SUARA UTAMA – Ketika Indonesia masih berada dalam pergulatan melawan kolonialisme, dukungan internasional—baik moral maupun politik—membantu memperkuat legitimasi perjuangan kemerdekaan. Salah satu figur penting yang menunjukkan solidaritas itu adalah Al-Hajj Muhammad Amin al-Husseini, Grand Mufti Yerusalem. Kiprahnya mencakup langkah-langkah diplomatik dan simbolis yang, menurut sejumlah sumber sejarah, memberi dorongan bagi pengakuan internasional terhadap Indonesia. (detiknews)
Siaran Radio Berlin (6 September 1944) — Pengakuan Awal yang Bernilai Simbolis
Dalam catatan beberapa studi dan liputan media, pada 6 September 1944 Al-Husseini melalui siaran Radio Berlin berbahasa Arab menyampaikan ucapan selamat dan menyatakan pengakuan rakyat Palestina terhadap kedaulatan Indonesia. Siaran ini sering dikutip sebagai salah satu pengakuan de facto pertama yang disiarkan ke dunia Arab sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945, dan menjadi bahan rujukan dalam diplomasi Indonesia ke dunia Arab pada tahun-tahun berikutnya. Namun, patut dicatat bahwa bukti arsip rekaman atau transkrip siaran lengkapnya belum banyak dipublikasikan secara luas dalam sumber arsip digital yang mudah diakses; informasi ini umumnya muncul di literatur sekunder dan pemberitaan sejarah diplomatik. (TNB)
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Bentuk-bentuk Dukungan Al-Husseini untuk Indonesia
- Pengakuan Awal melalui Radio (6 Sept 1944): Menurut kesaksian dalam sejumlah sumber historis dan tulisan diplomatik, siaran tersebut menyatakan dukungan Palestina terhadap aspirasi kedaulatan Indonesia, memberi nilai simbolik penting dalam jaringan solidaritas dunia Islam. (detiknews)
- Lobi Politik di Dunia Arab: Setelah siaran itu, Al-Husseini dilaporkan aktif melobi pemimpin negara-negara Arab dan berupaya mendorong pengakuan terhadap Indonesia di forum Arab. Upaya diplomatik semacam ini membantu membuka pintu bagi pengakuan dari Mesir, Suriah, Irak, dan lainnya pada fase awal pengakuan internasional Indonesia. (detiknews)
- Dukungan Kemanusiaan dan Material: Beberapa sumber menyebutkan bahwa Al-Husseini dan tokoh Palestina lain memberikan bantuan dana dan beasiswa kepada pelajar Indonesia di kawasan Arab, sebagai bagian dari hubungan kemanusiaan dan pendidikan yang mempererat ikatan kedua bangsa. (Observer News)
- Membangun Jembatan Kemanusiaan: Dukungan publik dari figur seperti Al-Husseini menjadi momentum penting untuk memperkuat hubungan politik dan sosial antara Indonesia dan negara-negara Arab, serta menambah legitimasi bagi perjuangan diplomatik Indonesia di panggung internasional. (TNB)
Konteks dan Nuansa Sejarah: Keterkaitan dengan Axis dan Kontroversi
Penting untuk menempatkan tindakan Al-Husseini dalam konteks historis yang penuh nuansa. Selama Perang Dunia II, Al-Husseini berada dalam orbit politik yang kompleks: ia melakukan siaran propaganda dari Berlin dan berhubungan dengan rezim Axis. Catatan-catatan sejarah modern juga menyorot keterlibatannya dalam propaganda anti-Sekutu dan beberapa pernyataan yang sangat kontroversial. Karena itu, pengakuan dan dukungan moral yang ia sampaikan kepada Indonesia harus dibaca bersamaan dengan realitas kompleks politik global pada masa itu. Penilaian historis atas figur ini beragam dan sering diperdebatkan oleh sejarawan. (Holocaust Encyclopedia)
Makna Kini — Solidaritas dan Ingatan Sejarah
Mengenang jasa Al-Husseini bukan bermakna memutlakkan seluruh aspek hidupnya, melainkan mengakui fakta historis bahwa pada satu titik tokoh Palestina itu menyampaikan dukungan bagi perjuangan Indonesia—sebuah bentuk solidaritas lintas-wilayah yang nyata pada masa anti-kolonial. Pengingat ini relevan saat kedua bangsa terus bersimpati atas perjuangan masing-masing; ia menjadi dasar kuat untuk memperkuat hubungan diplomatik dan kemanusiaan yang berkelanjutan. (TNB)
Sumber Berita : Referensi Pustaka 1. Antara News. (2024). Why Indonesia’s Constitution Binds It to Palestine’s Independence.Diakses dari: https://en.antaranews.com/news/373889 2. DetikNews. (2021). Palestina Mengakui Kedaulatan Indonesia pada 1944, Ini Sejarahnya.Diakses dari: https://news.detik.com/internasional/d-5588577 3. Jejak Islam. (2022). Solidaritas Indonesia-Palestina: Dari Ormas ke Negara. Diakses dari: https://jejakislam.net/solidaritas-indonesia-palestina-dari-ormas-ke-negara-3 4. Pusat Studi Timur Tengah UIN Jakarta. (2018). Hubungan Diplomatik Awal antara Indonesia dan Dunia Arab. (Makalah Seminar Sejarah Diplomasi, UIN Jakarta). 5. Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. (Bagian tentang diplomasi luar negeri awal RI dan pengakuan negara-negara Arab). 6. Encyclopedia of the Holocaust – USHMM. (2023). Hajj Amin al-Husayni: Wartime Propagandist.Diakses dari: https://encyclopedia.ushmm.org/content/en/article/hajj-amin-al-husayni-wartime-propagandist 7. Pusat Sejarah TNI. (2010). Buku Putih Perjuangan Diplomasi Kemerdekaan RI. Jakarta: Pusjarah TNI. 8. Azhari, M. (2015). Dinamika Solidaritas Dunia Islam terhadap Kemerdekaan Indonesia. Jurnal Tsaqafah Vol. 11 No. 1, IAIN Tulungagung.














