Idul Adha: Kembali pada Diri, Meneladani Keikhlasan Ibrahim

- Penulis

Jumat, 6 Juni 2025 - 16:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suara Utama ID.– Hari raya Idul Adha bukan sekadar ritual tahunan. Lebih dari itu, ia adalah panggilan spiritual bagi setiap insan untuk kembali pada diri sendiri—merenung, merefleksi, dan meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim AS dalam menjalani ujian keimanan terbesar dalam hidupnya.

Qurban Bukan Sekadar Penyembelihan

Di tengah riuhnya gemuruh takbir dan semaraknya penyembelihan hewan qurban, seringkali makna terdalam dari Idul Adha luput dari perhatian. Padahal, inti dari ibadah ini bukan terletak pada darah yang mengalir atau daging yang dibagi-bagikan, melainkan pada jiwa yang rela melepaskan. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an:

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Idul Adha: Kembali pada Diri, Meneladani Keikhlasan Ibrahim Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamu-lah yang dapat mencapainya…”
(QS. Al-Hajj: 37)

Dengan kata lain, ibadah qurban sejatinya adalah pengorbanan batiniah: melepaskan ego, ambisi, dan keterikatan terhadap dunia, demi menggapai ridha Ilahi.

Keteladanan Ibrahim: Menyerahkan yang Tercinta

Nabi Ibrahim AS menunjukkan kepada umat manusia makna keikhlasan yang sesungguhnya. Ketika diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Ismail, beliau tidak menawar atau berkeluh kesah. Sebaliknya, ia pasrah sepenuhnya kepada kehendak Allah, sembari mendidik anaknya dengan penuh kelembutan dan keyakinan.

Peristiwa ini bukan semata-mata tentang perintah mengorbankan anak, melainkan simbol dari ujian spiritual terbesar: rela menyerahkan sesuatu yang paling kita cintai demi ketaatan mutlak kepada Tuhan. Ini adalah pelajaran yang relevan hingga kini, dalam kehidupan modern yang dipenuhi oleh keterikatan terhadap materi, jabatan, dan identitas diri.

Kembali pada Diri, Menemukan Makna

Idul Adha mengajak kita untuk berhenti sejenak dan melihat ke dalam diri:

  • Apakah kita sudah ikhlas dalam setiap pilihan hidup?
  • Apakah kita mampu melepaskan kesombongan, dendam, dan kerakusan yang meracuni jiwa?
  • Apakah kita bersedia menjadikan hidup ini sebagai ladang pengorbanan bagi sesama?
BACA JUGA :  Refleksi Hijrah dan Tantangan Global : Mampukah Umat Islam Memimpin Solusi?

Pertanyaan-pertanyaan ini bukan untuk dijawab dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata. Karena setiap manusia adalah Ibrahim dalam cerita hidupnya sendiri—dan setiap kita diuji dengan “Ismail” yang berbeda-beda: harta, pasangan, jabatan, bahkan rasa aman.

Menghidupkan Jiwa Qurban Sepanjang Tahun

Momen Idul Adha bukan puncak, melainkan awal. Awal dari proses panjang dalam membentuk pribadi yang lebih tulus, lebih peduli, dan lebih bertuhan. Jiwa yang qurban bukan hanya muncul saat menyembelih hewan kurban, tapi juga dalam kesediaan untuk:

  • Memaafkan meski disakiti.
  • Memberi meski kekurangan.
  • Menyapa meski diabaikan.
  • Taat meski berat.

Inilah esensi dari qurban: membebaskan diri dari segala yang membelenggu kita dari menjadi manusia seutuhnya.

Penutup: Pesan untuk Zaman

Dalam dunia yang makin bising oleh tuntutan hidup dan hasrat kepemilikan, Idul Adha mengajak kita pulang ke dalam sunyi—menemukan kembali siapa diri kita di hadapan Tuhan. Bahwa hidup bukan tentang memiliki, tapi tentang memberi. Bukan tentang menonjolkan diri, tapi tentang merendahkan hati.

Meneladani Ibrahim berarti belajar ikhlas. Dan belajar ikhlas berarti berani melepaskan. Karena pada akhirnya, hanya dengan melepaskanlah kita akan menemukan bahwa semua yang kita butuhkan sudah ada dalam jiwa yang tenang.

Selamat Idul Adha 1446 H.

Semoga setiap tetes pengorbanan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan—dan kepada diri kita sendiri yang sejati.

 

Penulis : Tonny Rivani

Berita Terkait

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola
Menjelang Nataru, harga Cabai di pasar Simpang Pematang melonjak tajam
Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik
Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus
Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi
FES 2025 Dorong Kolaborasi Positif Generasi Muda Lewat Sport, Expo, dan SEKSOS
Berita ini 45 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 13 Desember 2025 - 15:21 WIB

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:11 WIB

Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola

Jumat, 12 Desember 2025 - 20:02 WIB

Menjelang Nataru, harga Cabai di pasar Simpang Pematang melonjak tajam

Jumat, 12 Desember 2025 - 18:30 WIB

Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:49 WIB

Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:13 WIB

Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi

Jumat, 12 Desember 2025 - 16:54 WIB

FES 2025 Dorong Kolaborasi Positif Generasi Muda Lewat Sport, Expo, dan SEKSOS

Berita Terbaru

Dr. Firman Tobing

Hukum

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Des 2025 - 15:21 WIB