Peran Pemimpin dalam Analogi Lomba Lari Estafet

- Penulis

Senin, 27 Januari 2025 - 22:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: Peran Pemimpin dalam Analogi Lomba Lari Estafet. suarautama.id

Ilustrasi: Peran Pemimpin dalam Analogi Lomba Lari Estafet. suarautama.id

SUARA UTAMA – Bayangkan sebuah tim estafet. Setiap pelari harus menjalankan tugasnya dengan sempurna, tetapi apa yang terjadi jika salah satu dari mereka gagal menyerahkan tongkat? Begitu pula dalam sebuah organisasi, keberhasilan bukan hanya soal siapa yang menjadi pemimpin terakhir, tetapi bagaimana kepemimpinan terus berjalan tanpa kehilangan arah.

Banyak orang menganggap pelari terakhir dalam estafet sebagai pahlawan utama. Ia adalah sosok yang membawa tim melewati garis finis. Namun, apakah benar hanya pelari terakhir yang berjasa? Dalam organisasi, hal serupa sering terjadi. Pemimpin terkini sering dielu-elukan, tetapi sejatinya keberhasilan adalah hasil dari kerja kolektif lintas generasi pemimpin.

Lomba estafet dapat menggambarkan suksesi kepemimpinan dengan jelas. Pelari pertama memulai dengan semangat dan visi, memberikan dasar yang kokoh untuk perjalanan selanjutnya. Begitu pula pemimpin awal dalam organisasi. Ia menetapkan fondasi, visi, dan arah yang menjadi dasar perjuangan bagi penerusnya.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Peran Pemimpin dalam Analogi Lomba Lari Estafet Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, transisi yang mulus adalah kunci. Jika pelari pertama gagal menyerahkan tongkat dengan baik, pelari berikutnya akan kehilangan momentum. Dalam konteks organisasi, transisi yang buruk dapat memecah fokus dan bahkan mengancam keberhasilan yang telah dicapai.

Peran Pemimpin di Tengah Perjalanan
Pelari kedua dan ketiga sering kali tidak mendapatkan perhatian sebesar pelari pertama atau terakhir. Padahal, mereka memegang peranan krusial. Mereka adalah pemimpin yang menjaga stabilitas organisasi di tengah perjalanan. Tugas mereka tidak hanya melanjutkan langkah, tetapi juga beradaptasi dengan tantangan baru. Tanpa mereka, fondasi yang telah dibangun bisa runtuh.

BACA JUGA :  PMK 37/2025: Antara Niat Baik dan Ketidaksiapan Lapangan

Di sisi lain, pelari terakhir, yang membawa tongkat menuju garis finis, sering dianggap sebagai pahlawan. Tetapi dalam organisasi, pemimpin terakhir bukanlah akhir dari perjalanan. Ia memainkan peran strategis dalam memastikan tongkat estafet diteruskan dengan baik kepada pemimpin berikutnya. Dalam siklus ini, tidak ada titik akhir—hanya kesinambungan yang memastikan organisasi terus berkembang.

Belajar dari Kesalahan Suksesi
Apa yang terjadi jika tongkat jatuh? Dalam lomba estafet, kegagalan menyerahkan tongkat bisa berarti kekalahan. Begitu pula dalam organisasi, suksesi kepemimpinan yang buruk dapat memecah visi, menghancurkan kolaborasi, dan menghentikan kemajuan. Banyak organisasi besar gagal berkembang karena transisi yang tidak direncanakan dengan baik.

Sebaliknya, organisasi yang sukses memahami pentingnya mempersiapkan penerus, menjaga komunikasi, dan memastikan kesinambungan visi. Tidak ada pemimpin yang sempurna, tetapi kerja kolektif yang solid dapat menutupi kekurangan individu.

Siapa yang Paling Berjasa?
Keberhasilan organisasi tidak bergantung pada satu pemimpin. Setiap individu yang pernah memegang tongkat estafet memiliki peran penting dalam perjalanan panjang ini. Pemimpin awal memberikan visi, pemimpin di tengah perjalanan menjaga stabilitas, dan pemimpin terakhir memastikan transisi yang baik.

Jadi, siapa yang paling berjasa? Jawabannya adalah semua pemimpin yang terlibat. Keberhasilan sejati adalah hasil kerja bersama, transisi yang mulus, dan dedikasi lintas generasi. Pemimpin terkini bukanlah “pemimpin terakhir,” melainkan bagian dari siklus tanpa akhir untuk membawa organisasi ke masa depan yang lebih gemilang.

Penulis : Sidik Purnomo. Kepala Sekolah SDN 2 Wono Agung, Tulang Bawang Lampung

Editor : Nafian Faiz

Berita Terkait

Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah
Krisis Penegakan Hukum di Indonesia
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola
Menjelang Nataru, harga Cabai di pasar Simpang Pematang melonjak tajam
Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik
Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus
Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi
Berita ini 198 kali dibaca
"Pemimpin terkini bukanlah pemimpin terakhir, melainkan bagian dari siklus tanpa akhir untuk membawa organisasi ke masa depan yang lebih gemilang"

Berita Terkait

Minggu, 14 Desember 2025 - 17:02 WIB

Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah

Sabtu, 13 Desember 2025 - 15:21 WIB

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:11 WIB

Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola

Jumat, 12 Desember 2025 - 20:02 WIB

Menjelang Nataru, harga Cabai di pasar Simpang Pematang melonjak tajam

Jumat, 12 Desember 2025 - 18:30 WIB

Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:49 WIB

Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:13 WIB

Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi

Berita Terbaru