SUARA UTAMA, Nabire – Seperti yang dilansir dari berbagai media massa menyangkut penembakan diduga yang dilakukan oleh oknum aparat kepolisian pada hari Sabtu (21/01/2023) di Mapia, Kabupaten Dogiyai hingga mengakibatkan seorang pemuda tewas dan beberapa orang lainnya terluka dibenarkan oleh Kapolres Dogiyai Samuel Dominggus Tatiratu, S.I.K
Dari insiden tersebut, warga dan keluarga korban penembakan mengamuk membakar habis kios yang ada di distrik Mapia dan satu unit truk. Rupanya masih belum diusut tuntas kasusnya dan siapa saja pelaku penembakannya. Terdapat beberapa kekeliruan informasi dalam penyajiannya di media maka inilah pernyataan dan klarifikasi lengkap dan penjelasan yang lebih jelas dari PJ Bupati Dogiyai dan Kapolres Dogiyai yang didampingi Dandim 1705 Nabire dalam Jumpa Pers serta cerita saksi dan korban lainnya.
PJ Bupati Dogiyai Dr. Petrus Agapa, M.Si dalam pernyataannya mengatakan “Atas nama Yulianus Tebai, yang telah meninggal akibat kena tembak dari oknum POLRI dari Polres Paniai, dan sementara ini beredar di Media Massa mengatakan Yulianus Tebai adalah “Pemabuk dan melakukan Pemalangan dijalan”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sama sekali kami atas nama Pejabat mengklarifikasi bahwa dia bukan pemabuk atau pemalang jalan namun dia adalah pegawai honorer SATPOL-PP Kabupaten Dogiyai yang hendak pergi kekebun untuk bekerja dalam rangka menghidupi keluarganya”. Tambahan menutup pernyataannya.
Dalam hal ini seperti yang dilansir di beberapa media yang menyatakan bahwa kejadian penembakan ini terjadi karena pemalangan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda dalam keadaan mabuk. Namun, pernyataan yang bersifat klarifikasi yang disampaikan oleh PJ Bupati Dogiyai adalah menjawab tuduhan “pemalakan dan mabuk” tersebut.
Kemudian Pernyataan Kapolres Dogiyai Samuel Dominggus Tatiratu, S.I.K berkata “Menyikapi, permasalahan yang terjadi pada tanggal 21 Januari 2023 hari Sabtu. Dimana, ada insiden penembakan dilakukan oleh oknum anggota POLRI, Polres Paniai yang mengakibatkan meninggalnya salah satu masyarakat kita atas nama Yulianus Tebai saat ini saya mewakili pimpinan Polda Papua menyesalkan hal ini terjadi”.
Kapolres menambakan “Dan apa yang sudah disampaikan oleh bapak Bupati bahwa yang bersangkutan merupakan anggota SATPOL-PP aktif yang selama ini berdinas dan bukan sebagai pemabuk atau yang melakukan Pemalangan tapi dia yang menjadi korban dari perbuatan oknum anggota ini”.
“Sekali lagi kami mohon maaf, kami akan melakukan tindakan tegas, sesuai dengan perintah bapak Kapolda bahwa oknum anggota tersebut wajib hukumnya dilakukan tindakan tegas dan Kami tegaskan bahwa yang bersangkutan kami sudah tangkap dan melakukan pemeriksaan 3 oknum ini sementara diperiksa mendalam di Polres Nabire”. Ujarnya tegas, penuh penyesalan.
“Untuk kedepan, kami sebagai Kapolres Dogiyai berharap sangat kepada kita semua lewat kejadian yang sudah terjadi mari kita sama-sama bergandengan tangan” Tutupnya.
Adapun cerita para saksi yang menceritakan secara detail bagaimana insiden penembakan tersebut dapat terjadi. Berikut cerita lengkap beberapa saksi, dari kronologi terjadinya penembakan tersebut diantaranya adalah Yance Dogomo yang menceritakan tentang awal peristiwa terjadi hingga korban Vincen Dogomo ditembak di paha kanan. Saksi Marsela Tebai yang menceritakan tentang saudara kandungnya Yulianus Tebai yang ditembak mati. Sementara, korban Amandus dan korban Thomas Dogomo menceritakan tentang apa yang dialaminya
1. Saksi Yance Dogomo
Yance menjelaskan, penembakan bermula dari dia bersama empat rekan pemuda sedang melakukan perjalanan dari kampung Gopouya, Distrik Mapia ke arah kali Degeuwo. Sebelum tiba di kali Degeuwo ada satu kios, mereka berhenti dan memarkirkan motor yang dikendarai di pinggir jalan untuk membeli kuku bima susu.
