SUARA UTAMA – Ada pepatah mengatakan; Bersakit – sakit dahulu, Bersenang – senang kemudian, adalah sebuah nasehat yang paten dirasakan banyak manusia.
Dalam hal ini, redaksi Suara Utama ID ingin mengupas sekilas pengalaman sosok anak perantauan asal Surabaya yang lahir dari bumi Majapahit yakni Mojokerto.
BACA JUGA : Penulis Muda tuturma.ma Sowan Owner Suara Utama dan AR Learning Center
Sebut saja dia adalah Mas Andre Hariyanto (29 tahun 2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mas Andre, demikian dia dikenal, merupakan anak pertama dari Erni Santoso seorang janda ditinggal mati menginjak usia 50 tahun. Andre memiliki 3 saudara (pertama; Mas Andre Hariyanto, kedua; Devi Indriani, ketiga; Ferdi).
BACA JUGA : Dari Pengalaman Pahit, Mas Andre Hariyanto Bangkit dengan Bangun Usaha Berdayakan Ummat
Dalam keterangan yang diterima Suara Utama ID, Sabtu (02/07/2022) Mas Andre mulai meninggalkan kediaman (kala itu keluarga Mas Andre selalu tinggal di kost – kosan sederhana – RED) di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pada masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah tinggal di sebuah panti khusus anak yatim piatu dan dhuafa (warga miskin) serta dari SMA/K sampai sempat kuliah tidak bersama keluarga lagi dan seorang diri merantau mencari jati diri.
Seiring waktu, pemilik akun sosial media @arcogan ini hanya bertahan beberapa tahun saja, setelah itu dia malu untuk pulang dikarenakan tidak betah dan keluar dari panti asuhan tersebut.
BACA JUGA : Sambangi Asesor LSP Pers Indonesia BNSP, Pimred: Mas Andre H berharap besar kemajuan Suara Utama
Dia keseharian selain sekolah di jenjang SMP, dia lanjutkan dengan kemandirian hidupnya dengan menjadi pengamen jalanan, menjadi suporter bonek mania, yaa seperti gelandangan, tapi dia terus melanjutkan sekolah dengan bantuan yang datang dari Allah SWT lewat perantara disekitarnya dengan orang baik.
“Jaman SD saya sudah jualan koran keliling dan stay di dekat lampu merah, SMP saja jualan es dan apapun itu asal bisa buat bertahan hidup serta saat SMA jadi pengamen jalanan,” kata pedagang dan penjual Angkringan Si Ndut Prambanan.
Pengamen Jalanan untuk bertahan Hidup
Sampai ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah ke Atas (SMA/SMK) dia jalani hidup dengan kos sendiri, makan sendiri dan penghasilan dari menjadi pengamen jalanan atau serabutan. Singkat cerita dia mendapatkan bantuan beasiswa atau dorongan pendidikan kader dari sebuah Yayasan Pondok Pesantren untuk melanjutkan kuliah di Balikpapan Kalimantan Timur, tapi tidak selesai karena ibunya (Orang Tua) sakit dan akhirnya izin berhenti dalam perkuliahan.
Ditolak Menulis dan Kerja
Seiring waktu berputar, Mas Andre Hariyanto belajar menngeluti dunia kepenulisan dan Jurnalistik, alhasil selama belajar, tulisannya setiap hari setor 1 lembar sampai terkumpul 1 rak besar isinya cuma di coretin dengan warna merah tanpa ada penjelasan secara detail dan gagal menulis berkali-kali, dari sekian itu mencoba belajar diberbagai kantor redaksi media juga selalu tidak diterima dengan alasan masih harus belajar lagi, baik di wilayah Purwakarta Jawa Barat dan Surabaya Jawa Timur.
Sama halnya dengan pengalaman menulis, Mas Andre Hariyanto mulai belajar merantau kembali, sebut saja dari Kota Batam Kepulauan Riau, Palembang Musi Rawas, Tangerang, Jakarta, Bandung Jawa Barat, Yogyakarta, Malang Jawa Timur, Sumenep Madura, dan seterusnya. Dia berganti – ganti profesi dari seorang kuli bangunan, tukang bersih – bersih sekolah, tukang angkat – angkat.
“Suka duka saya rasakan sendiri, mengembel dari kota ke kota, tidak pernah makan, kerja di tolak terus, banyak teman datang saat butuh dan menjauh saat kekurangan, terlebih banyak hina’an,” kenang Mas Andre Hariyanto kala itu.
Gaji saja, lanjut Owner Lembaga AR Learning Center, paling banyak seumur hidup kisaran 1-2 juta saja, itu hanya nempel sebentar karena untuk kebutuhan keluarga dan lainnya, selebihnya gaji saya yang sering saat bekerja hanya kisaran 300-500 ribu saja.
Sekilas Cerita dan Berlanjut
Dalam petikan hikmah ini, Mas Andre menegaskan, jangan bergantung kepada orang lain, jangan merasa ilmu dan pengalaman kita banyak, sebelum hantaman – hantaman menjumpai kita, dan kunci dari semua yang dijalani adalah; berani, nekat, yakin, maju, bismillah, minta doa restu kedua orang tua dan mau berubah. Bersambung … (Part 2)