“Pemimpin Indonesia: Datang Dijunjung, Pergi Dicela”

- Writer

Selasa, 25 Maret 2025 - 06:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suara Utama.– Di sebuah negeri yang luas dan penuh dengan keragaman, Indonesia, ada seorang pemimpin yang begitu dicintai oleh rakyatnya. Namanya adalah Bima Santosa, seorang pria yang dilantik sebagai presiden dengan harapan besar dari seluruh lapisan masyarakat. Ia dikenal karena keberaniannya, visi yang jelas untuk masa depan bangsa, dan kemampuannya berkomunikasi dengan rakyat dari berbagai kalangan.

Masa Kejayaan

Saat Bima pertama kali menginjakkan kaki di Istana Negara sebagai pemimpin, seluruh Indonesia menyambut dengan antusiasme yang luar biasa. Sorak sorai pendukung memenuhi jalanan, bendera merah putih berkibar di setiap sudut. Di berbagai pelosok negeri, orang-orang merayakan keberhasilannya. “Inilah pemimpin yang akan membawa kita keluar dari kegelapan,” kata seorang ibu di desa terpencil, berharap bahwa kehidupan mereka akan berubah dengan adanya Bima sebagai presiden.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 "Pemimpin Indonesia: Datang Dijunjung, Pergi Dicela" Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bima memang menghadirkan angin segar bagi Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, sektor pendidikan mendapatkan perhatian lebih besar. Program bantuan pendidikan gratis untuk anak-anak kurang mampu diluncurkan. Infrastruktur yang sudah lama terbengkalai mulai diperbaiki. Jalan-jalan yang semula rusak dan terisolasi kini dibangun kembali, menghubungkan kota dengan desa-desa yang sebelumnya terabaikan.

Namun yang paling membanggakan adalah kebijakan-kebijakan ekonomi yang berhasil menstabilkan harga bahan pokok, memudahkan akses bagi pengusaha kecil untuk berkembang, serta mengurangi angka kemiskinan yang terus menanjak sebelumnya. Rakyat pun semakin percaya pada Bima. Setiap kali ia meluncurkan program baru, rakyat menyambut dengan gembira. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Bima sering turun langsung ke lapangan untuk berdialog dengan masyarakat, mendengarkan keluhan mereka dan memberikan solusi nyata.

Kehancuran Reputasi

Namun, seiring berjalannya waktu, mulai tampak perubahan yang tidak diinginkan. Beberapa keputusan kontroversial mulai muncul. Proyek infrastruktur yang besar-besaran, yang awalnya dipuji, kini menemui kendala besar. Banyak proyek yang mangkrak, anggaran yang bocor, dan bahkan beberapa pejabat tinggi yang terlibat dalam kasus korupsi. Walaupun Bima berusaha keras untuk menyelesaikan masalah tersebut, citra pemerintahannya mulai goyah.

Rakyat yang dahulu menyambutnya dengan sukacita mulai merasa kecewa. Mereka merasa bahwa janji-janji yang pernah diucapkan Bima tidak terealisasi sepenuhnya. Di media sosial, tagar #BimaGagal mulai ramai, dan suara-suara protes dari kalangan oposisi semakin lantang. Kritikan terhadap pemerintahannya semakin tajam. Bahkan, beberapa dari mereka yang dulu menjadi pendukung setia Bima kini mulai berpaling, dan yang lebih menyedihkan, beberapa pemimpin daerah yang sebelumnya mendukungnya mulai melawan.

BACA JUGA :  Diakhiri Karir sebagai Pelatih Timnas Indonesia, Segini Gaji STY per Bulan

Namun yang paling memukul adalah ketika salah satu kebijakan populis yang dicanangkan Bima, yang semula disambut baik, justru berakhir dengan kerusakan ekonomi yang parah. Subsidi besar yang diberikan untuk bahan bakar minyak dan kebutuhan pokok malah menciptakan defisit anggaran yang luar biasa. Inflasi melonjak tinggi, dan daya beli rakyat menurun drastis. Kepercayaan rakyat kepada pemimpin mereka yang dulu mereka juluki “Pahlawan Bangsa” mulai memudar.

Kehilangan Dukungan dan Penghinaan

Setelah masa jabatan Bima hampir habis, protes semakin besar. Demonstrasi anti-pemerintah muncul di berbagai kota besar. “Bima gagal! Waktunya berubah!” menjadi slogan yang sering terdengar. Media yang dulu menyanjungnya kini gencar memberitakan ketidakberhasilan pemerintahannya. Bima yang pernah datang dijunjung tinggi kini merasa dihina. Beberapa pihak mulai menyebutnya sebagai pemimpin yang tidak mampu memenuhi harapan rakyat, yang membawa negara ke jurang kehancuran.

