SUARA UTAMA – Kemerdekaan adalah salah satu konsep yang sering kali kita pahami dalam konteks kebebasan fisik atau politik, seperti terbebas dari penjajahan atau penindasan. Namun, dalam kacamata tauhid, arti kemerdekaan jauh lebih mendalam dan spiritual. Dalam perspektif ini, merdeka berarti berlepas diri dari segala bentuk ketergantungan pada selain Allah dan sepenuhnya bersandar kepada-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Konsep ini menjadi landasan penting dalam menjalani kehidupan yang benar-benar merdeka, bebas dari belenggu duniawi yang sering kali menjerat manusia.
Berlepas Diri dari Bergantung kepada Selain Allah
Dalam tauhid, berlepas diri dari segala sesuatu selain Allah adalah inti dari penghambaan sejati. Ketika seseorang memahami bahwa Allah adalah satu-satunya sumber kekuatan, perlindungan, dan rezeki, maka dia akan terlepas dari ketergantungan kepada makhluk atau entitas lain. Ini adalah bentuk kemerdekaan tertinggi yang mengarahkan seseorang untuk melepaskan segala kekhawatiran dan ketakutan yang berasal dari ketidakpastian duniawi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an :
“Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya.”
(QS. At-Talaq [65]: 3)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya tempat bergantung. Ketika kita bertawakkal kepada-Nya, Allah akan mencukupi segala kebutuhan kita. Ini adalah wujud nyata dari kemerdekaan dalam konteks tauhid, di mana seorang mukmin tidak lagi terikat oleh ketakutan atau harapan kepada makhluk, tetapi hanya kepada Allah.
Total Bergantung kepada Allah
Ketergantungan total kepada Allah adalah tanda bahwa seorang hamba telah mencapai kemerdekaan spiritual. Ketika kita benar-benar bergantung kepada Allah, kita tidak lagi terpengaruh oleh kekhawatiran duniawi, seperti rezeki, kedudukan, atau kekuatan manusia lainnya. Sebaliknya, kita percaya bahwa semua itu ada dalam kekuasaan Allah dan hanya Dia yang dapat mengatur segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung. Burung itu pergi pagi hari dengan perut kosong, dan pulang di sore hari dengan perut kenyang.”
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini mengajarkan bahwa jika kita benar-benar bergantung kepada Allah, Allah akan mencukupi segala kebutuhan kita, sebagaimana Dia mencukupi kebutuhan makhluk-Nya yang lain. Ini adalah bentuk kemerdekaan yang tidak lagi terikat oleh kekhawatiran tentang masa depan, karena kita percaya bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang bertawakkal.
Tauhid sebagai Landasan Kemerdekaan Sejati
Tauhid, yang berarti mengesakan Allah dalam segala hal, adalah dasar dari kemerdekaan sejati. Seorang yang bertauhid tidak lagi terikat oleh keinginan duniawi yang sering kali menjerat manusia dalam ketergantungan pada makhluk lain, baik itu harta, kekuasaan, atau manusia lainnya. Sebaliknya, dia akan melihat segala sesuatu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dan siapa yang lebih sesat daripada orang yang menyeru selain Allah, yang tidak dapat memperkenankan seruannya sampai hari Kiamat dan mereka tidak memperhatikan seruan mereka.”
(QS. Al-Ahqaf [46]: 5)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala bentuk ketergantungan kepada selain Allah adalah kesesatan yang akan menyesatkan kita dari jalan yang benar. Ketika kita hanya bergantung kepada Allah, kita akan terbebas dari segala bentuk kesesatan ini, dan inilah kemerdekaan sejati.
Mengamalkan Kemerdekaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Untuk mengamalkan kemerdekaan dalam kacamata tauhid, seorang mukmin harus senantiasa memperkuat tauhidnya dengan memperbanyak dzikir, shalat, dan amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, dia akan selalu mengingat bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya lah segala urusan kembali.
Allah Ta’ala berfirman :
“Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-An’am [6]: 162)
Ayat ini mengajarkan kita bahwa seluruh aspek kehidupan kita, mulai dari ibadah hingga tindakan sehari-hari, haruslah didedikasikan hanya untuk Allah. Dengan demikian, kita benar-benar merdeka dari segala bentuk ketergantungan kepada selain-Nya.
Penutup
Merdeka dalam kacamata tauhid berarti mencapai kebebasan spiritual yang hakiki, yaitu dengan berlepas diri dari berharap kepada selain Allah dan total bergantung kepada-Nya. Ini adalah kemerdekaan yang membawa ketenangan jiwa, keteguhan hati, dan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya penolong dalam segala keadaan. Semoga kita semua dapat meraih kemerdekaan sejati ini dan selalu berada di bawah lindungan dan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.
Penulis : Mohammad Abu SaRach
Editor : Redaksi Suara Utama
Sumber Berita : Dari berbagai sumber