gambar M.Junaidi halawa di kedei pangkas Nurul
Suara Utama -Indonesia telah melewati era reformasi, tetapi jika kebijakan lebih berpihak kepada korporasi dibanding rakyat, apakah demokrasi telah benar-benar terwujud?
Dalam beberapa dekade terakhir, pengaruh korporasi dalam ruang politik dan ekonomi di Indonesia semakin kuat. Sejumlah kebijakan dinilai lebih menguntungkan kelompok bisnis dibanding masyarakat luas. Misalnya, dalam sektor pertambangan dan perkebunan, perusahaan besar mendapatkan izin eksploitasi dengan mudah, yang berpotensi menimbulkan persoalan terhadap hak-hak masyarakat adat dan petani kecil. Undang-Undang Cipta Kerja juga menuai berbagai pendapat, dengan sebagian pihak menilai sebagai langkah positif bagi investasi dan sebagian lainnya mengkhawatirkan dampaknya terhadap kaum buruh dan pekerja lepas.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dominasi Korporasi dalam Kebijakan Publik
Keterlibatan korporasi dalam perumusan kebijakan terlihat di berbagai sektor. Data dari beberapa lembaga riset menunjukkan bahwa industri besar memiliki pengaruh signifikan terhadap regulasi tertentu, terutama terkait investasi dan perizinan usaha. Dalam sektor kesehatan dan pendidikan, misalnya, privatisasi yang semakin berkembang menimbulkan kekhawatiran bahwa akses masyarakat terhadap layanan dasar ini menjadi lebih mahal dan sulit dijangkau.
Di sisi lain, perwakilan pemerintah dan pengusaha menegaskan bahwa kebijakan pro-investasi bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja. Mereka berargumen bahwa sektor swasta memiliki peran penting dalam pembangunan dan inovasi. Namun, sebagian pihak menilai bahwa lemahnya pengawasan dapat menimbulkan risiko eksploitasi tenaga kerja dan memperlebar ketimpangan ekonomi.
Dampak bagi Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat
Ketika kebijakan lebih mengakomodasi kepentingan korporasi, demokrasi yang seharusnya berorientasi pada kesejahteraan rakyat bisa menghadapi tantangan serius. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengaruh besar perusahaan dalam politik dapat mengurangi partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, transparansi dan akuntabilitas dalam kebijakan publik menjadi kunci untuk memastikan bahwa kepentingan masyarakat tetap terjaga.
Dalam jangka panjang, mekanisme pengawasan yang efektif sangat diperlukan guna mencegah ketimpangan sosial yang semakin melebar. Pemerintah dan pemangku kebijakan harus memastikan bahwa regulasi ekonomi tidak hanya menguntungkan kelompok tertentu, tetapi juga memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
Harapan untuk Perubahan
Meski pengaruh korporasi dalam demokrasi cukup kuat, masih ada ruang bagi perubahan. Pengawasan publik, advokasi masyarakat sipil, dan keterlibatan aktif media memiliki peran penting dalam menyeimbangkan kepentingan dalam kebijakan publik. Transparansi dalam proses legislasi serta keterbukaan pemerintah terhadap aspirasi masyarakat dapat membantu menciptakan kebijakan yang lebih inklusif.
Gerakan sosial yang menuntut akuntabilitas harus didukung oleh partisipasi aktif masyarakat. Media juga harus menjalankan perannya sebagai pilar keempat demokrasi dengan menyajikan informasi berbasis fakta dan menghadirkan berbagai perspektif. Sementara itu, masyarakat dapat berkontribusi melalui partisipasi politik yang lebih luas, termasuk dalam pemilihan pemimpin yang berorientasi pada kepentingan publik.
Pada akhirnya, demokrasi yang sejati bukan hanya soal pemilu dan pergantian kekuasaan, tetapi bagaimana negara benar-benar mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Jika kebijakan lebih berpihak kepada korporasi tanpa pengawasan yang cukup, maka perlu ada upaya bersama untuk memastikan bahwa kepentingan publik tetap menjadi prioritas utama.
Penulis : M.Junaidi Halawa
Editor : M.Junaidi Halawa
Sumber Berita : Tim wartawan