SUARA UTAMA – Ramadhan usai sudah. Halte ilahiah yang diperuntukkan refleksi,dan juga untuk merangkum peluang dan isyarat sejarah serta ayat agama, rampung sudah. Semoga refleksi ibadah dan spirit Islam kita dapat dalam sebulan kita dilatih untuk menjadi generasi Rabbaniyah. Yaitu generasi yang mempunyai kesiapan dan kerelaan hanya untuk Allah dan menegakkan ayat-ayat-Nya.
Semoga pula, hasil yang disemai dari taman Ramadhan bisa memberi napas cinta dan sekaligus memberi watak dan nilai Islam yang lekat dengan teduh damai dalam keseharian kita sampai kelak saat ajal menjelang.
Baca juga: Tak mesti mewah untuk kembali Fitri
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bukankah Ramadhan adalah saat kita membasuh kembali wajah sejarah kita yang penuh debu? Menanggalkan waktu kita yang penuh daki dan dengki. Ramadhan adalah saat jarak terentang secara seimbang antara keinginan dan kewajiban agar hidup terbiasa menemukan mizan keadilan-Nya. Bukankah yang namanya keinginan seringkali merupakan hasrat yang lekat dengan ketidakpuasan? Dan seringkali ketidakpuasan yang tidak diberi ruang dengan bijak merupakan pintu dari datangnya keserakahan. Ruang waktu kita terlalu sibuk dan bising. Penuh dengan perhitungan untung rugi dari transaksi duniawi.
Di tengah keramaian yang sibuk, saat langkah tergesa gesa, berlomba mengejar ambisi yang terus berlari, kita tidak sedikitpun menyediakan jeda untuk merenung atau menata kembali langkah yang mungkin salah arah.
Padahal Allah swt telah menyediakan desain ruang dan waktu yang sangat jenius dimana keseimbangan (mizan) adalah ruhnya, keseharian kita yang dibatasi oleh lima waktu untuk intim, akrab dan mesra dalam mencumbui segala nikmat-Nya. Dan dari tahun ke tahun dalam sekalinya kita diberi halte dimana seluruh potensi kita luluhkan untuk mencari keseimbangan lahir dan batin baik itu potensi nafsu maupun kalbu.
Baca juga: Tax Basic Training Experience During a Pandemic at AR Learning Center
Ramadhan adalah isyarat betapa kita rentan dan lemah juga sekaligus menunjukan betapa kita bisa menjadi lebih mulia, disaat kita bisa menangkap isyarat ayat untuk berbagi dengan si lemah (sedekah dan zakat), lebih bisa menjaga jarak dengan ambisi, agar tidak serakah dan lebih menghayati segala ibadah kita, baik di ranah sosial kita maupun di ranah batin kita. Dengan tarawih, kita rapatkan barisan sholat dan menikmati indahnya persaudaraan dan kebersamaan yang didasari oleh keimanan.
Dengan tadarus kita mengetuk setiap relung hati hamba Allah, berharap untuk intim dan mesra dengan-Nya. Semua potensi Rabbaniyah yang lekat dalam bulan Ramadhan itu merupakan instrument yang kekal untuk mengumrohkan dan mabrur hakikat kemanusiaan kita. Tetapi kita selalu dihinggapi lupa dan khilaf. Terlalu sibuk dan terburu buru.
Banyak diantara kita yang tidak bisa dan gagal meletakkan hakikat bulan Ramadhan sebagai peluang dan kesempatan sebuah perjalanan menjemput kembali fitrah kita sebagai manusia yang bersih dan suci dan daki dan polusi duniawi. Sebagai manusia biasa, fitrah keterbatasan adalah milik kita. Banyak pula diantara kita yang selalu berkubang pada titik lupa dan khilaf. Selalu lupa akan hakikat jalan pulang, dan sombong karena sedikit kekuasaan dan jabatan. Selalu kurang atas nikmat-Nya, serakah dan amarah.
Kini Ramadhan usai sudah. Ramadhan telah menemui batasnya, saat senja di ambang Maghrib yang penuh dengan gema takbir. Seiring gema takbir mari kita luluhkan seluruh sifat kasar kita dalam titik kesadaran primordial (asal muasal) kita di hadapan kebesaran-Nya. Semoga ldul Fitri yang kita jelang, bukan sebatas konsumtif ataupun sebatas fragmen budaya yang meriah. Tidak pula sebatas kisah berdesak desakan saat mudik.
Ataupun nikmat makan ketupat, opor ayam dan pamer baju baru. Idul Fitri menuju kampung batin, dimana dengan nikmat-Nya menikmati kemenangan besar melawan hawa nafsu dan godaan di tengah kehidupan.
Selamat lebaran saudaraku, semoga lebaran kali ini kita bisa meletakkan makna dari sebuah perjalanan rohani kita untuk kembali ke fitrah kita sebagai hamba-Nya, Amiin.
Minal Aidin Wal faizin
Mohon maaf lahir dan batin