Greta Thunberg: Aktivis Hijau Swedia yang Didapuk Sebagai Mastermind Global Sumud Flotilla

- Penulis

Jumat, 3 Oktober 2025 - 12:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto Ilustrasi Greta Thunberg Mastermind Global Sumud Flotilla

Foto Ilustrasi Greta Thunberg Mastermind Global Sumud Flotilla

SUARA UTAMA – Saat ini Perjalanan aktifis dari berbagai negara menuju Gaza Palestina membawa pesan kemanusian dan perdamaian, yang dinamai global Sumud Flotilla dengan dipelopori oleh Greta Thunberg. Nama Greta Thunberg identik dengan perlawanan terhadap krisis iklim. Aktivis muda asal Swedia ini mengguncang dunia dengan aksi protesnya lewat gerakan Fridays for Future. Namun kini, Greta hadir dalam panggung berbeda yang tak kalah dramatis: ia disebut sebagai salah satu penggerak utama (mastermind) Global Sumud Flotilla, armada kemanusiaan internasional yang berupaya menembus blokade Israel terhadap Gaza.

Dari Krisis Iklim ke Krisis Kemanusiaan

Bagi Greta, perjuangan melawan perubahan iklim tidak bisa dipisahkan dari perjuangan melawan ketidakadilan global. Isu lingkungan, kemanusiaan, dan politik saling berkaitan. Gaza, yang menderita blokade panjang, menurut Greta adalah simbol bahwa dunia masih gagal menegakkan prinsip dasar keadilan dan kemanusiaan.

Ketika ia memutuskan turun langsung bersama puluhan aktivis internasional di atas kapal Sumud Flotilla, Greta menegaskan bahwa keberpihakannya melampaui batas isu hijau. Ia ingin menunjukkan bahwa solidaritas tidak mengenal sekat.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Greta Thunberg: Aktivis Hijau Swedia yang Didapuk Sebagai Mastermind Global Sumud Flotilla Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sumud Flotilla sebagai Simbol Perlawanan Damai

Kata sumud dalam bahasa Arab berarti ketabahan. Flotilla ini membawa bantuan medis, makanan bayi, hingga sembako, sekaligus menjadi simbol perlawanan damai terhadap blokade yang menjerat dua juta penduduk Gaza. Dengan figur seperti Greta di dalamnya, gaung gerakan ini semakin besar.

Menurut laporan media Eropa, Greta berperan aktif menjembatani jejaring aktivis lingkungan, NGO kemanusiaan, hingga akademisi internasional agar flotilla ini memiliki legitimasi moral. Dengan begitu, aksi tersebut bukan sekadar konvoi kapal, tetapi juga kampanye global untuk mengingatkan dunia bahwa Gaza bukan wilayah yang boleh dilupakan.

Penangkapan oleh Tentara Israel

Namun perjalanan flotilla itu tidak berjalan mulus. Pada Juni 2025, kapal Madleen yang ditumpangi Greta dicegat oleh militer Israel di perairan internasional. Aktivis menyebut tindakan itu sebagai “penculikan laut”, karena terjadi di luar yurisdiksi Israel. Greta dan belasan aktivis lain ditahan, lalu dideportasi.

Aksi terbaru pada Oktober 2025 bahkan lebih besar: sekitar 40 kapal dengan 500 aktivis dari berbagai negara, termasuk Greta, kembali disergap angkatan laut Israel. Laporan menyebut adanya penyemprotan water cannon, pemadaman komunikasi, hingga pengalihan paksa kapal ke pelabuhan Israel. Greta bersama aktivis lain ditahan, kemudian dipulangkan secara paksa.

Pendapat Pakar & Reaksi Dunia

Sejumlah pakar hukum internasional menilai intersepsi Israel di laut internasional melanggar hukum laut dan prinsip kemanusiaan. Organisasi hukum Arab-Israel Adalah menyebut penahanan itu ilegal. Media besar seperti The Guardian dan Al Jazeera menyorot bahwa Israel semakin tersudut dalam opini publik.

