Yosafati Waruwu: Kegagalan Pertanian di Nias Bukan Karena Pupuk, Tetapi Kurangnya Pengetahuan Petani

- Penulis

Rabu, 6 November 2024 - 19:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUARAUTAMA.ID, Nias – Ketua Umum Tim Pemenangan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Nias, Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai (AFO), dihadapan awak media hari ini Rabu (06/11/24) Yosafati Waruwu, menanggapi pernyataan Calon Bupati Nias Nomor Urut 1, Yaatulo Gulo, yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab utama kegagalan pertanian di Kabupaten Nias adalah kurangnya pasokan pupuk.

Pernyataan tersebut muncul dalam debat publik pertama calon bupati yang diselenggarakan beberapa hari lalu. Menurut Yosafati, meskipun masalah pupuk dapat berpengaruh, penyebab utama kegagalan sektor pertanian di Nias lebih kompleks. Ia menyebutkan bahwa penyebab utama bukanlah semata-mata soal ketersediaan pupuk, melainkan lebih kepada rendahnya pengetahuan petani mengenai pertanian modern, minimnya akses terhadap teknologi pertanian yang memadai, serta keterbatasan infrastruktur yang dapat mendukung pengembangan sektor ini.

“Masalah yang dihadapi petani di Kabupaten Nias lebih besar dari sekadar masalah pupuk. Berdasarkan hasil penelitian dari salah satu perguruan tinggi ternama di Sumatera Utara, persoalan utama terletak pada rendahnya pengetahuan petani tentang pertanian modern, serta kurangnya penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pertanian saat ini,” jelas Yosafati Waruwu

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Yosafati Waruwu: Kegagalan Pertanian di Nias Bukan Karena Pupuk, Tetapi Kurangnya Pengetahuan Petani Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penelitian tersebut mengungkapkan data penting mengenai demografi petani di Kabupaten Nias. Berdasarkan survei, 40% petani berusia antara 18 hingga 40 tahun, 53,33% berusia 40 hingga 60 tahun, dan 6,57% berusia lebih dari 60 tahun. Sementara itu, tingkat pendidikan petani di Kabupaten Nias juga tergolong rendah. Sebanyak 66,67% petani tidak menamatkan pendidikan formal, 16,67% hanya tamat SD, 3,33% berpendidikan SMA, 3,33% memiliki gelar Diploma, dan hanya 3,33% yang memiliki gelar Sarjana.

Selain faktor pengetahuan dan teknologi, Yosafati juga menyoroti beberapa faktor lain yang menjadi tantangan besar bagi pertanian di Nias, antara lain perubahan iklim yang memengaruhi pola tanam, serangan hama yang semakin meluas, serta rendahnya minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian.

“Perubahan iklim yang ekstrem, serangan hama, serta penggunaan pestisida yang kurang bijak, turut memperburuk kondisi pertanian. Selain itu, kurangnya regenerasi petani, dengan sedikitnya petani muda yang mau terjun ke sektor ini, juga menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi,” tambahnya.

Menanggapi masalah tersebut, pasangan calon Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai berkomitmen untuk memprioritaskan sektor pertanian dalam program kerja mereka. Yosafati menegaskan bahwa pasangan AFO memiliki beberapa program strategis untuk mendukung kemajuan pertanian di Nias, antara lain penyediaan tenaga penyuluh pertanian yang kompeten, distribusi alat dan mesin pertanian modern, serta pembuatan pupuk organik untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

BACA JUGA :  Peringatan Hari Santri, SMK Marif 1 Semaka Raih Sejumlah Penghargaan

Selain itu, mereka juga akan memperkenalkan bibit unggul yang lebih tahan terhadap hama dan perubahan iklim, serta memberikan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam mengelola pertanian secara efisien dan ramah lingkungan.

“Petani di Kabupaten Nias, yang jumlahnya sekitar 24 ribu jiwa atau 16% dari total penduduk, merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kemiskinan. Karena itu, program pertanian yang kami tawarkan bukan hanya untuk meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani, yang mayoritas hidup dalam kondisi serba terbatas,” jelas Yosafati.

