Satukan Langkah Ingat Kebesaran Allah

- Writer

Selasa, 3 Mei 2022 - 11:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUARAUTAMA Allahu Akbar…Setiap saat kita harus mengingat kebesaran Allah guna mengasah dan mengasuh jiwa kita. Kalimat takbir itu seharusnya tidak saja kita kumandangkan di Hari Idul Fitri.

Kalimat-kalimat itu kita ucapkan di masa damai dan tentram, kita suarakan saat saat kritis dan bahaya mencekam.

Kalimat takbir yaitu lambang keagungan dan kebesaran Allah itulah yang menyatukan elemen bangsa ini, bahkan umat beragama di bumi ini. Sebab, dalam kandungannya terpancar aneka kesatuan, seperti kesatuan alam semesta, ilmu, umat, bangsa, kemanusiaan, kepribadian manusia dan lainnya.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Satukan Langkah Ingat Kebesaran Allah Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Baca juga: Ramadhan ke Idul Fitri, perjalanan pulang ke kampung batin

Allah berfirman, hanya kepada Allah jualah sujud (patuh) segala yang di langit dan bumi, baik dengan kemauan sendiri atau terpaksa (sujud pula) di waktu pagi dan petang hari” (QS Ar-Rad: 15).

Manusia yang beragam warna kulit, jenis dan suku, beda agama dan pandangan hidup, semuanya berasal dari satu nabi Adam. Lalu semua memiliki satu kebutuhan yang sama dan mereka diciptakan Allah melanjutkan hidup. “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu mereka dapat keduanya dulu adalah satu padu, kemudian Kami pisahkan keduanya”. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka tidak juga beriman? (QS al-Anbiya’: 30).

Baca juga: Tak mesti mewah untuk kembali Fitri

Dalam kesatuan alam raya itu seluruh makhluk harus bekerja sama dalam kebaikan. Disinilah rasa aman harus mewujudkan kedamaian, bermula dari dirinya, keluarga dan lingkungan.

Kedamaian bermula dari jiwa manusia. Takkan ada kedamaian jika ada perselisihan, bahkan saat terjadi sengketa, walau dengan diri sendiri. Dalam pandangan Al-Quran, hal ini tidak dapat tercapai kecuali dengan tunduk dan patuh kepada Allah SWT.

Demikian juga keadaan seseorang yang menyekutukan Allah dan percaya bahwa ada Tuhan pengatur dan pengendali selain Allah. Bandingkan keadaannya dengan seorang yang percaya dan hanya patuh kepada satu Tuhan.

Di balik kalimat Allahu Akbar kehadiran Allah dirasakan tiap saat. Bukan saja ketika berada di masjid atau di musholla, tapi juga di kantor, pasar, dan sekolah. Saat gembira atau duka, benci atau cinta. Ketika berbicara atau berbisik tanpa suara, ketika bergerak atau diam, ketika berdiri, duduk, atau berbaring, dalam keramaian atau sendirian. Itulah makna pesan Allah, “Janganlah sekali kali kamu mati melainkan dalam keadaan Muslim,” (QS Ali Imran: 102).

Jika makna Allah Akbar telah bersemai dalam dada, maka akan lahir pribadi utuh. Bisikan hati dengan ucapannya akan menyatu, kata dan perbuatannya akan menyatu, juga menyatu langkah dan tujuannya. Kita akan menemukan teguh dalam keyakinan, teguh tapi bijaksana. Senantiasa bersih dan menarik walau miskin, selalu hemat dan sederhana walau kaya, murah hati dan murah tangan. Tidak menghina dan tidak mengejek, tidak menghabiskan waktu dalam permainan, tidak menuntut yang bukan haknya, dan tidak menahan hak orang lain. Ucapannya membawa manfaat, dan bila beruntung ia bersyukur, di uji ia bersabar, bersalah ia istighfar. Kalau di tegur ia menyesal, di maki ia menjawab dan berucap, “Bila makian anda benar, semoga Allah mengampuniku, Jika keliru, kumohon Tuhan mengampuni.”

Baca juga: Tax Basic Training Experience During a Pandemic at AR Learning Center

Demikianlah kalimat Allahu Akbar. Jika di hayati makna dan pesannya menjadikan kita bersatu. Sehingga ke manapun langkah di ayunkan, semua itu kecil selama makna Allahu Akbar telah bersemai dalam hati kita.

BACA JUGA :  Marhaban Ya Ramadhan 1444 Hijriah, Berikut Pesan Mas Andre Hariyanto dalam Sambut Bulan Puasa 2023

Semua itu merupakan salah satu sebab mengapa Allah memerintahkan kita bertakbir, antara lain setelah selesainya puasa Ramadhan.