‘’Kami dari Gopouya mau ke arah kali Degeuwo. Sampai dekat kali, kami berhenti mau beli kuku bima susu. Setelah kami parkir motor, kami lihat ada tiga truk dari arah Mapia. Sampai di depan kami, sopir di truk pertama buang uang sepuluh ribu rupaih (Rp.10.000) ke arah kami padahal kami berdiri di pinggir jalan, kami tidak palang dan tidak mabuk juga,” kata Yance Dogomo, Rabu, (25/1/2023).
Setelah uang itu dibuang oleh sopir melalui pintu mobil truk, ia bergegas mengumpulkan namun saat ambil uang selembar itu langsung dikagetkan dengan satu tembakan senjata ke arah langit.
“Dan peluru lewat di atas kepala saya. Lalu saya ditodong dengan senjata,” ucapnya.
Setelah ada penembakan peringatan peluru yang lewat di kepalanya dan ditodong senjata, karena tidak terima ia bersama empat pemuda yang berhenti beli kuku bima susu mengejar tiga truck untuk menanyakan penjelasan dan memberikan peringatan supaya anggota militer tidak boleh lagi menakut-nakuti masyarakat dan mengeluarkan tembakan tanpa alasan yang jelas.
“Kami tidak terima ada penembakan peringatan yang pelurunya lewat di atas kepala saya, dan tidak terima juga saya ditodong senjata, maka saya bersama empat teman yang sama-sama kami kejar 3 truck itu dengan menggunakan motor (dua motor), katanya.
Ia mengaku, mengejar tiga truck itu sampai di kampung Ugida namun karena truck lari dengan kecepatan tinggi sehingga tak mampu menahan, maka ia bersama teman-temannya memutuskan untuk kembali.
Lebih lanjut ia menceritakan, saat mereka kembali, tepat di kampung Tugomani didapati beberapa anggota satuan Brimob. Ada juga truck yang menyerempet ke pinggir jalan sehingga penumpang dan sopir truck sedang pindah ke mobil Hilux, lalu mereka arahkan senjatanya keempat pemuda.
‘’Saat kami tiba di lokasi truk dan hilux, anggota Brimob yang ada di situ membuang tembakan ke arah kami. Kami tidak tahu entah apa masalahnya, kami langsung ditembaki oleh para anggota Brimob. Banyak sekali peluru yang ditembakkan. Kami berlima lari ke kiri dan kanan jalan, bersama masuk ke hutan. Ada satu orang teman kami yang kena tembakan namanya Vinsen Dogomo, dia kena luka tembak dengan peluru tajam di tulang paha dekat lutut. Tulangnya hancur,” katanya menjelaskan.
Setelah Brimob, sopir dan penumpang pindah ke Hilux dan pergi, lanjut dia, empat pemuda yang tidak kena luka membawa temannya menuju Puskesmas Bomomani untuk mendapatkan perawatan medis.
“Dalam perjalanan ke Puskesmas Bomomani, kami mendapati banyak orang dari rumah-rumah keluar ke jalan karena dengar rentetan bunyi tembakan hingga tiba di Totoko Taiga, Kampung Tugomani, Distrik Siriwo, Kabupaten Nabire kami mendapati korban meninggal dunia atas nama Yulianus Tebai sudah tergeletak ke tanah. Jadi kami lihat korbannya sudah terbaring ke tanah di samping motornya, tapi kami tidak tahu ia sudah meninggal karena kami langsung menuju Puskesmas antar teman yang tertembak,” ungkapnya.
