SUARA UTAMA, Timor Tengah Selatan – Nusa Tenggara Timur terkenal dengan istilah Nusa Tertinggi Toleransi. Hal ini diwujudkan dalam aktivitas masyarakat sehari-hari, tak terkecuali warga di Dusun Fatumetan (Batu Hitam), Desa Boentuka, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur yang mengadakan kerja bakti dalam memindahkan rumah salah satu guru ngaji TPQ di Pedalaman Timor, Minggu (09/11/2025).
Potret Toleransi di Kampung Fatumetan
Selama ini Ibu Ratna Tofeto (45) yang merupakan ustadzah atau guru ngaji di Musholla Attahiriyah Boentuka bersama suaminya Udin Asbanu (50) memang tinggal di bantaran sungai di Kampung Fatumetan, tepatnya di Belakang Gereja Katolik, Kapela Fatumetan, bahkan satu satunya KK muslim di antara semua warga di dekat gereja tersebut.
Mendengar informasi tentang rencana pindahan rumah tersebut, Romo Patris Tampani langsung menginformasikan kepada jemaat gereja Kapela Fatumetan agar kerja bakti bantu Ibu Ratna dan Bapak Udin usai melaksanakan kegiatan ibadat di gereja tersebut.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Warga yang mayoritas non muslim terlibat langsung dalam proses pemindahan rumah ustadzah atau guru ngaji TPQ, karena posisinya yang berada di pinggir sungai dan sangat membahayakan, bahkan nyaris terbawa arus sungai karena erosi.
Warga Kampung Fatumetan Bahu-membahu Membantu Pindahkan Rumah Ibu Ratna
Kurang lebih 40 orang terlibat langsung dalam menggotong rumah untuk dipindahkan dari lokasi pinggiran sungai, dan lanjut pemasangan dinding dan buka lantai dasar di bangunan tersebut.
“Kami haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua warga yang telah membantu kami dalam proses pemindahan rumah kami,” ungkap Mama Ratna sapaan dari Ibu Ratna Tofeto, guru ngaji TPQ di Pedalaman Timor.
“Di mana semua warga terlibat tanpa melihat agama, suku, dan perbedaan lainnya, ini semua karena kami sudah menjadi bagian dari keluarga besar warga Fatumetan,” lanjutnya.
Walaupun hanya sendirian (1 KK muslim) di antara warga sekitar gereja Kapela Fatumetan, Ibu Ratna dan Bapak Udin senantiasa hidup rukun dan berbagi dengan sesama.
Potret Kebersamaan Warga Kampung Fatumetan Saat Ada Pesta Pernikahan
Jika ada acara pesta pernikahan atau pesta adat lainnya, mereka yang ditugaskan untuk mengurus masakan untuk kaum muslim yang diundang baik dari Kota Soe maupun Kota Kupang, jika yang punya pesta adalah warga non muslim di Desa Boentuka.
Warga menitipkan hewan berupa sapi kambing, beras dan sayuran, dan bumbu masakan lainnya.
Hal ini terjadi karena mereka sudah menjadi bagian dari keluarga besar Fatumetan, ketika Mama Ratna dan Bapak Udin mengadakan acara pesta nikahan putrinya beberapa waktu yang lalu, semua warga terlibat dalam kepanitiaan.
Semua warga antusias untuk menyukseskan acara tersebut, bahkan urunan memberi beras, hewan sapi, kambing, aneka sayuran, dan bumbu masakan.
Hingga urusan dan kelancaran acara semua warga turut bahu-membahu membantu jalannya acara tersebut. Inilah potret the real toleransi dari Negeri Timur, Nusa Tenggara Timur.
Penulis : Muhazir Syukur
Editor : Nurana Prasari
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














