Tragedi Wabah di Distrik Nipsan, Yahukimo: 59 Warga Meninggal Dunia

- Penulis

Sabtu, 31 Mei 2025 - 19:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUARA UTAMA, Yahukimo, Papua Pegunungan – Sebanyak 59 warga di Distrik Nipsan dan Talampo, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, dilaporkan meninggal dunia akibat wabah penyakit yang diduga sebagai infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Kasus ini menjadi perhatian serius karena jumlah korban terus bertambah dan penanganan medis yang terbatas di wilayah tersebut.

Wabah yang Menyebar Cepat dan Mematikan

Kematian dilaporkan berasal dari dua distrik, yaitu 48 orang dari Distrik Nipsan dan 11 orang dari Distrik Talampo. Berdasarkan laporan tim medis dari Dinas Kesehatan Yahukimo yang dikirim ke lokasi, mayoritas pasien mengalami gejala sesak napas, batuk, demam, diare, dan nyeri otot hebat.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Tragedi Wabah di Distrik Nipsan, Yahukimo: 59 Warga Meninggal Dunia Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Gejala yang paling umum adalah sesak napas, yang secara medis kami identifikasi sebagai pneumonia. Kami juga menemukan beberapa pasien dengan diare akut dan mialgia,” ujar dr. Yulce Asso, salah satu dokter yang terjun langsung ke lokasi.

Minimnya Akses Layanan Kesehatan

Tim medis gabungan dari Dinas Kesehatan Yahukimo dan perwakilan gereja tiba di Distrik Nipsan pada Sabtu, 24 Mei 2025. Mereka membawa persediaan obat-obatan dan bahan makanan. Dalam kurun waktu empat hari, tim membuka pos layanan kesehatan sementara di puskesmas yang berada di atas perbukitan dan melayani warga dari 13 gereja dan 8 kampung di sekitarnya.

Sayangnya, lokasi yang terpencil membuat tidak semua pasien bisa dijangkau. Pasien-pasien yang tidak mampu datang sendiri hanya diberi obat lewat perantara warga atau kader kesehatan yang telah dilatih.

Penyebab Diduga ISPA dan Faktor Lingkungan

Menurut dr. Yulce Asso, keterlambatan penanganan medis menjadi salah satu faktor yang memperparah kondisi pasien.

“Kami menduga kuat penyebab utama kematian adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), yang berkembang menjadi pneumonia karena keterlambatan penanganan dan minimnya fasilitas medis di wilayah tersebut,” jelasnya.

Faktor lingkungan juga memperparah penyebaran penyakit. Warga dilaporkan mengalami kesulitan dalam menjaga kebersihan karena kurangnya sabun dan air bersih. “Banyak warga tidak mandi hingga satu bulan karena ketiadaan sabun dan air. Hal ini membuat virus menyebar dengan cepat,” tambahnya.

BACA JUGA :  Kepala SDN 207 Selango Sayuti Diduga PHP Soal Honor Komite Sekolah

Tanggapan Pemerintah dan Masyarakat

Masyarakat menyambut baik kedatangan tim medis dan menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Daerah Yahukimo atas respons cepat yang diberikan. Saat ini, satu petugas medis, Habel Yando, masih berada di lokasi untuk memantau dan melanjutkan pelayanan selama 2 hingga 3 minggu ke depan.

Kepala Dinas Kesehatan Yahukimo, Aser Sobolim, S.K.M, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima data resmi mengenai kejadian luar biasa ini.

“Kami akan mengelola data ini dengan baik dan segera melaporkannya melalui jalur resmi ke tingkat atas. Langkah-langkah lanjutan juga tengah kami koordinasikan,” ungkap Aser dalam konferensi pers pada Jumat, 30 Mei 2025.

Permintaan Tambahan Petugas dan Dukungan Kemanusiaan

Masyarakat dan tokoh gereja di Distrik Nipsan meminta agar enam kader kesehatan yang masih berada di Kota Yahukimo segera diberangkatkan untuk memperkuat pelayanan kesehatan di wilayah terdampak. Mereka juga berharap pemerintah memberi insentif kepada para kader agar mereka bisa segera bertugas di lapangan.

Wabah ini menjadi alarm keras bagi pemerintah dan lembaga kemanusiaan untuk mempercepat pembangunan layanan kesehatan dasar di daerah terpencil, serta memperkuat sistem tanggap darurat agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.

Penulis : Yafretus Ilintamon

Editor : Yoga

Berita Terkait

Perlu Normalisasi Sungai Batang Gasan yang Masuk ke Pemukiman Penduduk di Korong Piliang
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Andi Jadi Sorotan: Pembangunan Sumur Bor di Kelurahan Mampun Diduga Tak Sesuai Aturan Transparansi
Proyek Sumur Bor APBN di Dusun Baru Diduga Tidak Transparan, Warga Pertanyakan Tanpa Papan Informasi
Bidan PPPK Desa Beringin Sanggul Dinilai Tak Maksimal, Warga Minta Dinkes Merangin Turun Tangan
Ironi Merangin: Jembatan Hampir Ambruk, Warga Terjatuh, Pemerintah Belum Juga Hadir
Proyek Drainase Tanpa Papan Informasi di Kelurahan Mampun Diduga Milik CV Masyarakat Merangin Mandiri: Warga Pertanyakan Transparansi
Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus
Berita ini 175 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 13 Desember 2025 - 15:32 WIB

Perlu Normalisasi Sungai Batang Gasan yang Masuk ke Pemukiman Penduduk di Korong Piliang

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 06:46 WIB

Andi Jadi Sorotan: Pembangunan Sumur Bor di Kelurahan Mampun Diduga Tak Sesuai Aturan Transparansi

Sabtu, 13 Desember 2025 - 05:16 WIB

Bidan PPPK Desa Beringin Sanggul Dinilai Tak Maksimal, Warga Minta Dinkes Merangin Turun Tangan

Jumat, 12 Desember 2025 - 22:12 WIB

Ironi Merangin: Jembatan Hampir Ambruk, Warga Terjatuh, Pemerintah Belum Juga Hadir

Jumat, 12 Desember 2025 - 21:53 WIB

Proyek Drainase Tanpa Papan Informasi di Kelurahan Mampun Diduga Milik CV Masyarakat Merangin Mandiri: Warga Pertanyakan Transparansi

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:49 WIB

Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus

Jumat, 12 Desember 2025 - 13:50 WIB

Jumat Bersih, Pemdes Bersama Warga Gotong Royong Membersihkan Lokasi Objek Wisata

Berita Terbaru

Dr. Firman Tobing

Hukum

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Des 2025 - 15:21 WIB