Bulan Suro: Bulan Sakral Pemersatu Spiritualitas dan Tradisi Leluhur

- Penulis

Kamis, 26 Juni 2025 - 11:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

IMG 20250626 112250 Bulan Suro: Bulan Sakral Pemersatu Spiritualitas dan Tradisi Leluhur Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SUARA UTAMA, Mesuji –  – Bulan Suro, yang merupakan bulan pertama dalam kalender Jawa, kembali menjadi perhatian masyarakat yang menjunjung tinggi nilai spiritual, budaya, dan tradisi leluhur. Bertepatan dengan bulan Muharram dalam kalender Hijriyah Islam, Bulan Suro memiliki makna mendalam bagi berbagai kalangan, mulai dari penganut Islam, pelaku budaya Jawa, hingga kalangan perguruan silat seperti Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Sakralitas Bulan Suro dalam Perspektif Agama

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Bulan Suro: Bulan Sakral Pemersatu Spiritualitas dan Tradisi Leluhur Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam konteks Islam, bulan Muharram atau Suro termasuk salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT. Bagi umat Islam, bulan ini merupakan momentum memperbanyak amal ibadah, seperti puasa sunnah dan introspeksi diri. Bagi umat Islam Syiah, bulan ini juga menjadi waktu berkabung mengenang tragedi Karbala, saat cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain, gugur dalam peristiwa yang menyayat hati umat.

Tradisi Kejawen dan Warisan Leluhur

Di kalangan masyarakat Jawa, Bulan Suro dimaknai sebagai waktu sunyi yang penuh keprihatinan dan laku batin. Banyak warga Jawa memilih melakukan tirakat, tapa, semedi, hingga ritual kungkum (berendam di air) di malam hari sebagai bentuk penyucian diri. Selain itu, kirab pusaka, tapa bisu, dan ziarah ke makam leluhur juga menjadi rangkaian kegiatan yang rutin dilakukan setiap malam 1 Suro.

Bulan Suro bukan sekadar penanggalan, tetapi momen untuk menyelaraskan diri dengan alam, Tuhan, dan sesama.

BACA JUGA :  Pastor Yance Yogi : Para Pemimpin di Intan Jaya Mesti Jadi Gembala Bagi Masyarakat

Peran Bulan Suro dalam Dunia Persilatan

Bagi komunitas perguruan silat, khususnya PSHT dan aliran silat tradisional lainnya, Bulan Suro menjadi bulan penuh makna. Seluruh warga PSHT biasanya melaksanakan malam tirakat bersama, penyucian pusaka, ziarah ke makam pendiri, hingga kegiatan pengesahan warga atau anggota baru. Semua ini dilakukan dengan penuh khidmat dan nilai spiritualitas tinggi.

“Bagi kami, Bulan Suro adalah waktu yang sakral. Ini bukan hanya soal silat, tapi tentang jati diri, kehormatan, dan hubungan dengan Tuhan,” ungkap salah satu pengurus PSHT Cabang Mesuji.

Larangan dan Etika di Bulan Suro

Masyarakat tradisional meyakini bahwa Bulan Suro bukan waktu yang tepat untuk menggelar pesta atau hajat besar seperti pernikahan. Selain dianggap tidak etis secara budaya, hal tersebut diyakini dapat mengundang malapetaka karena energi gaib yang dianggap sedang aktif. Masyarakat juga dianjurkan untuk menjaga ucapan, perilaku, dan banyak melakukan introspeksi diri selama bulan ini.

Kesimpulan

Bulan Suro bukan hanya bulan pembuka dalam kalender Jawa, tetapi juga simbol perenungan, pemurnian, dan penyambungan ruhani antara manusia dengan Tuhan dan leluhur. Di tengah arus modernisasi, pelestarian nilai-nilai sakral ini menjadi wujud penghormatan terhadap jati diri budaya dan spiritualitas bangsa.

Berita Terkait

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  
Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”
Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza
Refleksi Hari Guru Nasional 2025
Festival Perahu Hias & Lomba Dayung Meriahkan HUT Mesuji ke-17: Warga Padati Sungai Mesuji!
Pelajar SMKN 1 Panca Jaya Alami Kecelakaan Tunggal, Kini Dirujuk ke RSUD Ragab Begawe Caram
Polres Tanjabbar Gelar Apel Pasukan Operasi Zebra 2025, Upaya Efektif Menurunkan Angka Kecelakaan
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tama Jagakarsa Memperoleh Prestasi Nasional Sebagai Dosen Peneliti Terbaik Dari ADAI
Berita ini 81 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 4 Desember 2025 - 19:29 WIB

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  

Rabu, 3 Desember 2025 - 14:43 WIB

Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”

Senin, 1 Desember 2025 - 14:21 WIB

Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza

Selasa, 25 November 2025 - 11:34 WIB

Refleksi Hari Guru Nasional 2025

Senin, 24 November 2025 - 20:58 WIB

Festival Perahu Hias & Lomba Dayung Meriahkan HUT Mesuji ke-17: Warga Padati Sungai Mesuji!

Jumat, 21 November 2025 - 15:51 WIB

Pelajar SMKN 1 Panca Jaya Alami Kecelakaan Tunggal, Kini Dirujuk ke RSUD Ragab Begawe Caram

Senin, 17 November 2025 - 21:19 WIB

Polres Tanjabbar Gelar Apel Pasukan Operasi Zebra 2025, Upaya Efektif Menurunkan Angka Kecelakaan

Kamis, 13 November 2025 - 09:04 WIB

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tama Jagakarsa Memperoleh Prestasi Nasional Sebagai Dosen Peneliti Terbaik Dari ADAI

Berita Terbaru