Saat Bima memasuki masa akhir kepemimpinan, ia kembali dihadapkan dengan kenyataan pahit: perjuangannya selama ini seolah sia-sia. Rakyat yang dulu begitu mendukungnya kini justru mencerca. “Pemimpin hanya tahu bicara, tapi tak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah,” kata seorang pengunjuk rasa dengan wajah penuh amarah. Tak sedikit juga yang mengkritik Bima secara personal, menyebutnya sebagai pemimpin yang lebih peduli dengan citra dirinya daripada kesejahteraan rakyat.

Akhir yang Tragis

Ketika akhirnya Bima mengakhiri masa jabatannya, ia meninggalkan Istana Negara dengan wajah yang berbeda dari yang pertama kali datang. Seorang pemimpin yang dulu dijunjung tinggi kini harus meninggalkan panggung dengan kepala tertunduk. Bahkan, dalam pidato per告hentiannya, tidak ada sorakan lagi. Tak ada tepuk tangan. Yang ada hanya ketenangan yang menegangkan, seperti sebuah simbol bahwa ia telah kehilangan segala sesuatu yang pernah dimilikinya.

Bima tahu bahwa sejarah akan mencatatnya sebagai pemimpin yang pernah disanjung tinggi, namun juga akan dikenang karena telah meninggalkan negara dengan banyak luka. Sebuah ironi yang pahit: datang dijunjung tinggi, pergi dihina.

Begitulah kehidupan seorang pemimpin di Indonesia. Dalam sekejap, pujian dan penghormatan bisa berubah menjadi kecaman dan penghinaan. Semua tergantung pada hasil kerja dan keputusan yang diambil. Namun, satu hal yang pasti, tak ada pemimpin yang bisa menyenangkan semua pihak. Pada akhirnya, sejarah akan berbicara sendiri, dan nama Bima Santosa akan menjadi salah satu contoh klasik dalam perjalanan panjang bangsa ini.

 

Penulis : Tonny Rivani

Berita Terkait

SMK Muhammadiyah Gisting Jadi Tuan Rumah LKS SMK se-Tanggamus 2025, Bukti Daya Saing Siswa Kejuruan
Dapat Bantuan Domba Texcel dan Kandang, Legalitas Kelompok Tani Harapan Jaya Desa Puspan di Pertanyakan
Dari Camat Kini Syamdjuniston Didapuk Jadi Plt. Staf Ahli Ekonomi Bupati Tanggamus
Gebrakan Baru di Subang! Wakil Bupati Resmikan Kelas Baru dari CSR PT. Sheba Indah
Bahas RTRW dan Tambang, Bupati Subang Sambut Kunjungan Komisi IV DPRD Jabar
Tegas! Bupati Subang Jadikan Aduan Medsos Sebagai Indikator Kinerja OPD
Polres Probolinggo Edukasi Santri, Kenalkan Keselamatan Berkendara di Hardiknas. 
Tidak Mau di Obok Obok, Pemerintah Desa Patemon Adakan Sosialisasi Pupuk Bersubsidi. 
Berita ini 18 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 6 Mei 2025 - 20:37 WIB

SMK Muhammadiyah Gisting Jadi Tuan Rumah LKS SMK se-Tanggamus 2025, Bukti Daya Saing Siswa Kejuruan

Selasa, 6 Mei 2025 - 20:26 WIB

Dapat Bantuan Domba Texcel dan Kandang, Legalitas Kelompok Tani Harapan Jaya Desa Puspan di Pertanyakan

Selasa, 6 Mei 2025 - 18:59 WIB

Dari Camat Kini Syamdjuniston Didapuk Jadi Plt. Staf Ahli Ekonomi Bupati Tanggamus

Selasa, 6 Mei 2025 - 18:50 WIB

Gebrakan Baru di Subang! Wakil Bupati Resmikan Kelas Baru dari CSR PT. Sheba Indah

Selasa, 6 Mei 2025 - 16:14 WIB

Bahas RTRW dan Tambang, Bupati Subang Sambut Kunjungan Komisi IV DPRD Jabar

Selasa, 6 Mei 2025 - 12:43 WIB

Polres Probolinggo Edukasi Santri, Kenalkan Keselamatan Berkendara di Hardiknas. 

Selasa, 6 Mei 2025 - 12:30 WIB

Tidak Mau di Obok Obok, Pemerintah Desa Patemon Adakan Sosialisasi Pupuk Bersubsidi. 

Senin, 5 Mei 2025 - 17:00 WIB

Jawa Barat Nikmati Pemutihan Pajak Kendaraan: Kebijakan Pro-Rakyat Gubernur Dedi Mulyadi

Berita Terbaru