Wafatnya Ustad Yahya Waloni Jutaan orang mendoakan

- Penulis

Minggu, 8 Juni 2025 - 21:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto : Ustad Yahya Waloni sang pemberani  dalam berdakwah.(Ilham Akbar/SUARA UTAMA)

Foto : Ustad Yahya Waloni sang pemberani dalam berdakwah.(Ilham Akbar/SUARA UTAMA)

SUARA UTAMA. Hari itu langit tampak seperti menunduk. Awan seolah menggigil, dan waktu terasa melambat di antara takbir yang bersahutan dan desir angin yang membawa aroma Idul Adha. Masjid ramai, para jamaah duduk rapi, sebagian menahan kantuk, sebagian lagi menunduk khusyuk. Lalu terdengar suara lantang, suara yang dikenal banyak orang, penuh tenaga, kadang tajam, kadang lucu, kadang membakar semangat. Suara itu adalah milik Ustad Yahya Waloni.

Tak ada yang menyangka, khutbah Jumat siang itu akan menjadi khutbah terakhirnya. Bukan terakhir di masjid itu. Tapi terakhir di dunia ini. Di tengah kalimat yang mungkin baru setengah ayat, tubuh beliau limbung, jatuh perlahan, disambut matras masjid, disambut keheningan yang menampar. Masjid seketika sunyi. Mikrofon masih menyala, tapi tak ada lagi suara. Hanya detak jantung para jamaah yang kini tak beraturan.

Ustad Yahya Waloni wafat. Di mimbar. Saat khutbah. Di hari Jumat. Di hari raya. Di rumah Allah. Di tengah umat. Sungguh, alur yang terlalu sempurna untuk sebuah kematian. Seolah naskahnya ditulis langsung oleh malaikat.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Wafatnya Ustad Yahya Waloni Jutaan orang mendoakan Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berita itu menyebar lebih cepat dari angin. Media sosial berubah jadi lautan takbir dan doa. Warganet yang biasanya nyinyir kini mendadak khusyuk. Yang dulu mencela, kini menunduk. Yang pernah debat kusir dengannya, kini kirim Al-Fatihah. Dalam hitungan jam, tulisan tentang wafatnya dibaca lebih dari sejuta orang. Ribuan komentar membanjiri, hampir semuanya mengucap innalillahi. Sebagian tak percaya, sebagian menangis, sebagian iri. Iri karena beliau pergi dalam keadaan yang sulit ditandingi.

Tak sedikit yang berkata, “Andai aku bisa wafat seperti itu…” Tapi jujur saja, kebanyakan dari kita bahkan belum siap mati dalam keadaan bersih dari utang kuota. Kita ingin akhir seperti beliau, tapi hidup kita masih seperti sinetron tanpa naskah, penuh drama, minim amal.

BACA JUGA :  Strategi Hadapi Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas Amputasi Indonesia Lakukan Laga Uji Coba di Turki

Jenazah beliau tersenyum. Foto-foto beredar, dan senyum itu lebih menohok dari ceramah mana pun. Senyum damai dari tubuh yang tak lagi bersuara, tapi kini lebih banyak didengar daripada saat hidup. Itu bukan senyum biasa. Itu seperti pengakuan bahwa beliau pergi dengan damai, dan Allah sudah memberi isyarat: “Kau pulang, dalam keadaan Aku ridha.”

Dunia kehilangan seorang dai yang tak selalu benar, tapi juga tak pernah berhenti mengingatkan. Seorang manusia biasa yang naik ke mimbar bukan karena suci, tapi karena merasa bertanggung jawab. Allah yang Maha Mengetahui isi hati, memilih menjemputnya di tempat yang paling suci, pada waktu yang paling mulia.

Kita semua akan mati. Tapi tidak semua dari kita akan mati di atas mimbar. Tidak semua dari kita akan wafat dengan mikrofon di tangan, khutbah di bibir, dan masjid sebagai saksi. Kita hanya bisa berharap, semoga meski bukan di hari Jumat, bukan di masjid, bukan saat khutbah… kita masih bisa wafat dalam keadaan membawa iman, dan disambut malaikat dengan senyum yang sama.

Ustad Yahya Waloni telah selesai. Tamat dengan husnul khatimah. Sementara kita… masih sibuk mencari likes, sambil menunda tobat. Mari berdoa, wafatkanlah di tempat bersih dan suci, jangan di tempat kotor (maksiat).

 

 

Berita Terkait

Terindikasi Dugaan Melanggar Aturan, Proyek Revitalisasi Rehab dan Penambahan Gedung SDN Tegalwatu ll Tiris
Pihak RSUD Waluyo jati Tak Bersuara perihal Pengadaan Gizi, Dinkes dan Inspektorat Di Minta Turun Tangan
Bos Tambang Ilegal di Sungai Pinang Kabur Usai Dua Anak Buahnya Tewas Tertimbun Longsor
Clear, Disporapar Kabupaten Probolinggo Evaluasi Penarikan Uang Parkir Seven Lakes Festival 2025
Pembentukan Badan Gizi Nasional Dinilai Perlu Landasan Hukum yang Lebih Kuat
BGN Resmi Dibentuk, Anggaran Rp 268 Triliun Ditetapkan untuk Program Makan Bergizi Gratis
Viral nya Keluhan Pengunjung Seven Lakes Festival 2025 di Probolinggo, Penyelenggara di Minta Segera Mengevaluasi 
Pekerja Perempuan di Dumai Alami Pelecehan, Dipecat Usai Melindungi Diri
Berita ini 106 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 11 November 2025 - 09:29 WIB

Terindikasi Dugaan Melanggar Aturan, Proyek Revitalisasi Rehab dan Penambahan Gedung SDN Tegalwatu ll Tiris

Selasa, 11 November 2025 - 08:20 WIB

Pihak RSUD Waluyo jati Tak Bersuara perihal Pengadaan Gizi, Dinkes dan Inspektorat Di Minta Turun Tangan

Selasa, 11 November 2025 - 06:22 WIB

Bos Tambang Ilegal di Sungai Pinang Kabur Usai Dua Anak Buahnya Tewas Tertimbun Longsor

Senin, 10 November 2025 - 13:35 WIB

Pembentukan Badan Gizi Nasional Dinilai Perlu Landasan Hukum yang Lebih Kuat

Senin, 10 November 2025 - 13:17 WIB

BGN Resmi Dibentuk, Anggaran Rp 268 Triliun Ditetapkan untuk Program Makan Bergizi Gratis

Senin, 10 November 2025 - 12:07 WIB

Viral nya Keluhan Pengunjung Seven Lakes Festival 2025 di Probolinggo, Penyelenggara di Minta Segera Mengevaluasi 

Senin, 10 November 2025 - 09:41 WIB

Pekerja Perempuan di Dumai Alami Pelecehan, Dipecat Usai Melindungi Diri

Senin, 10 November 2025 - 09:33 WIB

Diduga Ambil Alih Aset, Oknum Kades Sukokerto Terkesan Menantang Dinas PUPR kabupaten Probolinggo

Berita Terbaru