Setelah tiba di Puskesmas Bomomani, ia bersama temannya melaporkan penembakan yang dialaminya ke Polsek Mapia di Bomomani. Saat ditanya, apakah korban meninggal dunia termasuk dalam kelompok lima pemuda? Dogomo mengaku, korban meninggal dunia tidak masuk dalam kelompoknya.
“Dia tidak sama-sama dengan kami. Kami juga tahu dari Puskesmas kalau ada korban penembakan di tempat lain yang meninggal dunia,” ceritanya.
2. Oleh saksi Marsela Tebai
Marsela Tebai, saudara kandung korban meninggal dunia Yulianus Tebai (28) yang jadi saksi mata menjelaskan, ia bersama saudaranya Yulianus Tebai sedang bersiap ke kebun sekitar pukul 11:00 dari rumah di Ekago, distrik Mapia, kabupaten Dogiyai. Saat masih dirumah, Yulianus dan Marsela mendengar tembakan dari arah Ekago dan Gopouya.
‘’Saat masih di rumah, kami dengar sekitar 4 kali bunyi tembakan dari arah ekago dan Gopouya. Tidak hanya kami dua, semua yang berada disekitar kami Kaget dengar bunyi tembakan,’’ jelasnya.
Menurut Tebai, bunyi tembakan itu disusul dengan bunyi tiang listrik yang dipukul tanda telah terjadi suatu masalah. Karena itu, ia bersama almarhum Yulianus Tebai pakai motor bergerak ke arah kampung Ekago dan Gopouya.
‘’Setelah dengar bunyi tembakan dan bunyi tiang listrik yang bertanda telah terjadi sesuatu, kami dua jalan keluar pakai motor dari rumah tiba di depan Gereja Ekago. Ada beberapa orang berkerumun. Kami lalu berhenti dan tanya ke mereka, ada masalah apa? Lalu kerumunan orang itu bilang tadi ada aparat dalam 1 truk telah buang tembakan ke arah para pemuda dan sekarang truk itu lagi dikejar,’’ jelasnya.
Lanjut Tebai, “Dari tempat kami berhenti, kami lihat ada beberapa pemuda yang sedang jalan ke arah datangnya suara tembakan guna memastikan. Terus ada beberapa pemuda lagi yang sibuk kejar truk yang menurut cerita sudah membuang tembakan dan lalu lagi dikejar itu.”
Melihat itu, ia bersama almarhum kakaknya menyusul kelompok yang sedang mengejar truck hendak mediasi proses penyelesaian dan hanya sekedar ingin meredam situasi.
‘’Dari situ kami juga mengikuti orang-orang yang kejar truk. Kakak saya sebagai anggota Sat Pol PP. Memang tugasnya mengamankan keributan yang timbul di tengah masyarakat. Jadi kami ke sumber konflik dengan tujuan kakak kandung saya sebagai anggota Sat Pol PP mau mengamankan situasi,’’ jelasnya.
Tebai Bersama kakaknya tiba di Tugomani, sebelum masuk ke perkampungan Kampung Ugida, disitu ada jalan yang tidak baik. Begitu tiba di tempat itu, ada satu truk yang berhenti di tempat yang tidak baik tersebut. Dari arah yang lain juga ada sebuah Mobil Hilux sedang mendekati truk tersebut.
Menurutnya, para pemuda yang mengejar juga sudah mendekati truk tersebut. Melihat para pemuda sudah sangat dekat, ada beberapa tentara dari dalam mobil Hilux dan truk tersebut keluar dan membuang tembakan.
‘’Kami langsung ditembak kiri kanan tanpa tanya kenapa kami datang. Saya langsung lompat dari motor dan menyelamatkan diri di sebelah jalan masuk ke hutan. Kakak kandung saya langsung stop, putar balik motor dan langsung kabur pakai motor juga. Saya lihat jelas dari dalam hutan di pinggir jalan bahwa almarhum kakak saya sudah pake motor berhasil menyelamatkan diri,’’ tuturnya.
Setelah tembakan berhenti, kata dia, ia lari kearah rumah karena menduga kakaknya sudah menunggu disana.
‘’Saya lari kembali ke arah rumah karena pikir kakak saya pasti lagi tunggu saya. Rumah kami tidak jauh dari lokasi kami dapat tembak. Saya tidak tahu dengan para pemuda pengejar yang lain. Saat itu saya fokus saja ke kakak saya,’’ jelasnya.
