Oleh: Andre Hariyanto, Jurnalis Muslim asal Bumi Mojopahit dan kini tinggal di Malang
SUARA UTAMA – Di tengah era banjir informasi dan derasnya arus digital, peran jurnalis menjadi semakin krusial dalam menyaring fakta dan mengabarkan kebenaran. Namun, di balik idealisme profesi ini, bayang-bayang praktik tidak etis seperti suap dan “wartawan bodrex” masih menjadi noda hitam yang mencoreng marwah kewartawanan.
Jurnalis Sejati, Penjaga Kebenaran
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Seorang jurnalis sejati adalah penjaga nurani publik. Tugas utamanya bukan sekadar melaporkan peristiwa, tetapi memastikan bahwa informasi yang disampaikan telah melalui verifikasi, bebas dari kepentingan sempit, dan berpihak pada kebenaran. Integritas menjadi mata uang utama dalam profesi ini. Tanpa itu, berita hanyalah propaganda, bukan produk jurnalistik.
Wartawan Bodrex, Luka dalam Dunia Pers
Istilah “wartawan bodrex” merujuk pada oknum yang menggunakan identitas pers bukan untuk mengabarkan informasi, melainkan mencari keuntungan pribadi—entah dengan cara memeras narasumber, menyebar berita pesanan, atau menerima amplop sebagai syarat pemberitaan. Mereka bukan jurnalis, melainkan perusak kepercayaan publik terhadap media.
Fenomena ini telah lama merusak citra media, menyulitkan kerja jurnalis profesional, dan menciptakan ketidakpercayaan di tengah masyarakat. Praktik ini tak hanya melanggar kode etik jurnalistik, tapi juga menodai makna kebebasan pers yang telah diperjuangkan dengan keringat dan darah di masa lalu.
Perlu Ketegasan dan Pendidikan Etika
Membasmi praktik suap dalam dunia pers bukan hanya tugas organisasi profesi atau Dewan Pers, tetapi juga menjadi tanggung jawab moral setiap jurnalis. Pendidikan etika, pembinaan yang konsisten, dan keberanian untuk menolak gratifikasi adalah langkah awal menjaga marwah jurnalisme tetap bersih dan terhormat.
Media massa juga harus lebih selektif dalam merekrut wartawan. Tidak cukup hanya bisa menulis, tetapi harus punya komitmen pada kebenaran dan tangguh menghadapi godaan materi. Tanpa itu, idealisme jurnalistik hanya akan tinggal slogan.
Jurnalisme adalah Ibadah Sosial
Menjadi jurnalis bukan sekadar profesi, melainkan panggilan untuk melayani masyarakat lewat informasi yang benar, jujur, dan mendidik. Ketika jurnalis tunduk pada uang dan kepentingan, maka hilanglah marwah profesi yang mulia ini. Namun selama masih ada insan pers yang menjunjung tinggi etika dan menolak suap, maka harapan akan jurnalisme yang sehat dan bermartabat tetap menyala.
Penulis : Andre Hariyanto
Editor : Aisyah Putri Widodo
Sumber Berita : Redaksi Suara Utama














