Pasal 112 dan 127 UU Narkotika, Antara Instrumen Hukum dan Potensi Pasal Karet

- Penulis

Rabu, 17 September 2025 - 11:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi penegakan hukum narkotika di Indonesia, fokus pada Pasal 112 dan 127 UU Narkotika.

Ilustrasi penegakan hukum narkotika di Indonesia, fokus pada Pasal 112 dan 127 UU Narkotika.

SUARA UTAMA – Jakarta, 17 September 2025 – Penerapan Pasal 112 dan Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika kembali menuai sorotan publik. Kedua pasal yang sering digunakan aparat penegak hukum dalam kasus narkotika dinilai rawan multitafsir dan berpotensi menjadi “pasal karet.”

Data Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia masih cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Namun, efektivitas penindakan hukum kerap diperdebatkan, terutama terkait keadilan bagi pengguna narkotika yang seharusnya mendapat rehabilitasi.

 

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Pasal 112 dan 127 UU Narkotika, Antara Instrumen Hukum dan Potensi Pasal Karet Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Isi Pasal

  • Pasal 112 mengatur pidana berat bagi setiap orang yang tanpa hak memiliki, menyimpan, atau menguasai narkotika golongan I bukan tanaman. Ancaman hukumannya minimal 4 tahun penjara dan maksimal seumur hidup, bahkan dapat dijatuhi hukuman mati pada kondisi tertentu.
  • Pasal 127 ditujukan bagi penyalahguna narkotika, dengan ancaman maksimal 4 tahun penjara. Namun, pasal ini juga membuka peluang rehabilitasi apabila hasil asesmen menunjukkan pelaku adalah pecandu atau korban penyalahgunaan narkotika.

 

Pandangan Praktisi

Praktisi hukum, Eko Wahyu Pramono, menilai bahwa kedua pasal tersebut memiliki sisi ganda: satu sisi menindak pengedar, sisi lain seharusnya memberi ruang rehabilitasi bagi pengguna.

Pasal 112 dan 127 seharusnya jelas membedakan antara pengedar dan pengguna. Sayangnya, redaksinya terlalu luas sehingga membuka ruang tafsir aparat. Akibatnya, pengguna bisa saja diperlakukan seolah-olah pengedar,” ujar Eko.

BACA JUGA :  Asas Preferensi Hukum Jadi Kompas Penegakan Aturan di Indonesia

Ia menambahkan, secara logika hukum, seorang pengguna hampir pasti memenuhi unsur Pasal 112 karena memiliki narkotika untuk dipakai.
“Seorang pengguna pun, ketika hendak mengonsumsi narkoba, pasti dalam posisi menyimpan atau menguasai barang tersebut. Inilah celah yang membuat pengguna rawan dijerat dengan pasal pengedar,” tegasnya.

Menurut Eko, ketidakjelasan penerapan kedua pasal ini berpotensi menimbulkan ketidakadilan.
“Kita sering lihat ada perbedaan perlakuan: sebagian diarahkan ke rehabilitasi, sementara yang lain justru dijatuhi pidana berat meskipun kasusnya serupa. Dari sinilah muncul pandangan publik yang menyebutnya pasal karet,” tambahnya.

 

Konfirmasi Aparat

Hingga berita ini diterbitkan, BNN dan Kepolisian RI belum memberikan tanggapan resmi terkait kritik atas penerapan Pasal 112 dan Pasal 127 UU Narkotika.

 

Kesimpulan

Perdebatan mengenai Pasal 112 dan 127 memperlihatkan dilema penegakan hukum narkotika di Indonesia. Di satu sisi, negara wajib tegas memberantas peredaran narkoba melalui instrumen hukum yang kuat. Namun, di sisi lain, pecandu sebagai korban penyalahgunaan seharusnya berhak mendapatkan rehabilitasi, bukan diperlakukan layaknya pengedar.

Ketiadaan batasan yang jelas dalam praktik penerapan kedua pasal ini menimbulkan ruang tafsir luas dan berpotensi mencederai rasa keadilan. Evaluasi norma hukum dan pengawasan ketat dalam implementasi dinilai krusial agar penegakan hukum berjalan adil, proporsional, dan berpihak pada kepentingan publik.

 

Penulis : Odie Priambodo

Editor : Andre Hariyanto

Sumber Berita : Wartawan Suara Utama

Berita Terkait

Ketua Forum Abdesi Kecamatan Loloda Utara Resmi Dilantik
Kapolsek Banyuanyar Lakukan Kunjungan Ke Seluruh Desa Salah Satunya Desa Klenang Kidul
MK Kembali Tolak Gugatan Pemajakan Pensiun: Status Quo Pajak Pensiun Tetap Berlaku
Jalan Syarifuddin Diperbaiki, Warga Antusias Ucapkan Terima Kasih pada Bupati
Sekam Padi Terbakar Di PLTU 2 Labuan, Paru-Paru Warga Terancam Kanker
Reformasi Polri Menjadi Good Governance Menuju Indonesia Hebat
Polres Merangin Mulai Selidiki Kasus Intimidasi Wartawan, SWM Apresiasi Langkah Cepat Polisi
Dugaan Adanya Mark Up Dana Anggaran Hingga Bangunan Terimbas Tak Sesuai Prospek
Berita ini 130 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 14 November 2025 - 17:53 WIB

Ketua Forum Abdesi Kecamatan Loloda Utara Resmi Dilantik

Jumat, 14 November 2025 - 12:22 WIB

Kapolsek Banyuanyar Lakukan Kunjungan Ke Seluruh Desa Salah Satunya Desa Klenang Kidul

Jumat, 14 November 2025 - 10:06 WIB

MK Kembali Tolak Gugatan Pemajakan Pensiun: Status Quo Pajak Pensiun Tetap Berlaku

Jumat, 14 November 2025 - 09:45 WIB

Jalan Syarifuddin Diperbaiki, Warga Antusias Ucapkan Terima Kasih pada Bupati

Jumat, 14 November 2025 - 09:21 WIB

Sekam Padi Terbakar Di PLTU 2 Labuan, Paru-Paru Warga Terancam Kanker

Kamis, 13 November 2025 - 18:14 WIB

Reformasi Polri Menjadi Good Governance Menuju Indonesia Hebat

Kamis, 13 November 2025 - 16:08 WIB

Polres Merangin Mulai Selidiki Kasus Intimidasi Wartawan, SWM Apresiasi Langkah Cepat Polisi

Kamis, 13 November 2025 - 14:58 WIB

Dugaan Adanya Mark Up Dana Anggaran Hingga Bangunan Terimbas Tak Sesuai Prospek

Berita Terbaru

Pemilihan Pengurus Forum Abdesi di Kecamatan Loloda Utara resmi dilantik (Yusri Arba/SUARA UTAMA)

Berita Utama

Ketua Forum Abdesi Kecamatan Loloda Utara Resmi Dilantik

Jumat, 14 Nov 2025 - 17:53 WIB