Menurut cerita Tebai, ia jalan kaki, lari-lari kecil, tiba sampai di perbatasan antara kabupaten Dogiyai dan kabupaten Nabire. Karena disitu tanah datar dan jalan lurus, dari jauh ia melihat motor kakaknya dan kakaknya sudah tergeletak di tanah.
‘’Saya lihat motor kakak saya almarhum sudah terbaring di tanah di pinggir jalan, dan saya juga lihat kakak saya sudah terbaring di sampingnya. Setelah saya lihat baik-baik, kakak saya sudah ditembak mati,’’ ceritanya.
3. Oleh korban Amandus Dogomo (ditembak di tangan kanan dan bahu kiri)
Amandus mengaku mendengar kabar jam 12:00 bahwa saudaranya Vinsen Dogomo ditembak aparat ketika berada di rumah salah satu warga di Mapia. Mendengar itu ia merasa marah dan tidak terima.
‘’Saya dengar Vinsen dapat tembak sekitar jam 12:00. Saya sangat marah dan tidak terima,’’tuturnya.
Ia juga mendengar, ada kiriman aparat dari Moanemani, ibu kota kabupaten Dogiyai ke Bomomani (distrik Mapia) untuk meninjau masalah. Mendengar itu, ia mengaku menuju ke Degeidimi dengan maksud melaporkan kejadian ini kepada militer yang akan datang.
‘’Mereka (masyarakat) bilang ada aparat yang dikirim dari Moanemani ke Bomomani, jadi saya dengan teman kami ke Degeidimi untuk laporkan kejadian kepada aparat yang sedang ke Mapia,’’ tuturnya.
Lanjutnya, sesaat setelah sampai di Degeidimi, ia melihat beberapa truk dan mobil yang isinya aparat keamanan datang dari arah Moanemani. Begitu melihat Amandus dan rekannya, tanpa tanya aparat membuang tembakan kiri kanan.
‘’Saya ditemani oleh satu orang keluarga saya, kami pakai motor dan tiba di Degeidimi. Sesaat setelah tiba di Degeidimi, betul, ada beberapa truk dan mobil yang isinya anggota militer Indonesia datang dari arah Moanemani. Begitu mereka melihat kami, mereka langsung menembaki kami,’’ katanya.
Lanjutnya, ‘’Kami berdua kaget dan langsung melarikan diri ke arah hutan di kiri dan kanan jalan. Kami ditembaki banyak kali, oleh banyak orang juga. Untungnya keluarga saya itu tidak kena. Saat saya lari, saya kena tembakan di tangan kanan dan bahu kiri,’’ ceritanya sambil menunjuk luka.
4. Oleh korban Thomas Dogomo (ditembak di kaki kiri)
Sekitar jam 12-an siang, di pasar dan kompleks kios di Bomomani terjadi kehebohan karena mendengar ada korban tembak mati atas nama Yulianus Tebai dan korban luka-luka atas nama Vinsen Dogomo dan Amandus Dogomo. Spontan masyarakat melampiaskan kemarahan dengan berteriak. Dalam situasi yang tidak terkendali seperti itu, ia kaget karena kios-kios sudah terbakar.
“Sekitar jam empat (4) sore, saya dari arah selatan kompleks pasar Bomomani hendak kembali ke rumah di Ekago (di utara, melewati kompleks pasar dan Koramil Bomomani). Saya telah melewati kompleks pasar yang baru terbakar dengan was-was dan takut. Tapi saya tidak sendirian. Ada banyak orang yang berlalu lalang di jalan besar tersebut, ada yang dari arah utara ke selatan dan ada yang dari arah selatan ke utara. Saya juga berjalan untuk pulang,” jelasnya
Ia telah berhasil melewati kompleks pasar yang baru terbakar. Tiba di depan Koramil, tepatnya di depan kios milik salah satu anggota militer di Bomomani, namanya Sadimin, ia lalu diteriaki oleh anggota militer yang ada di Koramil dengan kata-kata seperti ini:
“Dia juga anggota, dia juga anggota.”
