Suara Utama – PONTIANAK – Fasilitator STKIP perbatasan Entikong Mukhlasin mengatakan keberadaan Sekolah Tinggi Keguruan dan ilmu Pendidikan (STKIP) wilayah perbatasan Entikong di Sanggau merupakan aset bagi daerah, sehingga seharusnya daerah diuntungkan dengan keberadaan kampus, khususnya pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Sanggau.
” Dengan adanya keberadaan STKIP wilayah perbatasan Entikong di Sanggau minimal Kepala Daerah setempat turut ikut andil serta berkontribusi untuk mewujudkan SDM yang berada di perbatasan, khususnya di tingkat Perguruan Tinggi,” ujar dia, Minggu 14 Mei 2023.
Mukhlasin menyebut, kampus STKIP ini sudah berkontribusi untuk membangun SDM di wilayah perbatasan agar manusia di perbatasan ini cerdas dan memiliki kompetensi di wilayahnya.
Untuk itulah, STKIP wilayah perbatasan Entikong perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Sanggau. “Kampus STKIP wilayah perbatasan Entikong ini adalah milik yayasan pendidikan Kelungkung di Sanggau dan bukan lagi milik yayasan pendidikan dari Melawi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kampus STKIP ini lokasi izinnya berada di Sanggau dan merupakan milik Kabupaten Sanggau. Ia mengatakan, mahasiswa yang mendapatkan pendidikan di STKIP perbatasan berasal dari pedalaman daerah Sanggau.
“Dengan adanya, STKIP di perbatasan ini masyarakat yang berada di perbatasan sangat terbantu. Karena, sekolah di pelosok-pelosok perbatasan itu kan yang mengajar adalah tamatan-tamatan dari STKIP,” jelasnya.
Dahulu, sebelum adanya STKIP di Entikong yang mengajar di sekolah-sekolah pedalaman perbatasan adalah guru lulusan SMA dan anggota TNI. Dengan berdirinya STKIP wilayah perbatasan Entikong tentunya yang mengajar sekarang adalah lulusan S1.
“Berdirinya STKIP wilayah perbatasan Entikong telah memberikan berbagai manfaat untuk masyarakat di perbatasan dan pemerintah daerah setempat, karena STKIP berkontribusi dalam pembangunan SDM di Sanggau,” kata dia.
Lulusan STKIP yang berasal dari daerah setempat pun dapat berperan langsung untuk membantu pendidikan di wilayahnya masing-masing. Disamping itu, tambah dia, masyarakat yang berasal dari Entikong pun dapat kuliah dengan biaya yang terjangkau, karena jika kuliah di Kota tentunya biaya pendidikan lebih mahal.
Pendiri STKIP Melawi M. Rif’at mengatakan, STKIP perbatasan Entikong itu bernama STKIP Melawi Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Sanggau itulah bunyi dalam SK Dikti.
Jadi, kampus utamanya di Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi sedangkan kampus keduanya di perbatasan Entikong, Sanggau dan sebentar lagi juga akan ada di Kota Sanggau.
“PSDKU STKIP di perbatasan Entikong itu sudah meloloskan total ratusan sarjana selama berdiri sejak tahun 2011. Sarjana itu pun telah berkiprah ditengah-tengah masyarakat, khususnya di Sanggau,” ujar dia.
Ratusan lulusan itu pun sudah membuat karya nyata. Ia mengatakan, sebagian besar atau 80 persen dari lulusan itu memang menjadi guru. Dimana, selama ini di Sanggau itu kekurangan guru.
“Apalagi di kampus STKIP Kita mempersiapkan guru Sekolah Dasar melalui program yang bernama reguler C,” ujar dia.
Rif’at mengatakan, keberadaan kampus STKIP wilayah perbatasan Entikong itu mesti dipahami oleh pemerintah daerah setempat. Karena, wilayah keberadaan kampus itu kan tergantung dari izin Dikti.
“Wilayah domisili kampus itu tidak mesti hanya satu wilayah domisili. Sebentar lagi Kita mempersiapkan kalau kampus di Sanggau itu akan mandiri dan berpisah dari kampus STKIP Melawi,” ujar Rifa’at.
Ditambahkannya, STKIP di Sanggau itu nantinya tidak lagi akan menjadi PSDKU tapi kampus utama, karena sejak lima tahun lalu izinnya menggunakan yayasan pendidikan Kelungkung di Sanggau dan bukan lagi yayasan mekar di Melawi.
Sementara itu, pemerhati pendidikan Kalbar, Simin mengatakan STKIP wilayah perbatasan Entikong sangat berperan penting dalam memajukan pendidikan di Sanggau. Dikatakannya, apabila generasi penerus bangsa, khususnya di pedalaman Sanggau mengenyam pendidikan tinggi tentunya akan mengubah pola pikir generasi yang selanjutnya.
“Sehingga generasi selanjutnya di Sanggau akan berpikir bagaimana cara membangun bangsa ini, sehingga bisa bersaing di tingkat nasional bahkan internasional dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan,” ujar dia.
Simin mengatakan, pola pikir generasi penerus pun nantinya tidak akan sama seperti generasi pendahulu yang pola pikirnya sudah mentok dengan kondisi dan keadaan sekarang.
Sedangkan pemerhati pendidikan Kalbar Rostina menyebut, keberadaan STKIP wilayah perbatasan Entikong sangat penting bagi masyarakat di perbatasan Entikong. Karena, dengan adanya tempat menempuh pendidikan yang jaraknya lebih dekat tentunya akan membantu pembangunan sumber daya manusia masyarakat di perbatasan.
“Jika perguruan tinggi itu lokasinya jauh dijangkau masyarakat perbatasan, maka mereka terkadang tidak punya keinginan untuk menempuh pendidikan karena faktor biaya yang mahal,” pungkasnya.***