Dari Rumah ke Pesantren: Membangun Generasi Mandiri dan Berakhlak Mulia

- Penulis

Selasa, 14 Oktober 2025 - 18:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

FOTO: Ilustrasi semangat belajar santri-santri pondok pesantren (Dok. Pribadi Imanuddin/SUARA UTAMA)

FOTO: Ilustrasi semangat belajar santri-santri pondok pesantren (Dok. Pribadi Imanuddin/SUARA UTAMA)

SUARA UTAMA Menyekolahkan anak di pondok pesantren memang butuh perjuangan. Orang tua maupun anak harus kuat berjuang dan berkorban.

Perjuangan anak pesantren tentu berat dirasa. Hidup jauh dari keluarga. Merasakan tekanan dan terkekang dengan sistem pondok yang ada. Atau harus memendam rindu saat merasakan kangen suasana rumah.

Tak jarang anak putus pesantren karena tidak mampu mengelola rasa rindu ini. Akhirnya anak menyerah, tidak betah. Dan orang tua mengalah, tak kuat menahan iba.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Dari Rumah ke Pesantren: Membangun Generasi Mandiri dan Berakhlak Mulia Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Begitulah perjuangan penuntut ilmu. Rasulullah Saw. pun memberikan apresiasi pada penuntut ilmu dengan sabdanya: “Barangsiapa yang menempuh perjalanan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.”

Adapun bagi orang tua, salah satu perjuangan berat yang dirasa adalah saat mengantar anak kembali ke pondok. Apalagi jika pondoknya berada di lokasi yang jauh. Orang tua harus siap berkorban waktu, tenaga, biaya bahkan rasa lelah raga dan jiwa. Tapi, itulah namanya perjuangan dan pengorbanan, harus sama-sama dinikmati anak dan orang tua.

Ketika Harus Mengantar Pulang

Hari ini saya berkesempatan mengantar putri saya kembali ke pondoknya di daerah Malang. Perjalanan menggunakan bus dari Karawang ditempuh hampir 12 jam.

Berangkat dari Karawang sekira pukul 09.00 dan tiba di Terminal Arjosari Malang sekitar pukul 20.00. Dari Arjosari masih butuh waktu untuk sampai di pondok yang lokasinya berada menuju ke arah Kota Batu.

Belum lagi ada kebutuhan barang yang harus dipenuhi anak sebelum masuk pondok. Akhirnya perjalanan dari Arjosari ke pondok malam itu tersita waktu, sebab harus mampir ke satu-dua toko.

Singkatnya, kami tiba di pondok sementara waktu sudah menunjukkan lewat dari pukul 22.00. Ya, dalam suasana tengah malam, kami baru sampai di pondok yang berada di perbukitan. Hening dan senyap yang menyelimuti area pesantren tentunya menjadi cerita yang sulit diungkap dengan kata dan tulisan. Pasalnya semua aktifitas pesantren sudah off. Hanya ada security yang berjaga.

Dalam suasana dibalut sepi yang membisu, saya sepertinya harus memendam rencana langsung pulang lagi malam itu juga. Rasa iba mulai hadir menyapa saat melihat tas koper dan bawaan lainnya yang harus dijinjing sendiri putri saya ke kamarnya menaiki tangga sampai di lantai empat.

Dan benar saja, sang putri sudah nampak tertunduk dengan mata yang berkaca-kaca. Tak ada lagi kata yang keluar saat ditanya, selain derai air matanya. Saya tak bisa memaksanya lagi bicara, sebab rasa sudah memberi isyarat. Jadi saya harus pastikan jika saya akan pulang besok pagi. Dan barang-barang yang ada biarlah tetap disimpan di bawah.

Saya antarkan putri saya sampai gerbang gedung asrama. Dengan langkah pasti dia berjalan menuju kamarnya di tingkat 4. Setidaknya malam ini putri saya bisa mengusir sepi karena abinya masih ada menemani, walaupun harus tidur di masjid pesantren.

BACA JUGA :  Sepeda Motor Itu Hilang Saat Aku Sujud

Suasana Subuh di Pesantren

Pukul 02.50 bunyi bel berbunyi memecah kesunyian. Geliat aktifitas pondok mulai terasa, seiring fajar subuh yang tak lama lagi menyingsing. Sepuluh menit kemudian tepatnya pukul 03.00, bacaan murattal mulai menyeruak sejuk terasa. Seperti udara pagi yang dinginnya menembus pori-pori.

Surat yang dibaca adalah surat Ali Imran mulai dari ayat pertama. Setelah tigapuluhan ayat, bacaan berhenti. Lalu tak lama muncul suara bacaan Asmaul Husna menggema. Mengingatkan saya akan sebuah nasyid legendaris, nas-aluka yaa man huwallahulladzi… Sesaat saya hanyut dalam memori masa santri dahulu.

Dua putaran dzikir Asmaul Husna menyirami kalbu di awal pagi itu. Lalu murattal kembali diputar. Sementara di gedung asrama suara-suara gaduh mulai terdengar menandakan para santri bersiap Subuh. Sebagian makan sahur menjalani shaum Senin (ini diceritakan putri saya pagi harinya).