Mendengar mereka berkata seperti begitu sambil menunju dan berlari ke arahnya, ia berhasil ditangkap oleh sekitar 5 orang anggota militer. “Tapi saya berhasil melepaskan diri dengan berontak, lalu saya berusaha lari. Saya tidak tahu saya salah apa, dan saya anggota apa,” tuturnya.
Setelah berhasil lolos dari kelompok pertama sekitar 5 orang anggota di jalan masuk Koramil, dari sisi pagar utara Koramil muncul sekelompok lagi yang berusaha menangkapnya tapi, kata dia, ia berhasil lolos. Dari depan SMPN 1 Mapia ada sekelompok lagi yang mau menangkapnya
tapi ia berusaha menghindarkan diri lagi.
“Tiba-tiba ada bunyi tembakan dan saya langsung terjatuh. Kaki saya yang kiri kena diantara betis dan tumit kaki. Kena langsung di tulangnya. Ada tembakan lagi dan peluru kikis di kepala saya, saat itu posisi saya sudah terjatuh di tanah. Setelah itu dua orang anggota militer menarik dua kaki saya sepanjang jalan.”
“Setelah beberapa meter saya diseret ada empat orang tentara pegang dua tangan dan dua kaki saya, lalu saya dilempar ke atas terpal hitam yang sudah dialas di halaman depan Koramil. Setelah saya di atas terpal hitam tersebut, saya dibungkus pakai terpal itu, digulung sangat rapat,” jelasnya.
Dia mengaku tidak merontak karena sudah dibungkus. Kaki yang ditembak terasa sangat nyeri dan sempat beberapa waktu tidak sadar diri. Saat sadar dia mendengar suara kakak Iyai anggota DPRD Kabupaten Dogiyai.
“Kaka DPR saya sedang meninggal disini, saya teriak-teriak begitu dari dalam bungkusan terpal. Karena dengar suara saya disekitar dia berdiri, kaka DPR Iyai datang ke dekat saya dan tanya saya siapa. Saya beritahu bahwa saya Thomas Dogomo, dan DPR melakukan negosiasi dengan anggota pasukan di Koramil Bomomani, lalu saya dibawa ke rumah saya,” jelasnya lagi.
Dia sampai sekarang masih menjalani perawatan dan pengobatan dari rumahnya di Ugida.
Penembakan terhadap sopir warga sipil
Dihari yang sama, penembakan juga terjadi terhadap sopir warga asli, Alfons Kegiye (29) di Degeidimi. Alfons Kegiye merupakan sopir mobil angkutan penumpang Bomomani-Moanemani dan Dogiyai-Nabire.
Alfons menjelaskan penembakan terjadi sekitar jam 11 lewat beberapa menit. Alfons bersama seorang penumpang lainnya sedang dalam perjalanan dari Moanemani ke Bomomani. Begitu tiba di Degeidimi, ada truk dari arah Moanemani ke arah Nabire melaju melewatinya lalu tanpa alasan yang jelas menembaki mobilnya.
Satu peluru dari depan, satu peluru dari samping kanan. Dua peluru lagi mengenai pintu kedua di deretan tengah dibelakang kursi sopir dimana satu peluru mengenai kaca dan satu pintu yang lain menembusi dinding kanan mobil.
“Beruntung tidak ada penumpang di deretan tengah. Terus peluru yang terakhir tembus ban mobil depan bagian kanan,” jelasnya.
Dari klarifikasi PJ Bupati Dogiyai, Kapolres Dogiyai didampingi Dandim 1705 Nabire dan cerita para saksi korban dapat disimpulkan bahwa secara umum penembakan tersebut murni dilakukan oleh oknum anggota TNI-POLRI, anggota polisi Polres Paniai. Dan dugaan yang disebarkan di media mengatakan sekelompok pemuda melakukan Pemalangan dijalan dalam keadaan mabuk meminta rokok adalah informasi keliru. Korban penembakan bukan cuma dua orang namun ada 5 orang, satu orang yang dinyatakan tewas dan satu orang terluka, kemudian 3 orang lainnya selamat dari penembakan maut itu.
Penulis : Jhon Minggus Keiya