Oleh : Mohammad Abu Sarach
Anggota Paguyuban Hapus Riba Surabaya
SUARA UTAMA, Dalam kehidupan modern, riba telah menjadi hal yang sering dianggap biasa. Namun, bagi kaum muslimin, praktik riba bukan sekadar masalah finansial—melainkan sebuah dosa besar yang sangat diingatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Berbagai dalil dalam Al-Qur’an dan Hadis dengan tegas mengharamkan riba, memperingatkan kita akan dampak negatif yang merusak kehidupan dunia dan akhirat. Dalam artikel ini, kita akan mengupas bahaya riba dan mengapa penting bagi kita untuk menjauhinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengapa Riba Diharamkan dalam Islam?
Islam mengajarkan bahwa harta dan kekayaan bukanlah ukuran utama kesuksesan. Tolok ukur kesuksesan bagi seorang muslim terletak pada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan pada jumlah kekayaan yang dimiliki. Anggapan bahwa kekayaan adalah segalanya sering kali menjerumuskan manusia dalam berbagai penyimpangan agama, termasuk praktik ribawi. Riba diharamkan karena dapat menyebabkan kesenjangan sosial, merusak hubungan antarindividu, dan menjauhkan umat dari nilai-nilai Islam yang luhur.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam telah memperingatkan keras mengenai riba. Dalam hadis Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
“Satu dirham yang diperoleh oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dan buruk dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad 5/225)
Hadis ini menunjukkan betapa besar ancaman dosa bagi mereka yang masih melibatkan diri dalam transaksi ribawi. Peringatan keras ini seharusnya menggugah kita semua untuk menjauhi segala bentuk praktik riba.
Dampak Negatif Riba bagi Individu dan Masyarakat
Riba memiliki dampak negatif yang tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Berikut beberapa dampak buruk dari praktik riba:
1. Menghancurkan Keharmonisan Sosial: Riba menciptakan ketidakadilan dalam sistem ekonomi, di mana pihak yang lemah semakin terbebani, sementara pihak yang kuat semakin diuntungkan. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan sosial dan memicu kebencian di antara masyarakat.
2. Mengikis Keberkahan Harta: Harta yang diperoleh melalui riba tidak memiliki keberkahan. Meskipun terlihat bertambah, harta tersebut tidak akan membawa kebahagiaan dan ketenangan hati, karena diperoleh dengan cara yang tidak diridhai oleh Allah.
3. Merusak Fitrah dan Akal Sehat: Islam mengajarkan bahwa fitrah manusia cenderung kepada kebaikan dan menjauhi hal-hal yang merusak. Dengan terus bertransaksi ribawi, seorang muslim merusak fitrah dan mengabaikan akal sehatnya, karena telah jelas larangan dan keburukan riba.
4. Menyebabkan Ketergantungan Finansial: Riba membuat orang cenderung hidup dalam lilitan utang dan ketergantungan finansial yang sulit dilepaskan. Ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mendorong kemandirian dan kehidupan yang sederhana.
Meninggalkan Riba: Jalan Keselamatan dan Kesuksesan
Keselamatan dan kesuksesan sejati hanya dapat dicapai dengan menaati perintah Allah dan Rasul-Nya. Maka, sudah seharusnya bagi kaum muslimin untuk meninggalkan praktik ribawi dan menjalani kehidupan yang penuh keberkahan. Untuk mencapai ketenangan dan kesejahteraan, seorang muslim harus selalu berusaha mencari rezeki yang halal dan menghindari segala bentuk transaksi yang bertentangan dengan syariat Islam.
Penutup: Kembali pada Jalan yang Lurus
Tidak ada manfaat yang dapat kita peroleh dari harta yang diperoleh melalui riba, selain kesengsaraan di dunia dan ancaman di akhirat. Dengan menjauhi riba, kita tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga menjaga keharmonisan masyarakat. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk selamat dari dosa riba dan menjalani kehidupan yang penuh keberkahan. Aamiin.
Editor : Redaksi Suara Utama
Sumber Berita : Dari Berbagai Sumber