Minum Kopi di Pagi Hari & Sore Hari: Sebuah Kisah Tentang Kebiasaan dan Kenangan
SUARA UTAMA – Di sebuah kota kecil bernama Lantana, kopi adalah denyut nadi kehidupan para penduduknya. Setiap pagi, aroma seduhan kopi menyeruak dari dapur-dapur rumah, membawa kehangatan yang menyatu dengan suara langkah kaki dan sapaan pagi. Ketika sore tiba, secangkir kopi menjadi teman setia di teras, diiringi angin semilir yang membawa ketenangan. Bagi Raka, seorang pemuda yang sibuk dengan pekerjaannya, kopi bukan sekadar kebiasaan harian, melainkan tradisi penuh kenangan yang menghubungkannya dengan masa lalu.
Raka, anak asli Lantana, tumbuh di keluarga yang sangat mencintai kopi. Ia mengenal rasa kopi sejak kecil dari almarhum kakeknya, Pak Darsa, yang sering berkata, “Secangkir kopi itu seperti hidup, Raka. Kadang pahit, kadang manis, tapi selalu nikmat jika kita menikmatinya.” Kata-kata itu terukir dalam hati Raka hingga sekarang. Meskipun kini ia disibukkan oleh pekerjaan kantoran, Raka tetap menjaga kebiasaan menikmati kopi di pagi dan sore hari sebagai cara menghormati kenangan kakeknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setiap pagi, pukul enam tepat, Raka memulai harinya di balkon rumah. Dengan secangkir kopi hangat di tangan, ia membaca berita atau sekadar mengamati matahari yang perlahan naik di langit timur. Waktu ini baginya adalah momen untuk mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun mental, menghadapi hari yang panjang. Sore harinya, sekitar pukul empat, ia kembali menikmati secangkir kopi di teras rumah, ditemani angin sore yang menenangkan dan pemandangan langit jingga menjelang senja.
Rumah mungil Raka, yang terletak di pinggir kota, dikelilingi oleh kebun kopi kecil yang diwariskan oleh kakeknya. Kebun itu tidak hanya menjadi sumber biji kopi berkualitas, tetapi juga tempat penuh cerita. Saat rindu pada kakeknya menyeruak, Raka sering duduk di bawah pohon kopi tua yang dulu mereka rawat bersama, membawa secangkir kopi sebagai teman bicara sunyi.
Bagi Raka, kopi bukan hanya minuman, tetapi sebuah pelajaran hidup. Secangkir kopi di pagi hari memberinya energi dan optimisme, sementara kopi sore adalah pengingat untuk berhenti sejenak, merenungi apa yang telah ia lalui. Dalam setiap tegukan, ia menemukan kebahagiaan sederhana yang menguatkan hati dan pikirannya.
Rutinitas harian Raka dimulai dengan menggiling biji kopi segar dari kebunnya sendiri. Di pagi hari, ia menggunakan metode pour-over untuk menciptakan rasa yang kaya dan aroma yang khas. Di sore hari, ia lebih santai, membuat kopi tubruk sederhana sambil mendengarkan lagu-lagu lama yang sering dinyanyikan kakeknya. Kedua momen ini adalah oase kecil di tengah kesibukannya, pengingat akan nilai-nilai yang ia pegang sejak kecil.
Kopi, bagi Raka, adalah simbol kehidupan. Pahit dan manisnya secangkir kopi mengajarkannya bahwa hidup tidak selalu sempurna, namun selalu layak untuk dinikmati. Dalam setiap momen bersama kopi, ia bersyukur atas apa yang dimiliki, meresapi bahwa kebahagiaan sejati sering kali terletak pada hal-hal kecil yang sederhana.
Bab 1
Bersambung…
Nantikan cerita selanjutnya dengan tema “Momen yang Tak Terlupakan.”
Penulis : M Junaidi Halawa
Editor : Mas Andre Hariyanto