Suara Utama,- Hidup adalah anugerah yang dimulai dengan satu tarikan napas pertama. Saat itu, dunia seolah menyambut kita dengan segala keajaiban dan tantangan yang tak terduga. Kita tumbuh, belajar, mencintai, terluka, dan terus mencari makna di tengah segala hiruk-pikuk kehidupan. Namun, di balik setiap detak jantung dan hembusan napas, ada satu kepastian yang tak bisa dielakkan: kematian.
Hidup menyapa dengan harapan, mati menjemput dengan kepastian.
Kita sering kali terlena dalam rutinitas, seolah waktu tak akan pernah habis. Padahal setiap hari adalah perjalanan menuju titik akhir yang pasti. Hidup bukan sekadar soal panjangnya usia, tetapi tentang bagaimana jiwa ini berkembang — apakah ia menjadi bijak, penuh kasih, atau justru terbelenggu oleh ego dan keinginan duniawi.
Dalam perjalanan jiwa, manusia dihadapkan pada berbagai ujian. Kekayaan, penderitaan, cinta, kehilangan, semuanya adalah bagian dari pembentukan batin. Hidup adalah sekolah jiwa, tempat di mana kita belajar menjadi manusia yang sesungguhnya: memahami bahwa keberadaan kita bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk sesama dan untuk tujuan yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kematian bukan akhir, melainkan gerbang.
Ia bukan musuh, tetapi pengingat. Bagi yang sadar, kematian justru menjadi motivasi untuk hidup dengan lebih bermakna, lebih tulus, dan lebih hadir. Dalam banyak keyakinan dan filsafat, kematian adalah kembalinya jiwa kepada sumbernya. Ia pulang setelah menunaikan perjalanan panjang, membawa bekal berupa amal, cinta, dan makna.
Renungan ini mengajak kita untuk bertanya:
- Sudahkah kita hidup dengan sadar?
- Apakah kita menjalani hidup dengan niat yang benar?
- Jika hari ini adalah hari terakhir, apa yang ingin kita tinggalkan?
Pada akhirnya, perjalanan jiwa manusia bukan diukur dari seberapa lama ia hidup, tetapi dari seberapa dalam ia mencintai, memberi, dan memahami makna hidup itu sendiri. Maka, saat hidup menyapa, sambutlah dengan syukur. Dan saat mati menjemput, semoga kita bisa menyambutnya dengan damai.
Penulis : Tonny Rivani














