*Mas Andre Hariyanto, Jurnalis yang Mengabdi di Media Suara Utama
SUARA UTAMA – Dalam setiap perjalanan perjuangan, baik di ranah dakwah, organisasi, maupun gerakan sosial, selalu ada satu hal yang menjadi penopang keberlangsungan visi: kader. Mereka adalah jiwa-jiwa yang mau berkorban, memberi waktu, tenaga, bahkan hati untuk cita-cita besar yang mungkin tidak mereka nikmati hasilnya secara langsung.
Namun, seringkali kita lupa, bahwa mencetak kader itu tidak mudah. Ia bukan seperti menanam benih yang langsung tumbuh esok hari. Prosesnya panjang: mengajari, menuntun, menguatkan, memotivasi, membimbing, bahkan mengangkat mereka dari keterpurukan. Dan semua itu memerlukan sabar, ketelatenan, dan kesungguhan hati.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengapa Kader Harus Dijaga?
1. Karena mereka adalah investasi masa depan perjuangan
Hari ini mungkin mereka masih belajar, tapi esok merekalah yang akan memimpin. Kehilangan satu kader berarti kehilangan satu mata rantai penting dari kesinambungan perjuangan.
2. Karena membina itu memakan waktu dan energi yang tak ternilai
Setiap kader adalah hasil proses panjang: pertemuan, diskusi, perjalanan bersama, dan tempaan pengalaman. Ketika mereka pergi, kita tidak hanya kehilangan tenaga, tapi juga kehilangan buah dari proses yang telah ditanam.
3. Karena mereka punya nilai strategis dan emosional
Kader yang bertahan bukan hanya punya kemampuan, tapi juga punya rasa memiliki terhadap perjuangan. Dan rasa memiliki itu mahal harganya.
Bahaya Jika Kader Terabaikan
Kader yang tidak dijaga bisa kehilangan semangat. Mereka mungkin merasa tidak dibutuhkan, tidak dihargai, atau tidak punya ruang untuk berkembang. Dalam kondisi itu, sangat mungkin mereka meninggalkan perjuangan dan mencari tempat yang lebih memberi makna bagi diri mereka.
Dan ingat, musuh perjuangan tidak selalu di luar. Kadang yang membuat kader pergi adalah kelalaian kita di dalam: tidak mendengar aspirasi, tidak memberi apresiasi, atau membiarkan konflik tanpa penyelesaian.
Cara Menjaga Kader
Bangun komunikasi hati ke hati: Jangan hanya berbicara soal tugas, tapi juga perhatikan keadaan pribadi mereka.
Berikan peran yang bermakna: Biarkan mereka merasa kontribusinya nyata dan dihargai.
Apresiasi sekecil apapun usaha mereka: Sebuah ucapan terima kasih atau pengakuan bisa menjadi energi besar.
Dampingi di saat sulit: Kader yang ditemani saat terpuruk akan sulit melupakan kebaikan itu.
Jaga ukhuwah: Kebersamaan bukan hanya di medan kerja, tapi juga di ruang-ruang keakraban.
Kader bukan sekadar penggerak roda organisasi, tapi penjaga api perjuangan. Jika kita membiarkan mereka pergi, kita sedang memadamkan api itu sedikit demi sedikit. Mengkader itu memang sulit, tapi menjaga kader jauh lebih penting.
Jagalah mereka, rawat semangatnya, dengarkan suaranya, dan hargai perjuangannya. Karena hari ini kita mungkin pemimpin, tapi besok merekalah yang akan melanjutkan estafet ini.
Seperti pepatah yang patut kita renungkan:
“Satu kader yang pergi karena kelalaian kita, bisa berarti seribu peluang yang hilang dari masa depan perjuangan.”
Editor : Abu Zhafran
Sumber Berita : Redaksi Suara Utama