“Dan hendaklah kamu mencukupi bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS Al-Baqarah: 185).

Tanpa bertakbir, tanpa bersatu, kita tidak dapat dinamai bersyukur dan tanpa bersyukur siksa Allah menanti kita. Dengan bersatu kita utuh, dengan bercerai kita runtuh. Dengan bertakbir kita utuh sebagai kelompok, utuh sebagai bangsa dan keluarga umat manusia. Berakhirnya Ramadhan, kita mengharap berhasil meraih takwa. Takwa adalah istilah yang menyatu di dalamnya aneka macam kebaikan. la adalah buah dan iman yang juga merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Iman adalah satu dari ketulusan hati menerima kebenaran. Disertai dengan penyataan lidah mengakui dan di buktikan oleh kesungguhan anggota badan menjalankannya.

Bila kesatuan itu tidak terpenuhi, tidak terpenuhi pula hakikat keimanan. Karena itu, tidak jarang Al-Quran menggunakan kata “iman” dalam  persatuan dan kesatuan, dan kata “kufur” menunjuk pada perpecahan dan perselisihan. Ini karena iman membuahkan persatuan dan kesatuan, sedangkan kufur mengantarkan kepada perselisihan dan perpecahan. Atau kata lain, persatuan mengantarkan kepada iman (percaya) dan rasa aman serta perpecahan mengantar pada kekufuran. Ketika sekelompok kaum Muslimin pada masa Nabi saw hampir terpengaruh oleh bisikan pemecah belah, turunlah peringatan Allah yang menamai persatuan dengan iman dan perpecahan dengan kufur. Allah memperingatkan mereka yang  berpecah belah itu dalam firman-Nya, “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram”.

Dalam kehidupan dunia akan berseri wajah mereka yang mengandalkan persatuan dan kesatuan, yang membulatkan tekad untuk bekerja sama demi kemaslahatan bangsa dan masyarakat. Keceriaan wajah mereka itu akan nampak dengan jelas ketika mereka memetik buah upaya mereka. Allah berfirman, “Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di dalamnya” (QS Ali Imran: 107).

Dalam konteks hidup bermasyarakat kita dapat berkata, “Tidak mungkin satu masyarakat dapat maju dan berkembang tanpa jalinan yang harmonis antar anggotanya, jalinan yang menjadikan mereka bekerja sama”.

Sehingga ringan sama di jinjing dan berat sama di pikul.

Semoga bermanfaat.

Berita Terkait

Perjalanan Karir Dari Seorang Wartawan Biasa Sampai Menjadi Profesional
Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Upaya Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular
Keajaiban Sepertiga Malam Terakhir: Ketika Rahmat Ilahi Menyapa Bumi
9 Tips Rahasia Menulis Konten Cepat Viral di Media Sosial !
Kopdar Sharing Santai Jurnalis Suara Utama : Pentingnya Ilmu Jurnalis Dan Komunikasi
Kopi Darat Wartawan Suara Utama Berbagi Ilmu Jurnalis Dan Komunikasi
*7 Pertanda Anda Seorang Social Butterfly yang Menggagumkan ?
Peluncuran Alkitab Bahasa Ngalik di Dekai: Langkah Baru dalam Penyebaran Firman Allah
Berita ini 43 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 13 Februari 2025 - 20:48 WIB

Perjalanan Karir Dari Seorang Wartawan Biasa Sampai Menjadi Profesional

Kamis, 13 Februari 2025 - 19:42 WIB

Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Upaya Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular

Kamis, 13 Februari 2025 - 12:19 WIB

Keajaiban Sepertiga Malam Terakhir: Ketika Rahmat Ilahi Menyapa Bumi

Rabu, 12 Februari 2025 - 16:28 WIB

9 Tips Rahasia Menulis Konten Cepat Viral di Media Sosial !

Minggu, 9 Februari 2025 - 20:18 WIB

Kopdar Sharing Santai Jurnalis Suara Utama : Pentingnya Ilmu Jurnalis Dan Komunikasi

Minggu, 9 Februari 2025 - 17:58 WIB

Kopi Darat Wartawan Suara Utama Berbagi Ilmu Jurnalis Dan Komunikasi

Minggu, 9 Februari 2025 - 12:23 WIB

*7 Pertanda Anda Seorang Social Butterfly yang Menggagumkan ?

Sabtu, 8 Februari 2025 - 09:58 WIB

Peluncuran Alkitab Bahasa Ngalik di Dekai: Langkah Baru dalam Penyebaran Firman Allah

Berita Terbaru

Berita Utama

Tes CAT Berjalan Aman dan Lancar, Begini Kata Kepala BKPSDM Deiyai

Kamis, 13 Feb 2025 - 20:51 WIB