Tepat pukul 03.52 adzan subuh berkumandang. Satu persatu santri memenuhi ruangan masjid yang telah dibatasi hijab. Saya tentu tak melihat, namun suara riuh memberi tanda, mereka sudah mulai berkumpul.

Sepuluh menit jeda menuju Iqamah digunakan menunaikan sunnah qabliyah Fajar yang istimewa. Lalu tiba waktu Iqamah. Shalat subuh pun ditunaikan, dipimpin Imam seorang ustadz muda. Shaf laki-laki subuh hari itu hanya diisi beberapa orang saja. Sangat kurang untuk ukuran satu shaf di masjid yang berukuran besar itu. Maklum pondoknya memang khusus putri.

Surat As-Syams dibaca penuh khusyu pada raka’at pertama. Dilanjutkan surat Ad-Dhuha pada raka’at kedua. Selesai shalat, para santri berdzikir dipimpin musyrifahnya. Selepas dzikir, mereka bersiap menuju kelas untuk muraja’ah sampai pukul 06.00. Dan setelah itu ada waktu satu jam untuk istirahat sampai pukul 07.00 masuk kembali ke kelas.

Di sela-sela waktu tersebut, saya baru bisa bertemu lagi putri saya yang sudah berseragam lengkap dengan name tag identitasnya. Wajahnya sudah terlihat cerah ceria secerah pagi hari di kota Malang. Alhamdulillah, artinya saya sudah bisa tenang untuk kembali pulang.

Sebetulnya pengalaman saya mengantar anak kembali ke pondok bukanlah yang pertama. Kakak lelaki putri saya itu sudah hampir enam tahun mondok di daerah Garut. Tak terhitung saya bolak balik mengantarnya pulang. Namun, rasa dan pengalaman mengantar anak perempuan memang terasa berbeda.

Entahlah, malam itu di perjalanan Malang-Karawang, ada semacam energi yang menggugah rasa. Keinginan untuk menulis tiba-tiba membuncah, lalu tertuang menjadi catatan ringan ini. Semoga menjadi penyemangat para orang tua yang anaknya di pondok.

Selamat berjuang anak-anakku, merancang masa depan dari pesantren. Juga untuk semua anak-anak pondok di Indonesia; semangat mendunia!

_Bis malam perjalanan Malang-Karawang_

Penulis : Imanuddin Kamil

Editor : Andre Hariyanto

Sumber Berita : Wartawan Suara Utama

Berita Terkait

Semakin Memanas, Terindikasi Dugaan Pesanan Dalam Rotasi/Mutasi Pegawai Perumda Air Minum Tirta Argapura 
Umat Stase Goodide Gelar Renungan Pendalaman Masa Adven: Keluarga dalam Terang Iman 
Warga Desa Tegalwatu di Dampingi Pakopak, Terduga Pelaku Penipuan Asli Kelahiran Dusun Klagin Desa Brabe
Rakor Kecamatan Dorong Efektivitas Program Tata Kelola Pemerintahan Responsif
Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  
Tinjau Proyek Jalan Rp1,3 Miliar di Pamanukan, Bupati Subang Tegaskan: Tidak Ada Anak Emas, Semua Wilayah Prioritas
Pakopak Menduga Prematur, Perihal Rotasi/Mutasi Pegawai PDAM Tirta Argapura Saat Seleksi Direktur Berlangsung 
Memanas, Pakopak Akan Mengambil Jalur Hukum, Oknum Debt Collector Bank BRI Unit Klenang Bertugas di Hari Libur
Berita ini 188 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 5 Desember 2025 - 19:21 WIB

Semakin Memanas, Terindikasi Dugaan Pesanan Dalam Rotasi/Mutasi Pegawai Perumda Air Minum Tirta Argapura 

Jumat, 5 Desember 2025 - 18:08 WIB

Umat Stase Goodide Gelar Renungan Pendalaman Masa Adven: Keluarga dalam Terang Iman 

Jumat, 5 Desember 2025 - 12:32 WIB

Warga Desa Tegalwatu di Dampingi Pakopak, Terduga Pelaku Penipuan Asli Kelahiran Dusun Klagin Desa Brabe

Jumat, 5 Desember 2025 - 11:26 WIB

Rakor Kecamatan Dorong Efektivitas Program Tata Kelola Pemerintahan Responsif

Kamis, 4 Desember 2025 - 19:29 WIB

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  

Kamis, 4 Desember 2025 - 14:37 WIB

Tinjau Proyek Jalan Rp1,3 Miliar di Pamanukan, Bupati Subang Tegaskan: Tidak Ada Anak Emas, Semua Wilayah Prioritas

Kamis, 4 Desember 2025 - 11:03 WIB

Pakopak Menduga Prematur, Perihal Rotasi/Mutasi Pegawai PDAM Tirta Argapura Saat Seleksi Direktur Berlangsung 

Kamis, 4 Desember 2025 - 10:54 WIB

Memanas, Pakopak Akan Mengambil Jalur Hukum, Oknum Debt Collector Bank BRI Unit Klenang Bertugas di Hari Libur

Berita Terbaru