SUARA UTAMA — Gebrakan reformasi yang digulirkan oleh Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan RI, dalam upaya membersihkan tata kelola di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai terus menuai sorotan luas dari berbagai kalangan media nasional. Dari ruang redaksi, para jurnalis menilai langkah Purbaya bukan sekadar kebijakan administratif, melainkan gerakan moral dan politik fiskal untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi penerimaan negara.
Langkah-langkah Purbaya yang menekankan transparansi, integritas, dan akuntabilitas dianggap sebagai bentuk reformasi nyata di tengah stagnasi moral birokrasi fiskal. Ia membuka kembali diskursus publik tentang pentingnya kepemimpinan yang berani, bersih, dan berorientasi pelayanan, bukan kekuasaan.
Pandangan Media Nasional: Antara Harapan dan Tantangan
Harian Kompas dalam tajuk rencananya menulis bahwa gebrakan Purbaya adalah “upaya membangun kembali fondasi kepercayaan publik yang lama terkikis.” Media ini menekankan, reformasi di sektor pajak dan bea cukai membutuhkan ketegasan dan teladan, karena praktik lama terlalu lama dibiarkan tanpa kontrol publik yang memadai.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Keberanian menjadi kata kunci dalam reformasi pajak dan bea cukai,” tulis Kompas.
Sementara Tempo menilai Purbaya membawa angin baru di tubuh birokrasi fiskal. Dalam editorialnya, Tempo menyoroti pentingnya kolaborasi antara kebijakan dan pengawasan publik. “Transparansi tanpa partisipasi media adalah jalan setengah,” tulis mereka, sembari menekankan bahwa gebrakan semacam ini hanya akan bermakna jika diikuti oleh kementerian lain.
Media ekonomi seperti Kontan dan Bisnis Indonesia juga memberi penekanan berbeda. Keduanya menilai reformasi pajak dan bea cukai bukan hanya soal integritas, tetapi juga keberlanjutan fiskal dan iklim investasi. “Purbaya sedang membangun ulang kredibilitas fiskal Indonesia di mata dunia,” tulis Bisnis Indonesia, seraya menyinggung bahwa konsistensi dan dukungan lintas sektor menjadi kunci keberhasilan.
Dari Ruang Redaksi: Keteladanan yang Masih Sepi Pengikut
Meski gebrakan Purbaya mendapat dukungan luas, banyak redaksi menyoroti minimnya inisiatif serupa dari pejabat lain. Dalam laporan investigasi Republika disebutkan, hingga kini belum ada menteri atau kepala daerah yang meniru pola keterbukaan fiskal yang ia bangun.Sebagian pejabat bahkan terkesan menjadi penonton, seolah menunggu arah politik yang aman sebelum bergerak.
Editorial Media Indonesia menulis dengan nada kritis:
“Langkah Purbaya seharusnya menjadi virus positif yang menular ke kementerian lain. Namun yang terlihat justru kehati-hatian berlebihan. Mereka lupa bahwa reformasi tidak lahir dari rasa aman, melainkan dari keberanian moral.”
Beberapa kepala daerah sebenarnya memiliki ruang untuk meniru model reformasi fiskal daerah, terutama dalam pengelolaan pajak daerah, retribusi, dan aset publik. Namun menurut catatan redaksi Suara Pembaruan, “Kebanyakan daerah hanya menunggu instruksi pusat, bukan berinovasi.”
Suara Jurnalis Independen: Reformasi Harus Dikawal Bersama
Jurnalis senior Desi Anwar dalam kolomnya menulis bahwa langkah Purbaya mengingatkan publik bahwa reformasi birokrasi bukan pekerjaan individual, tetapi ujian karakter kolektif bangsa.
“Jika satu orang bisa menyalakan lilin di tengah gelap birokrasi, mengapa yang lain memilih tetap diam?” tulisnya.
Jurnalis investigasi Eko Prasetyo dari Gatra menyoroti bahwa keberanian Purbaya menembus batas birokrasi lama patut dicontoh, terutama oleh pejabat publik yang selama ini nyaman dalam zona abu-abu. Ia mengingatkan, “Reformasi akan lumpuh bila hanya dihidupi satu figur. Butuh ekosistem yang menular.”
Momentum Transparansi Baru
Purbaya juga dikenal membuka akses audit fiskal secara terbatas bagi publik dan media, sebuah langkah yang jarang dilakukan pejabat lain. Upaya ini diapresiasi oleh The Jakarta Post sebagai bentuk kepemimpinan:
“Purbaya represents a new face of fiscal leadership — firm, open, and data-driven.” Namun media internasional itu juga mencatat:
“Indonesia needs more Purbayas — leaders who understand that transparency is not a weakness, but a strength.”
Menunggu Efek Domino Reformasi
Pengamat media dan kebijakan publik menilai, keberhasilan Purbaya akan ditentukan oleh seberapa cepat langkahnya diikuti oleh kementerian dan daerah lain. Jika reformasi berhenti di satu institusi, perubahan hanya menjadi simbolik.
Sebaliknya, jika keteladanan Purbaya menjadi contoh bagi pejabat lain, maka Indonesia berpeluang menciptakan gelombang baru reformasi fiskal dan etika pelayanan publik.
“Jangan biarkan Purbaya berlari sendirian,” tulis editorial DetikFinance pekan ini, “karena reformasi tidak boleh bergantung pada satu tokoh — ia harus menjadi gerakan.”
Pendapat Penulis (Sebagai Jurnalis)
Sebagai jurnalis yang telah lama mengamati dinamika kebijakan publik, saya melihat gebrakan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai oasis di tengah padang kering integritas birokrasi. Langkahnya mengingatkan bahwa kejujuran dalam tata kelola fiskal bukan utopia — ia bisa dimulai dari satu keberanian.
Namun, saya juga melihat tanda bahaya: diamnya pejabat lain. Ketika seorang reformis bergerak sendiri, sering kali sistem justru menolaknya secara halus — lewat birokrasi yang lamban, sinisme politik, atau bahkan pembiaran. Di sinilah peran media menjadi sangat penting, bukan hanya sebagai pelapor, tetapi sebagai penjaga api perubahan.
Saya percaya, tugas jurnalis bukan sekadar menulis berita tentang reformasi, tetapi menghidupkan kesadaran publik agar reformasi tidak menjadi wacana musiman.Setiap artikel, setiap laporan, setiap kritik adalah bagian dari perlawanan terhadap budaya diam yang melanggengkan korupsi.
Gebrakan Purbaya seharusnya menjadi contoh bagi pejabat temasuk Gubernur/Bupati lain bahwa keterbukaan bukan ancaman, melainkan fondasi kepercayaan. Dan bagi kami, para jurnalis, dukungan terhadap langkah seperti ini bukan sekadar apresiasi — melainkan komitmen profesional dan moral untuk memastikan cahaya perubahan tetap menyala.
“Jika reformasi adalah api kecil, maka media harus menjadi oksigen yang menjaganya tetap hidup.”
Penutup: Dari ruang redaksi hingga ruang publik, dukungan terhadap langkah bersih Purbaya mencerminkan harapan baru bahwa integritas masih mungkin diperjuangkan di negeri ini. Namun sorotan media juga membawa pesan tegas: reformasi sejati baru dimulai ketika semua pemimpin publik berani keluar dari zona nyaman dan ikut membersihkan sistem.
“Reformasi bukanlah tontonan, melainkan tanggung jawab bersama,” tulis seorang redaktur senior.“Dan saat ini, hanya sedikit yang benar-benar berani memainkan perannya.”














