Di Penghujung Kejahatan Israel Terhadap Palestina: Saatnya Kebenaran Menuntut Balas!

- Penulis

Rabu, 29 Oktober 2025 - 16:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

FOTO Ilustrasi Kondisi Gaza Palestina (Pixabay)

FOTO Ilustrasi Kondisi Gaza Palestina (Pixabay)

SUARA UTAMASelama lebih dari tujuh dekade, penderitaan rakyat Palestina seolah menjadi luka abadi di wajah kemanusiaan dunia. Namun kini, di tengah tekanan global, suara keadilan mulai menggema semakin lantang. Israel, yang selama ini berlindung di balik retorika keamanan dan dukungan politik negara-negara besar, kini menghadapi titik balik sejarah — penghujung dari kejahatan panjang terhadap bangsa Palestina.

Kejahatan yang Tersusun Rapi

Agresi yang dilakukan Israel bukan sekadar perang mempertahankan diri, tetapi bentuk kolonialisme modern yang tersusun sistematis: pendudukan tanah, blokade ekonomi, penghancuran infrastruktur sipil, hingga pembunuhan massal terhadap warga sipil, termasuk anak-anak dan jurnalis. Fakta-fakta ini terus menumpuk, menjadi bukti nyata kejahatan kemanusiaan yang sulit dibantah.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Di Penghujung Kejahatan Israel Terhadap Palestina: Saatnya Kebenaran Menuntut Balas! Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejumlah lembaga internasional, termasuk Human Rights Watch dan Amnesty International, telah lama mengklasifikasikan tindakan Israel sebagai bentuk apartheid dan pembersihan etnis. Namun sayangnya, Dewan Keamanan PBB kerap lumpuh oleh veto politik, terutama dari Amerika Serikat, yang menutup jalan keadilan bagi rakyat Palestina.

Dunia Mulai Berbalik Arah

Gelombang kesadaran global kini mulai berubah arah. Ratusan ribu orang di berbagai kota dunia turun ke jalan menuntut penghentian genosida di Gaza. Negara-negara Selatan Global—termasuk Indonesia, Afrika Selatan, dan Brasil—menjadi kekuatan moral yang menekan perubahan sikap dunia.

Langkah berani Afrika Selatan menggugat Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ) membuka babak baru: bukan lagi perang opini, tapi pertempuran hukum di tingkat tertinggi dunia. Di ruang pengadilan itu, kejahatan yang selama ini ditutupi narasi propaganda, mulai terbuka satu per satu.

BACA JUGA :  Mungkinkah Ormas Pemuda & Mahasiswa Jadi Relawan Perisai Pengamanan Aksi Massa

Retaknya Legitimasi Moral Israel

Israel kini bukan lagi sekadar negara kecil yang dikelilingi musuh, tetapi simbol dari kekuasaan yang kehilangan legitimasi moral. Serangan membabi buta terhadap rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah telah memperlihatkan wajah sejati penjajahan modern. Dunia, yang dulu diam, kini mulai bicara.

Bahkan sebagian sekutu tradisional Israel di Barat mulai goyah. Di kampus-kampus besar Amerika dan Eropa, mahasiswa serta akademisi menolak diam atas penderitaan Palestina. Narasi “perang melawan teror” yang dulu efektif membungkam kritik kini kehilangan daya. Dunia telah melihat: yang dibunuh bukan teroris, melainkan manusia biasa yang ingin hidup merdeka di tanahnya sendiri.

Saat Kebenaran Menuntut Balas

Keadilan mungkin datang terlambat, namun sejarah membuktikan — tak ada kekuasaan zalim yang abadi. Israel mungkin masih memiliki kekuatan militer, namun kehilangan simpati dunia berarti kehilangan benteng terakhirnya: legitimasi moral.

Kini, ketika gambar reruntuhan Gaza terpampang di layar dunia, ketika anak-anak Palestina menjadi saksi bisu kebiadaban zaman, kebenaran sedang menuntut balas. Balas bukan dalam arti kebencian, tetapi dalam bentuk keadilan yang ditegakkan, dan kemerdekaan yang diakui.

Penutup: Sejarah akan mencatat: siapa yang berdiri di sisi kemanusiaan, dan siapa yang memilih diam. Di penghujung kejahatan Israel terhadap Palestina, dunia tidak lagi membutuhkan retorika kosong. Yang dibutuhkan hanyalah keberanian moral untuk berkata — cukup sudah.

Berita Terkait

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  
Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia
Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?
Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”
Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan
Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya
Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi
Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza
Berita ini 17 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 4 Desember 2025 - 16:12 WIB

Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia

Rabu, 3 Desember 2025 - 15:29 WIB

Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?

Rabu, 3 Desember 2025 - 14:43 WIB

Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”

Selasa, 2 Desember 2025 - 14:11 WIB

Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan

Selasa, 2 Desember 2025 - 12:48 WIB

Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya

Senin, 1 Desember 2025 - 20:03 WIB

Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi

Senin, 1 Desember 2025 - 14:21 WIB

Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza

Senin, 1 Desember 2025 - 13:17 WIB

Banjir Sumatera: Bukan Soal Warga Lalai Menjaga Hutan, Tapi Ulah Mafia Kekuasaan

Berita Terbaru