SUARA UTAMA, Yahukimo, Papua Pegunungan – Sebanyak 59 warga di Distrik Nipsan dan Talampo, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, dilaporkan meninggal dunia akibat wabah penyakit yang diduga sebagai infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Kasus ini menjadi perhatian serius karena jumlah korban terus bertambah dan penanganan medis yang terbatas di wilayah tersebut.
Wabah yang Menyebar Cepat dan Mematikan
Kematian dilaporkan berasal dari dua distrik, yaitu 48 orang dari Distrik Nipsan dan 11 orang dari Distrik Talampo. Berdasarkan laporan tim medis dari Dinas Kesehatan Yahukimo yang dikirim ke lokasi, mayoritas pasien mengalami gejala sesak napas, batuk, demam, diare, dan nyeri otot hebat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Gejala yang paling umum adalah sesak napas, yang secara medis kami identifikasi sebagai pneumonia. Kami juga menemukan beberapa pasien dengan diare akut dan mialgia,” ujar dr. Yulce Asso, salah satu dokter yang terjun langsung ke lokasi.
Minimnya Akses Layanan Kesehatan
Tim medis gabungan dari Dinas Kesehatan Yahukimo dan perwakilan gereja tiba di Distrik Nipsan pada Sabtu, 24 Mei 2025. Mereka membawa persediaan obat-obatan dan bahan makanan. Dalam kurun waktu empat hari, tim membuka pos layanan kesehatan sementara di puskesmas yang berada di atas perbukitan dan melayani warga dari 13 gereja dan 8 kampung di sekitarnya.
Sayangnya, lokasi yang terpencil membuat tidak semua pasien bisa dijangkau. Pasien-pasien yang tidak mampu datang sendiri hanya diberi obat lewat perantara warga atau kader kesehatan yang telah dilatih.
Penyebab Diduga ISPA dan Faktor Lingkungan
Menurut dr. Yulce Asso, keterlambatan penanganan medis menjadi salah satu faktor yang memperparah kondisi pasien.
“Kami menduga kuat penyebab utama kematian adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), yang berkembang menjadi pneumonia karena keterlambatan penanganan dan minimnya fasilitas medis di wilayah tersebut,” jelasnya.
Faktor lingkungan juga memperparah penyebaran penyakit. Warga dilaporkan mengalami kesulitan dalam menjaga kebersihan karena kurangnya sabun dan air bersih. “Banyak warga tidak mandi hingga satu bulan karena ketiadaan sabun dan air. Hal ini membuat virus menyebar dengan cepat,” tambahnya.
Tanggapan Pemerintah dan Masyarakat
Masyarakat menyambut baik kedatangan tim medis dan menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Daerah Yahukimo atas respons cepat yang diberikan. Saat ini, satu petugas medis, Habel Yando, masih berada di lokasi untuk memantau dan melanjutkan pelayanan selama 2 hingga 3 minggu ke depan.
Kepala Dinas Kesehatan Yahukimo, Aser Sobolim, S.K.M, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima data resmi mengenai kejadian luar biasa ini.
“Kami akan mengelola data ini dengan baik dan segera melaporkannya melalui jalur resmi ke tingkat atas. Langkah-langkah lanjutan juga tengah kami koordinasikan,” ungkap Aser dalam konferensi pers pada Jumat, 30 Mei 2025.
Permintaan Tambahan Petugas dan Dukungan Kemanusiaan
Masyarakat dan tokoh gereja di Distrik Nipsan meminta agar enam kader kesehatan yang masih berada di Kota Yahukimo segera diberangkatkan untuk memperkuat pelayanan kesehatan di wilayah terdampak. Mereka juga berharap pemerintah memberi insentif kepada para kader agar mereka bisa segera bertugas di lapangan.
Wabah ini menjadi alarm keras bagi pemerintah dan lembaga kemanusiaan untuk mempercepat pembangunan layanan kesehatan dasar di daerah terpencil, serta memperkuat sistem tanggap darurat agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Penulis : Yafretus Ilintamon
Editor : Yoga














