SUARA UTAMA – Pasar kripto kembali diguncang gejolak hebat. Harga Bitcoin (BTC) anjlok tajam setelah kebijakan ekonomi terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump memicu ketidakpastian global.
Dalam hitungan jam, nilai Bitcoin sempat terjun ke kisaran US$ 109.000 sebelum pulih tipis ke US$ 115.697 pada perdagangan Senin (13/10/2025).
Penyebab Utama: Efek Domino Kebijakan Trump
Kepanikan pasar dimulai setelah Trump mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap produk asal China, kebijakan yang dianggap memperburuk tensi perang dagang dua ekonomi terbesar dunia.
Investor global pun beralih ke aset safe haven seperti emas dan dolar AS, meninggalkan aset berisiko seperti kripto.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Data dari Coinglass menunjukkan lebih dari US$ 8 miliar posisi long di pasar kripto terlikuidasi dalam waktu kurang dari satu jam. Dari jumlah itu, sekitar US$ 1,83 miliar berasal dari posisi Bitcoin saja.
Likuidasi massal ini memicu efek domino, mempercepat penurunan harga dan memunculkan volatilitas ekstrem.
Pandangan Yulianto Kiswocahyono: Reaksi Emosional atau Awal Tren Turun?
Menurut Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, Konsultan sekaligus Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal dan Moneter KADIN Jawa Timur, gejolak yang terjadi di pasar kripto saat ini merupakan reaksi spontan terhadap ketidakpastian kebijakan makro Amerika Serikat.
“Pergerakan harga Bitcoin kali ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor psikologis investor. Ketika kebijakan fiskal atau perdagangan AS berubah secara mendadak, pelaku pasar global cenderung mencari perlindungan. Namun, volatilitas ini biasanya bersifat sementara,” ujar Yulianto.
Lebih lanjut, Yulianto menekankan bahwa investor perlu berhati-hati dalam membaca momentum.
“Jika harga Bitcoin menembus level US$ 105.000, itu bisa menjadi sinyal pelemahan jangka menengah. Tetapi bagi investor yang rasional dan disiplin, koreksi semacam ini justru dapat menjadi kesempatan untuk masuk secara bertahap,” tambahnya.
Yulianto juga menilai bahwa aksi jual besar-besaran kali ini bukan akhir dari tren positif Bitcoin, melainkan koreksi sehat yang bisa membuka peluang bagi investor jangka menengah.
“Bagi yang punya horizon investasi panjang, koreksi seperti ini bisa menjadi kesempatan untuk akumulasi dengan harga diskon asalkan dilakukan dengan strategi yang terukur,” jelasnya.
Eko Wahyu Pramono: Beli Bertahap, Jangan Panik
Menurut Eko Wahyu Pramono, seorang investor crypto, strategi terbaik di tengah situasi volatil seperti ini adalah tetap tenang dan membeli secara bertahap.
Ia menyebut pendekatan Dollar Cost Averaging (DCA) menjadi pilihan paling rasional bagi investor yang ingin menghindari risiko salah waktu.
“Pasar kripto memang terkenal ekstrem naiknya cepat, turunnya pun tajam. Tapi justru di situlah peluangnya. Dengan strategi DCA dan disiplin jangka panjang, investor bisa memanfaatkan volatilitas sebagai keuntungan, bukan ancaman,” ujar Eko.
Eko juga mengingatkan bahwa keputusan investasi harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing.
“Kalau kamu tipe investor konservatif, lebih baik tunggu konfirmasi arah pasar. Tapi kalau siap dengan fluktuasi, momentum seperti ini bisa jadi pintu masuk yang bagus,” tambahnya.
Kesimpulan: Risiko Besar, Peluang Pun Besar
Kebijakan ekonomi Trump memang mengguncang pasar global, namun tidak serta-merta mengubah fundamental Bitcoin sebagai aset digital utama dunia.
Meski sentimen jangka pendek tampak negatif, baik Yulianto Kiswocahyono maupun Eko Wahyu Pramono melihat potensi rebound di kuartal berikutnya terutama jika ketegangan AS–China mereda.
Bagi investor yang siap menghadapi risiko, fase volatil seperti ini bisa menjadi momentum emas untuk masuk ke pasar.
Namun, bagi investor konservatif, menunggu kepastian arah pasar mungkin menjadi langkah yang lebih bijak.
Penulis : Odie Priambodo
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama













