Suara Utama, Halteng – Desa Lukulamo, Halmahera Tengah, Maluku Utara yang merupakan wilayah lingkar tambang PT Indonesia Weda Industrial Park (PT IWIP) kembali terendam banjir.
Sebelumnya, Desa Lukulamo ini disebutkan sudah berungkali alami banjir apabila diguyur hujan besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Melalui video yang dibagikan di akun Facebook @Achul Alfatannur, terlihat puluhan karyawan tambang berjalan di atas air yang tingginya hingga dada orang dewasa.
Beberapa diantara karyawan tambang sibuk mengamankan barang-barang mereka dari dalam kosan terendam banjir.
Banjir yang terjadi di desa Lukulamo wilayah lingkar tambang itu terjadi pada Kamis 13 Juni 2024.
Melalui informasi, dan pantauan lapangan di Kabupaten Halmahera Tengah hingga hari ini masih diguyur hujan.
Dugaan penyebab banjir
Penyebab adanya banjir di Desa Lukulamo wilayah lingkar tambang PT IWIP tersebut diduga karena adanya deforestasi dari aktivitas penambangan nikel di Halmahera.
Forest Watch Indonesia melalui Juru Kampanye Hutan, Agung Ady menyebutkan deforestasi tak terhindarkan karena aktivitas penambangan nikel.
“Deforestasi tak terhindarkan dari aktivitas penambangan nikel di Halmahera. Hasil penelitian FWI menunjukkan bahwa ada sekitar 180.587 hektare lahan konsesi yang masuk kawasan hutan lindung dan hutan produksi. ”Kebanyakan atau hampir 90 persen masuk hutan lindung dan hutan produksi. Pasti akan timbul deforestasi baru,” bebernya.
Sementara deforestasi yang terjadi di sekitar Sungai Sagea diperkirakan mencapai 392 hektar, Sungai Gemaf alami sekitar 461 hektar, Sungai Waleh seluas 636 hektar, dan Sungai Kobe sebanyak 4.291 hektar. ”Tiga tahun terakhir analisis 2021 hingga September 2023 terjadi 5700 hektar deforestasi di DAS. Kobe lebih dulu dieksploitasi. Makanya deforestasinya lebih besar,” ungkapnya.
Pengrusakan hutan itu mengakibatkan daerah aliran sungai (DAS) yang menderas ke Teluk Weda rusak.
Potret kerugian dan dampak kerusakan ekologi yang disampaikan Agung hanya segelintir kisah gelap yang muncul di Halmahera Tengah. Pembabatan hutan di sana membikin wilayah yang berada di lingkar tambang rentan dilanda banjir bandang.
”Kalau wilayah hutan dan lahan deforestasi akan mempermudah laju air kian deras. Kan kalau ada hutan air akan ketahan dan terserap pohon,” ujar Agung.
Buktinya pada 13 September 2023 tahun lalu, Desa Lelilef, Gemaf, hingga Sagea yang masuk dalam wilayah lingkar tambang PT IWIP tersapu banjir bandang.*
Penulis : Firmansyah Usman
Editor : Firmansyah Usman
Sumber Berita : Forest Watch Indonesia, Facebook