SUARA UTAMA, Jakarta – Musyawarah Nasional (Munas) ke-6 Hidayatullah secara resmi dibuka oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar. Pembukaan digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (20/10/2025).

Ketua Umum DPP Hidayatullah, Nashirul Haq dalam sambutannya menekankan makna dari tema besar Munas Hidayatullah kali ini. Sinergi Anak Bangsa Menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Sinergi itu harus terjalin antara ulama dan umara, lembaga dakwah dan lembaga negara, pendidik dan pengusaha, serta ormas Islam dan pemerintah.” ujar Nashirul, pada sambutan pembukaan, sebagaimana rilis diterima Suara Utama pada, Selasa 21 Oktober 2025.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Nashirul menjelaskan, hanya dengan sinergi dan kebersamaan, bangsa ini akan melangkah menuju masa depan yang gemilang. Ketika perbedaan tidak menjadi pemisah, tetapi sumber kekuatan, maka tak ada yang bisa menghentikan langkah kita menuju kejayaan.
“Indonesia Emas bukan sekadar slogan. Itu cita-cita besar tentang bangsa yang maju, berdaulat, adil, dan sejahtera. Dan kuncinya adalah sinergi,” tegasnya. Nashirul juga mengatakan Hidayatullah berkomitmen menjadi bagian aktif dalam membangun bangsa yang berkeadaban, berkeadilan, dan bermartabat.
Apresiasi untuk Pemerintah
Dalam kesempatan itu, Nashirul juga menyampaikan penghargaan kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, atas kinerja dan sikap tegasnya, khususnya dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina serta berbagai kebijakan strategis di bidang pangan, kesejahteraan, pendidikan, pertahanan, dan lingkungan.
“Kami mendukung penuh kebijakan Presiden, namun juga siap memberikan kritik yang objektif dan konstruktif sebagai wujud tanggung jawab moral dan kebangsaan,” ujar Nashirul.
Nashirul juga mengapresiasi langkah Kementerian Agama, khususnya rencana pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren, yang dinilai sebagai bentuk perhatian serius pemerintah terhadap dunia pendidikan Islam.
Nashirul juga mengatakan Hidayatullah berkomitmen menjadi bagian aktif dalam membangun bangsa yang berkeadaban, berkeadilan, dan bermartabat.
Laporan Pelaksanaan Munas ke-6
Nashirul Haq menjelaskan bahwa Munas Hidayatullah ke-6 yang diselenggarakan pada 20–23 Oktober 2025, sesungguhnya sudah dimulai sejak Juni 2025, berbagai kegiatan telah berlangsung. Semua itu dirangkai dalam Semarak Munas, termasuk Fun Run, Hidayatullah Festival (Hi Fest), Jambore Nasional Sako Pramuka Hidayatullah, serta berbagai agenda dialog dan seminar.
“Peserta Munas mencapai sekitar 2.000 orang, terdiri atas pengurus pusat, pengurus wilayah, pengurus daerah, dewan murabbi, organisasi pendukung, amal usaha, dan badan usaha Hidayatullah dari seluruh Indonesia,”ungkapnya.
Nashirul juga menyampaikan agenda utama Munas kali ini meliputi, pengembangan organisasi, pembahasan pedoman dasar, Penetapan arah kebijakan strategis lima tahun ke depan, serta pelantikan pengurus pusat.
Menariknya, Nashirul menegaskan bahwa Munas kali ini bukan forum pemilihan pimpinan, sebab seluruh proses kepemimpinan telah ditetapkan melalui mekanisme syura sebelumnya. “Alhamdulillah, kursinya aman Pak, insya Allah adem. Bahkan pembahasan tata tertib semalam lancar 99 persen,” ujarnya disambut tawa peserta.
52 Tahun Kiprah Hidayatullah
Di usia 52 tahun, Hidayatullah telah berkembang menjadi jaringan dakwah dan pendidikan yang kuat, dengan kehadiran di 38 provinsi dan 428 kabupaten/kota, serta lebih dari 600 pondok pesantren, sekolah, dan madrasah. Selain itu, jaringan Rumah Qur’an telah mencapai sekitar 2.500 titik di seluruh Indonesia.
“Hidayatullah akan terus berperan aktif memberikan kontribusi nyata bagi agama, umat, dan bangsa, melalui sinergi dan kolaborasi bersama pemerintah dan masyarakat,” ujar Nashirul
Nashirul menegaskan ada tiga pilar perjuangan Hidayatullah. Tiga poin itu sebagai arah gerak organisasi. Pertama, Menguatkan basis dakwah untuk membimbing masyarakat hidup berlandaskan nilai agama. Kedua, Membangun kemandirian ekonomi umat dengan semangat kewirausahaan syariah. Ketiga, Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Menutup sambutannya, Nashirul menyelipkan kisah pribadi yang hangat. Ia menceritakan latar spiritualnya yang berakar dari As’adiyah dan Muhammadiyah, serta bagaimana keduanya membentuk watak Hidayatullah yang inklusif dan lentur.
“Hidayatullah menjadikan al-wala’ (loyalitas) dan al-sam’u wa tha’ah (kepatuhan) sebagai jati diri, sekaligus tetap berpegang pada Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Karena itu, kami siap bersinergi dengan semua elemen umat dan bangsa,” tuturnya.
Di akhir sambutan, Nashirul menutup dengan pantun yang menggambarkan semangat kebersamaan:
Langit cerah menyapa pagi,
Semerbak harum bunga seroja.
Munas Hidayatullah kita gelar kini,
Sinergi anak bangsa menyongsong Indonesia Emas.
“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhoi seluruh langkah perjuangan kita,” pungkasnya.
Penulis : Yacong B. Halike
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Hidayatullah













