advokasi di tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat.

5. Mendesain kelembagaan kecamatan baru secara realistis dengan proyeksi kebutuhan anggaran.

Tantangan terbesarnya adalah kemauan politik pemerintah daerah dan provinsi. Jika pembangunan berbasis keadilan benar-benar menjadi komitmen, maka Pulau Tabuan adalah tempat yang tepat untuk memulainya.

Pulau Tabuan bukan beban pembangunan. Ia adalah peluang untuk membuktikan bahwa negara hadir bukan hanya di kota-kota besar, tetapi juga di wilayah paling sunyi negeri ini.

 

 

 

Penulis : Nafian Faiz, jurnalis kelahiran Pulau Tabuan

Berita Terkait

Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah
Krisis Penegakan Hukum di Indonesia
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola
Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik
Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus
Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi
FES 2025 Dorong Kolaborasi Positif Generasi Muda Lewat Sport, Expo, dan SEKSOS
Berita ini 201 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 14 Desember 2025 - 17:02 WIB

Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah

Sabtu, 13 Desember 2025 - 15:21 WIB

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:11 WIB

Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola

Jumat, 12 Desember 2025 - 18:30 WIB

Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:49 WIB

Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:13 WIB

Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi

Jumat, 12 Desember 2025 - 16:54 WIB

FES 2025 Dorong Kolaborasi Positif Generasi Muda Lewat Sport, Expo, dan SEKSOS

Berita Terbaru