SUARA UTAMA, Ende – Dunia sepak bola di Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali memanas. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Provinsi NTT resmi mencoret Kabupaten Ende sebagai tuan rumah El Tari Memorial Cup (ETMC) 2025 dan secara sepihak memindahkan lokasi ke Kota Kupang.
Keputusan ini tertuang dalam surat resmi PSSI NTT bernomor 313/PSSI-NTT/VII/2025, ditandatangani oleh Ketua PSSI NTT, Chris Mboeik, pada tanggal 24 Juli 2024.
Dalam surat tersebut, tercantum tiga alasan utama pemindahan lokasi turnamen:
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
1. Efisiensi anggaran peserta,
2. Permintaan mayoritas anggota,
3. Situasi sosial politik di Kabupaten Ende yang disebut “kurang kondusif”.
Namun, alasan terakhir justru memicu kontroversi dan kemarahan publik.
Gelombang Protes dan Harga Diri Ende
Surat itu memantik gelombang protes dalam dua hari terakhir. Dari ruang-ruang pemerintahan hingga warung kopi, keputusan PSSI NTT menjadi buah bibir yang panas diperbincangkan.
Bupati Ende, Yosef Badeoda, menolak tegas tuduhan ketidakstabilan sosial politik. Ia menyebut keputusan tersebut tidak hanya tidak berdasar, tetapi juga mencoreng martabat masyarakat Ende.
“Ende adalah rumah sepak bola NTT. Stabilitas sosial politik kami sangat terjaga. Ini tudingan ngawur dan tak pantas!” tegas Yosef.
Manajer Perse Ende, Mikel Badeoda, bahkan menyebut keputusan itu sebagai “penghinaan terang-terangan” terhadap Kabupaten Ende yang selama ini dikenal sebagai tuan rumah solid dalam sejarah ETMC.
Perlawanan Terbuka: Lahirnya Copa de Flores 2025
Di tengah kemarahan yang meluas, muncullah gelombang solidaritas dan semangat baru. Sejumlah tokoh sepak bola, mantan pemain, hingga pengurus dari Flores Timur, Sikka, Ngada, dan Ende menyatakan komitmen untuk menggelar turnamen tandingan bertajuk “Copa de Flores 2025.”
Turnamen ini dirancang sebagai liga independen yang terbuka bagi seluruh tim di NTT. Menariknya, turnamen ini tetap akan digelar di Ende, pada Oktober 2025 — bulan yang sama dengan pelaksanaan ETMC resmi.
“Kalau PSSI NTT tidak percaya kami, biar kami buat liga sendiri. Copa de Flores adalah simbol perlawanan dan kebangkitan sepak bola Flores,” tegas salah satu inisiator, mantan pemain Perse Ende.
Di media sosial, dukungan terhadap Copa de Flores terus mengalir deras. Masyarakat melihatnya sebagai bentuk pembangkangan kreatif atas keputusan yang dianggap sepihak dan sarat kepentingan.
Rakyat Ingin Sepak Bola, Bukan Drama Elit
Tak sedikit yang menilai keputusan PSSI NTT sarat akan kepentingan politik dan permainan elit. Hingga berita ini diturunkan, belum ada konferensi pers atau penjelasan terbuka dari pihak PSSI NTT. Hanya selembar surat resmi, tanpa dialog dan ruang klarifikasi publik.
“Kalau ETMC sudah jadi alat kepentingan elit, maka rakyat berhak membuat panggungnya sendiri,” tulis seorang aktivis olahraga lokal dalam akun Facebook-nya.
Masyarakat dan insan sepak bola NTT kini menunggu apakah suara mereka akan didengar – atau justru makin dibungkam.
Penulis : Severinus Je
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