BACA JUGA :  Peningkatan Kemampuan Menjumlah Melalui Media Aneka Sayuran di  Kelompok B TK Kusuma Harapan Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo - Semester II Tahun Ajaran 2021/2022

Reaksi diplomatik pun menguat. Beberapa negara Eropa memanggil duta besar Israel, sementara ormas internasional menuntut investigasi independen. Dukungan publik terhadap Greta dan aktivis lain justru semakin besar, karena mereka dianggap sebagai simbol perlawanan moral di hadapan mesin militer.

Dampak Saat Ini

  1. Sorotan global meningkat – Penangkapan Greta memicu gelombang protes di berbagai belahan dunia.
  2. Legitimasi moral untuk Gaza – Flotilla memperkuat simpati dunia terhadap rakyat Palestina.
  3. Tensi diplomatik – Negara-negara mulai mendiskusikan jalur hukum internasional untuk menekan Israel.
  4. Risiko bagi aktivis – Meski mereka dipuji, para aktivis menghadapi ancaman keselamatan setiap kali berlayar.

Dampak ke Depan

  1. Preseden hukum internasional – Jika dibawa ke Mahkamah Internasional, kasus ini bisa menjadi rujukan penting soal hak navigasi dan blokade.
  2. Mobilisasi aktivisme global – Figur seperti Greta bisa menginspirasi aktivis baru yang menyatukan isu iklim, HAM, dan keadilan politik.
  3. Tekanan diplomatik – Negara-negara mungkin terdorong mengubah pendekatan terhadap Gaza, dari sekadar donor menjadi advokat politik.
  4. Risiko eskalasi – Jika flotilla terus berlayar, potensi bentrokan di laut bisa memicu krisis internasional baru.

Analisis Kritis: Efektivitas dan Risiko

Pertanyaan penting muncul: seberapa efektif flotilla dalam membantu Gaza secara nyata? Bantuan yang dibawa kapal relatif kecil dibanding kebutuhan dua juta warga. Namun, kekuatan flotilla ada pada aspek simbolis dan opini global. Ia membongkar kenyataan bahwa jalur kemanusiaan ke Gaza masih dikontrol militer.

Di sisi lain, ada risiko bahwa aksi ini lebih dilihat sebagai teatrikal ketimbang substantif. Jika tidak diiringi dengan strategi diplomasi, aksi-aksi flotilla mungkin hanya berakhir dengan penahanan rutin dan deportasi, tanpa perubahan kebijakan besar.

Namun Greta tampaknya sadar akan hal itu. Baginya, simbol dapat menjadi senjata yang tak kalah tajam dari senjata militer. Dengan hadir di barisan depan, ia berhasil memaksa dunia untuk berbicara kembali soal Gaza—isu yang sering dikaburkan oleh retorika keamanan dan geopolitik.

Penutup : Greta Thunberg telah berevolusi dari sekadar aktivis iklim menjadi ikon perlawanan kemanusiaan global. Dengan Sumud Flotilla, ia memperlihatkan bahwa keberanian melampaui batas isu, negara, bahkan risiko pribadi.

Apakah aksinya akan mengubah kebijakan Israel? Itu masih belum jelas. Namun satu hal pasti: Greta telah menggerakkan opini publik dunia, dan dalam dunia politik internasional, opini sering kali menjadi titik awal perubahan besar.

Berita Terkait

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  
Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia
Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?
Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”
Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan
Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya
Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi
Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza
Berita ini 67 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 4 Desember 2025 - 19:29 WIB

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  

Kamis, 4 Desember 2025 - 16:12 WIB

Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia

Rabu, 3 Desember 2025 - 15:29 WIB

Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?

Rabu, 3 Desember 2025 - 14:43 WIB

Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”

Selasa, 2 Desember 2025 - 14:11 WIB

Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan

Selasa, 2 Desember 2025 - 12:48 WIB

Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya

Senin, 1 Desember 2025 - 20:03 WIB

Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi

Senin, 1 Desember 2025 - 14:21 WIB

Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza

Berita Terbaru