Terkait dengan pernyataan Yosafati, calon Bupati Nias Nomor Urut 1, Yaatulo Gulo, yang juga merupakan petahana, mengungkapkan bahwa meskipun dirinya sepakat dengan beberapa hal yang disampaikan oleh Yosafati, masalah pupuk tetap harus menjadi perhatian utama karena dapat berdampak langsung pada hasil pertanian. Ia juga menekankan pentingnya kebijakan yang dapat menjamin distribusi pupuk yang tepat sasaran bagi para petani.

“Masalah pupuk tetap menjadi salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat berpengaruh langsung pada produktivitas pertanian. Namun, kami juga menyadari bahwa sektor pertanian Nias memerlukan pendekatan yang lebih holistik, melibatkan pendidikan kepada petani serta penyediaan teknologi yang tepat,” kata Yaatulo Gulo.

Meskipun ada perbedaan pandangan antara kedua calon bupati mengenai penyebab utama kegagalan pertanian di Kabupaten Nias, jelas bahwa sektor ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah daerah. Isu pendidikan petani, teknologi pertanian, serta kebijakan pupuk menjadi beberapa isu utama yang perlu diselesaikan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di daerah tersebut.

Pasangan calon Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai berfokus pada pemberdayaan petani melalui pendidikan dan teknologi, sementara calon petahana Yaatulo Gulo menekankan pentingnya ketersediaan pupuk yang memadai untuk mendukung hasil pertanian yang optimal.

Ke depannya, program-program dari kedua calon ini akan menjadi bahan pertimbangan penting bagi masyarakat Kabupaten Nias dalam menentukan arah kebijakan pertanian yang lebih baik untuk masa depan.

Berita Terkait

Perlu Normalisasi Sungai Batang Gasan yang Masuk ke Pemukiman Penduduk di Korong Piliang
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Andi Jadi Sorotan: Pembangunan Sumur Bor di Kelurahan Mampun Diduga Tak Sesuai Aturan Transparansi
Proyek Sumur Bor APBN di Dusun Baru Diduga Tidak Transparan, Warga Pertanyakan Tanpa Papan Informasi
Bidan PPPK Desa Beringin Sanggul Dinilai Tak Maksimal, Warga Minta Dinkes Merangin Turun Tangan
Ironi Merangin: Jembatan Hampir Ambruk, Warga Terjatuh, Pemerintah Belum Juga Hadir
Proyek Drainase Tanpa Papan Informasi di Kelurahan Mampun Diduga Milik CV Masyarakat Merangin Mandiri: Warga Pertanyakan Transparansi
Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus
Berita ini 178 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 13 Desember 2025 - 15:32 WIB

Perlu Normalisasi Sungai Batang Gasan yang Masuk ke Pemukiman Penduduk di Korong Piliang

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 06:46 WIB

Andi Jadi Sorotan: Pembangunan Sumur Bor di Kelurahan Mampun Diduga Tak Sesuai Aturan Transparansi

Sabtu, 13 Desember 2025 - 05:16 WIB

Bidan PPPK Desa Beringin Sanggul Dinilai Tak Maksimal, Warga Minta Dinkes Merangin Turun Tangan

Jumat, 12 Desember 2025 - 22:12 WIB

Ironi Merangin: Jembatan Hampir Ambruk, Warga Terjatuh, Pemerintah Belum Juga Hadir

Jumat, 12 Desember 2025 - 21:53 WIB

Proyek Drainase Tanpa Papan Informasi di Kelurahan Mampun Diduga Milik CV Masyarakat Merangin Mandiri: Warga Pertanyakan Transparansi

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:49 WIB

Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus

Jumat, 12 Desember 2025 - 13:50 WIB

Jumat Bersih, Pemdes Bersama Warga Gotong Royong Membersihkan Lokasi Objek Wisata

Berita Terbaru

Dr. Firman Tobing

Hukum

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Des 2025 - 15:21 WIB